18 research outputs found

    FRAKSINASI DAN UJI TOKSISITAS ECP (Extracellular Product) Streptococcus agalactiae ISOLAT NK1 PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

    Get PDF
    Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga September 2016 di Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi protein toksik dari ECP (Extracellular Product) dari bakteri Streptococcus agalactiae. 70 fraksi protein ECP S. aglactiae yang dihasilkan melalui metode kolom kromatografi, masing-masing fraksi disuntikkan secara intraperitonial pada lima ekor ikan nila dengan bobot rata-rata 20 g. Kemudian dilakukan analisis sodium dodecyl sulfate – polyacrilamid gel electrophoresis (SDS-PAGE) untuk mengetahui bobot molekul fraksi protein toksik. Parameter yang diamati adalah konsentrasi protein ECP S. agalactiae isolat NK1, gejala klinis dan mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan fraksi protein toksik dari ECP S. agalactiae isolat NK1 yaitu fraksi protein no. 6, 15, 18, 23, 28, 54 dan 70

    Fish Community Structure The Dry Season in The Cipeles River, Sumedang Regency, West Java Province, Indonesia

    Get PDF
    AbstractCipeles River is a sub-watershed of the Cimanuk River that flows in Sumedang Regency, Indonesia. The upstream is located in Sukasari District and flows into Tomo District. This study aimed to determine the fish community structure in the Cipeles River during the dry season. This research was conducted from September to December 2020 using field observation methods and purposive sampling techniques at three stations (Station 1 at 6°48′59.5″S and 108°01′22.5″E; Station 2 at 6°48′56.2″S and 108°01′32.3″E; and Station 3 at 6°47′3.7″S and 108°05′44″E) data analysis employed descriptive-comparative. Parameters observed are abundance, diversity, dominance, uniformity, community structure, and water quality. The results showed that from 566 caught fish the diversity index is low with a value of 0.86–0.89, a moderate dominance index with a value of 0.55–0.62, and a low uniformity index of 0.16–0.17. Based on the three index values, it can be concluded that the fish community structure the dry season in the Cipeles River is categorized as depressed, caused by the high influence of total suspended solids that have exceeded the water quality threshold value for fisheries (according to regulation of the Government of the Republic of Indonesia Number 22 of 2021 on Spatial Management) with concentrations ranging from 67 mgL-1 to 74 mgL-1.AbstrakSungai Cipeles merupakan sub DAS dari Sungai Cimanuk yang mengalir di Kabupaten Sumedang, Indonesia. Hulunya terletak di Kecamatan Sukasari dan mengalir ke Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di Sungai Cipeles pada musim kemarau. Penelitian dilakukan pada bulan September hingga Desember 2020 dengan menggunakan metode pengamatan lapangan dan teknik purposive sampling pada tiga stasiun (Stasiun 1 di 6°48′59.5″LS dan 108°01′22.5″BT, Stasiun 2 di 6°48′56.2″ S dan 108°01′32.3″BT, dan Stasiun 3 di 6°47′3.7″LS dan 108°05′44″E). Analisis data menggunakan deskriptif-komparatif. Parameter yang diamati adalah kelimpahan, keragaman, dominasi, keseragaman, struktur komunitas, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 566 ikan yang ditangkap indeks keragamannya rendah dengan nilai 0,86–0,89, indeks dominansi sedang dengan nilai 0,55–0,62, dan indeks keseragaman rendah 0,16–0,17. Berdasarkan ketiga nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur komunitas ikan pada musim kemarau di Sungai Cipeles dikategorikan tertekan, disebabkan oleh tingginya pengaruh total padatan tersuspensi yang telah melebihi nilai ambang batas kualitas air untuk perikanan (menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penataan Ruang) dengan konsentrasi berkisar antara 67 mgL-1 sampai dengan 74 mgL-1

    EFEK SUBLETAL FUNGISIDA BERBAHAN DASAR Bacillus amyloliquefaciens PADA BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

