21 research outputs found

    Thermal Dispersion Model of Water Cooling Pltgu Cilegon Ccpp Discharge Into Margasari Coastal Waters at the Western Coast of Banten Bay

    Get PDF
    Thermal dispersion model based on the hydrodynamics model was applied on PLTGU Cilegon (electric power industry based on gas and steam) at the coast of Margasari, Pulo Ampel District, Serang-Banten. This PLTGU used around 60.000 mP3P/hour of seawater as cooling water system. Therefore, it produced water with high temperature of about 5 PoPC higher than the sourounding of seawater temperature. This high water temperature was flowed out into the coastal waters. This study tried to predict their distribution according to southeast and northeast monsoon. Model verification was conducted both to hydrodynamics component (tide and current) and water temperature. The verification results show good enough patterns between the model results and field measurement

    Pemetaan Batimetri Menggunakan Metode Akustik Di Muara Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan

    Full text link
    Informasi kedalaman merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk beberapa kajian kegiatan sumberdaya kelautan. Namun, saat ini peta batimetri untuk perairan dangkal masih sangat terbatas, termasuk wilayah Muara Sungai Lumpur. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan batimetri di Muara Sungai Lumpur. Pengukuran batimetri menggunakan metode akustik yaitu pendeteksian target di perairan dengan proses perambatan suara. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 3–5 Juli 2014 di Muara Sungai Lumpur. Pengukuran pasang surut untuk menentukan mean sea level (muka laut rata-rata) yang dijadikan koreksi kedalaman. Hasil dari penelitian diketahui mean sea level 3,016 meter dengan kedalaman perairan rata-rata 4,2 meter, dimana kedalaman tertinggi sedalam 10,4 meter terletak di hulu dan kedalaman terendah 0,7 meter pada muara sungai. Pada badan sungai kemiringan bervariasi antara 5-9 derajat, sedangkan pada pantai lebih landai dengan kemiringan dibawah 1 derajat

    Analisis Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Perairan Muara Sungai Banyuasin

    Get PDF
    TSS (Total suspended solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air berupa komponen biotik (fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,dll), ataupun komponen abiotik (detritus dan partikel-partikel anorganik) yang masuk ke perairan melalui sungai menuju ke wilayah pesisir dan laut , dapat dilihat pengaruhnya secara langsung di perairan pesisir. Aktivitas manusia di hulu seperti illegal loging, pembuatan parit, transportasi, industri dan rumah tangga memberi sumbangan yang nyata terhadap peningkatan TSS di Muara Banyuasin. Penelitian analisis pola sebaran sedimen tersuspensi menggunakan teknik penginderaan jauh di perairan Muara Banyuasin telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai dengan Oktober 2013. Data Landsat ETM 7 dikaji untuk memetakan sebaran TSS di Perairan Muara Banyuasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran TSS insitu dan pendugaan, mengetahui algoritma TSS pendugaan yang sesuai di Muara Banyuasin dan mengaplikasikanya pada citra 31 Maret 2004, 29 Maret 2009 dan 24 Maret 2013. Pengolahan data citra landsat ETM 7 tanggal 9 April 2013 adalah untuk mengetahui pendugaan konsentrasi TSS dan mengolah data insitu yang diambil tepat saat perekaman citra. Konsentrasi TSS pendugaan diregresikan dengan data insitu. Hasil penelitian menunjukkan hasil dari regresi polynomial antara TSS pendugaan dan TSS insitu koefisien determinasi (R2) terbesar adalah 0,426 dihasilkan oleh algoritma Budhiman. berdasarkan data insitu menunjukkan konsentrasi TSS saat surut berkisar 40,33 mg/l-755,66 mg/l sedangkan saat pasang berkisar 113,44 mg/l-477,11 mg/l. Konsentrasi TSS pendugaan dalam kurun waktu 9 tahun (2004-2013) menunjukan bahwa terjadi peningkatan TSS di Muara Banyuasin

    Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Sekitar Pulau Maspari, Ogan Komering Ilir

    Get PDF
    Pulau Maspari merupakan satu-satunya pulau yang berada di perairan laut (Selat Bangka) yang dimiliki Sumatera Selatan. Sampai saat ini informasi tentang kondisi Pulau Maspari masih sangat terbatas, sehingga penelitian ini dirasa perlu untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menggali informasi tentang kondisi fisika kimia danbiologi perairan melalui studi langsung ke lokasi perairan Pulau Maspari Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Pengukuran dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kondisi fisika kimia perairan Pulau Maspari masih dalam kondisi baik. Perbedaan utama terlihat dari sebaran nutrien, dimana kandungan nutrien (fosfat dan ammonia) di sisi bagian utara Pulau Maspari cenderung lebih tinggi dibandingkan sisi bagian barat dan selatan, kecuali pada kandungan nitrat. Konsentrasi nitrat di bagian barat cenderung lebih tinggi dibandingkan kedua lokasi lainnya. Pada penelitian biologi, yang diamati adalah jenis dan kelimpahan fitoplankton, dan ditemukan 13 jenis fitoplankton dengan Chaetoceros dan Bacteriastrum sebagai fitoplankton yang dominan ditemukan. Struktur komunitas pada indeks keanekaragaman sedang, indeks keseragamannya yang tinggi dan tidak ada genera yang mendominas

    Pola Sebaran Fitoplankton Serta Klorofil-a Pada Bulan November Di Perairan Tambelan, Laut Natuna

    Full text link
    Phytoplankton is one of the parameters that determine the primary productivity in the sea. Distribution and abundance of phytoplankton is influenced by physical and chemical aspects of sea water. The purpose of this study is to analyze the abundance of plankton and chlorophyll-a. The research was conducted in November 2010 in the Tambelan Waters, Natuna. 24 species of phytoplankton were found. It was dominated by the group of Bacillariophyceae such as Bacteriastrum, Ditylum, Thalassiothrix, Hemiaulus, Nitzshia, Chaetoceros and Skeletonema. While the group of dinoflagellate species found are common and many of Ceratium. The content of chlorophyll-a showed that the range of chlorophyll-a in the Tambelan waters ranged between 1.71 - 4:08 mg/m3 (in the surface layer) and 0.92 - 5:39 mg/m3 (in the layer near the bottom). This condition indicates that the research are greatly influenced by the activity of the mainland. These results are also evident from the high concentrations of chlorophyll-a in the waters near the mainland compared to offshore areas, this confirms that the distribution of chlorophyll-a concentrations in waters strongly influenced by high nutrient inputs from activities in the surrounding land
    corecore