    Get PDF
    The use of Bacillus amyloliquefaciens based fungicide has increased along with the modernization of agriculture. On the other hand, freshwater culture is generally juxtaposed with agricultural land. This study was conducted to determine the fungicide's sublethal effect on the survival and haematologist of common carp and tilapia as non-target organisms. The method used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. The treatments used are: (A) control (0 ppm fungicide), (B) 0.5 ppm fungicide, (C) 1 ppm fungicide, and (D) 10 ppm fungicide. Observation time is 96 hours. Survival, white blood cells, and red blood cells are analyzed using analysis of variance, while the feed response, shock response, and water quality are analyzed descriptively. The results showed that 10 ppm fungicide was not lethal to common carp and tilapia with a survival rate of almost 100%. During 96 hours of fungicide exposure, the average white blood cell (WBC) of common carp increased from 8.84-10.46 x 104 cells/mm3 to 9.56-11.48 x 104 cells/mm3. Meanwhile, the mean WBC of tilapia increased from 11.36-19.44 x 104 cells/mm3 to 20.52-37.38 x 104 cells/mm3. The average red blood cell (RBC) of common carp decreased from 6.60-7.01 x 106 cells/mm3 to 6.06-6.76 x 106 cells/mm3. Meanwhile, the mean RBC of tilapia decreased from 5.26-7.55 x 106 cells/mm3 to 2.21-3.76 x 106 cells/mm3. The results showed that the feed response did not change during the study, but the shock response decreased at 96 hours. Water quality during the study was still in the optimal range for common carp and tilapia culture. Key words : Bacillus amyloliquefaciens, fungicide, sublethal effect, common carp, tilapi

    Viability of Osteochilus Hasselti Padjadjaran Strain Against Aeromonas Hydrophila Infection

    Get PDF
    The purpose of this research is to reveal the viability of the new strain : nilem carp padjadjaran strain that challenged by Aeromonas hydrophila. The treatments are common carp (Cyprinus carpio), nilem carp (Osteochilus hasselti) and nilem carp (O. hasselti) padjadjaran strain that intraperitoneally challenged by A. hydrophila with 108 cfu ml-1. Parameters observed are mortality hours, gross pathological symptoms and haematological profile for 24 hour. Nilem padjadjaran strain mortality reached 100% after 10th hour postchallenge, while common carp and nilem reached 100% mortality in 14th hour postchallenge. Gross pathological symptoms showed reddish lesions, abdominal dropsy and exopthalmia, with first sign of reddish lesions is appeared in nilem padjadjaran strain at 3rd hour postchallenge. Feed responses of all fish are lost in 7th hour postchallenge. Nilem padjadjaran strain has no shock responses in 9th hour postchallenge. Total erythrocyte counts of common carp, nilem and nilem padjadjaran strain before challenged are 2,15 x 106, 2,45 x 106 dan 2,14 x 106 cells mm3-1, after 10th  hour postchallenge becomes 1,2 x 106, 1,69 x 106 dan 1,21 x 106 cells mm3 -1. Total leukocyte count of common carp, nilem and nilem padjadjaran strain before challenged are 6,48 x 104, 7,36 x 104 and 6,56 x 104 cells mm3-1, and tend to increase  in 3rd and 7th hour postchallenge (8,8 x 104, 9,12 x 104 dan 105 cells mm3-1 and 1,26 x 105, 1,3 x 105, 1,27 x 105 cells mm3-1), but in 10th hour postchallenge the total leukocyte count becomes decreased again (1,24 x 105, 1,26 x 105, 1,18 x 105 cells mm3 -1). Thus, nilem carp padjadjaran strain has no better immune performance than its parents

    Efektifitas Pemberian Rotifera (Brachionus rotundiformis) Yang diperkaya dengan Taurin dan Glutamin Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus)

    Get PDF
    Ikan Kerapu merupakan salah satu Ikan laut yang berekonomis penting yang banyak ditangkap dan diekspor. Rendahnya kelangsungan hidup pada stadia larva menjadi penyebab pengembangan budidaya kerapu sunu masih mengalami kendala sehingga masih sulit pengadaan benih secara cukup dan berkelanjutan. Pemberian pakan alami pada stadia larva merupakan langkah yang penting dalam meningkatkan kelangsungan hidup larva. Jenis pakan alami yang sering digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan laut yaitu rotifer (B. rotundiformis). Rotifer menjadi pakan pada stadia larva karena rotifer mempunyai ukuran yang kecil dan sesuai dengan bukaan mulut larva kerapu sunu. Namun pemberian rotifer masih belum cukup untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva, sehingga perlu dilakukan pengayaan rotifer dengan asam amino. Asam amino yang diduga dapat mengkatkan kelangsungan hidup larva adalah Taurin dan Glutamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian rotifer yang diperkaya dengan taurin dan glutamin dalam menunjang kelangsungan hidup larva kerapu sunu. Penelitian ini akan dilaksanakan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan  di Gondol, Bali pada bulan september 2017. Metode yang digunakan terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan: (A) tanpa Taurin dan Glutamin; (B) 0,5 taurin per 10 L media pengkaya; (C) 0,5 Glutamin per 10 L media pengkaya; (D) 0,5 Taurin dan 0,5 Glutamin per 10 L media pengkaya. Pemeliharaan larva menggunakan bak berukuran 1000 L dan di pelihara selama 10 hari. Pemberian rotifer  mulai dari D-2 sampai D-10. Parameter yang diamati adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kualitas air

    PENGARUH JUMLAH MATA PANCING LONGLINE TERHADAP LAJU PANCING DAN JUMLAH HASIL TANGKAPAN IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

    Get PDF
    Tujuan penelitian untuk menentukan penggunaan jumlah mata pancing yang efektif terhadap laju pancing dan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), dengan menggunakan alat tangkap longline yang didaratkan di PPS Nizam Zachman. Penelitian telah dilaksanakan di Bagian Operasional Kantor Syahbandar PPS (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru DKI Jakarta dengan mengumpulkan data hasil tangkapan ikan tuna yang didaratkan dari kapal longline. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey dari data sekunder yang diperoleh dari laporan armada kapal penangkapan ikan yang melakukan operasi penangkapan ikan tuna sirip kuning. Parameter yang diamati adalah jumlah mata pancing menggunakan 800 mata pancing, 1200 mata pancing dan 1592 mata pancing. Hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning pada tahun 2016 terbanyak jumlahnya adalah dengan penggunaan alat tangkap longline dengan 1592 mata pancing dan hasil tangkapan terendah dengan penggunaan 1200 mata pancing. Penggunaan 1592 mata pancing mendapatkan hasil tangkapan tertinggi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya sifat renang migrasi ikan tuna sirip kuning secara bergerombol sehingga penggunaan jumlah mata pancing yang lebih banyak memperbesar peluang tertangkapnya ikan tuna sirip kuning dan semakin sedikit jumlah mata pancing yang digunakan akan memperkecil peluang tertangkapnya ikan tuna sirip kuning dan membuat alat tangkap tersebut kurang efisien. Kata kunci:      hasil tangkapan, ikan tuna sirip kuning, jumlah mata pancingTujuan penelitian untuk menentukan penggunaan jumlah mata pancing yang efektif terhadap laju pancing dan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), dengan menggunakan alat tangkap longline yang didaratkan di PPS Nizam Zachman. Penelitian telah dilaksanakan di Bagian Operasional Kantor Syahbandar PPS (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru DKI Jakarta dengan mengumpulkan data hasil tangkapan ikan tuna yang didaratkan dari kapal longline. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey dari data sekunder yang diperoleh dari laporan armada kapal penangkapan ikan yang melakukan operasi penangkapan ikan tuna sirip kuning. Parameter yang diamati adalah jumlah mata pancing menggunakan 800 mata pancing, 1200 mata pancing dan 1592 mata pancing. Hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning pada tahun 2016 terbanyak jumlahnya adalah dengan penggunaan alat tangkap longline dengan 1592 mata pancing dan hasil tangkapan terendah dengan penggunaan 1200 mata pancing. Penggunaan 1592 mata pancing mendapatkan hasil tangkapan tertinggi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya sifat renang migrasi ikan tuna sirip kuning secara bergerombol sehingga penggunaan jumlah mata pancing yang lebih banyak memperbesar peluang tertangkapnya ikan tuna sirip kuning dan semakin sedikit jumlah mata pancing yang digunakan akan memperkecil peluang tertangkapnya ikan tuna sirip kuning dan membuat alat tangkap tersebut kurang efisien. Kata kunci:      hasil tangkapan, ikan tuna sirip kuning, jumlah mata pancin

    Laju Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila (Oreochoromis niloticus)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk pengosongan lambung benih ikan nila dan benih ikan mas sebagai dasar manajemen pemberian pakan pada stadia benih. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila dan benih ikan mas dengan ukuran 5-7 cm. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dengan membandingkan 2 jenis benih ikan pada pengamatan waktu 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, dan 24 jam. Parameter yang diamati pada penelitian diantaranya adalah bobot tubuh ikan, bobot usus yang berupa makanan, bobot usus tanpa isi, bobot isi usus, panjang usus, pH lambung dan usus, dan suhu media air. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pH lambung benih ikan nila sebesar 5,8 yang bersifat basa,  sedangkan rata-rata pH lambung pada benih ikan mas sebesar 6,7 hampir mendekati netral serta pH usus pada kedua benih ikan bersifat mendekati netral. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bawha semakin lama waktu pengamatan, maka bobot usus isi makanan, bobot usus tanpa makanan, dan bobot isi usus semakin rendah

    Uji Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) Pada Rentang Suhu yang Berbeda

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelangsungan hidup, pertunbuhan, tingkah laku dan konversi pakan benih ikan mas mantap pada rentang suhu yang berbeda terutama pada suhu rendah. Penelitian ini dilakukan di Desa Margaluyu Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Penelitian dilaksanakan selama 30 hari dari bulan Oktober - Nopember 2018. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 7 kali ulangan, yaitu perlakuan A (20 ºC), perlakuan B (24 ºC) dan perlakuan C (28 ºC). Parameter yang diamati adalah derajat kelangsungan hidup, panjang mutlak, pertumbuhan bobot mutlak, tingkah laku ikan, rasio konversi pakan dan kualitas air yang meliputi suhu, pH dan DO. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan A, B dan C nilai kelangsungan hidup sebesar 100%, ikan pada perlakuan A memiliki laju pertambahan panjang dan bobot yang lambat, tingkah laku pasif dan nilai konversi pakan yang tinggi. Pertumbuhan terbaik ikan mas mantap terdapat pada perlakuan C dengan hasil pertambahan panjang mutlak dan bobot mutlak tertinggi serta nilai rasio konversi pakan terbaik dengan nilai berturut-turut sebesar 2,59 cm; 4,38 g dan 1,2

    In Vitro Antibacterial Effect of Lactobacillus plantarum Postbiotics Against Fish Bacterial Pathogens

    Get PDF
    The intensification of aquaculture farms leads to stressful conditions for fish. This causes the outbreak of bacterial diseases and lowers production in aquaculture. Probiotics and chemical treatments are effective, but it possesses a risk to the environment and human health. Postbiotics emerged to become one of the treatments for bacterial diseases. In this study, Lactobacillus plantarum GS12 and GS13 strains were used to determine the antibacterial effect of postbiotics on different pathogenic bacteria. The postbiotics were extracted and both strains show positive inhibition in the screening test. The postbiotics from both strains of L. plantarum were then used for further testing on minimum inhibitory concentration. Postbiotic from GS12 showed no inhibition activity, whereas GS13 has the lowest inhibition concentration of 8.0 µg ml⁻¹ when tested on Aeromonas hydrohila and Vibrio harveyi, and 16.7 µg ml⁻¹ when tested on A. salmonicida and V. parahaemolyticus. Postbiotic produced by L. plantarum GS13 had better capacity in terms of antibacterial effect compared to L. plantarum GS12. L. plantarum GS13 postbiotics may be useful against bacterial disease in the future. This study shows a potential alternative control measure for bacterial disease often occurring in aquaculture
    corecore