60 research outputs found

    RANCANGAN SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN OFFSITE SANITATION KAWASAN MENDUKUNG PROGRAM GREEN CITY KOTA SOLOK DESIGN OF OFFSITE SANITATION SEWERAGE FOR SUPPORTING GREEN CITY PROGRAM OF SOLOK CITY

    Get PDF
    Kota Solok dengan jumlah penduduk 64.819 jiwa (tahun 2014) dan luas 5.764 Ha sedang mengembangkan program green city, salah satu upayanya adalah meningkatkan pengelolaan air buangan. Saat ini Kota Solok telah menerapkan dua sistem penyaluran air buangan yakni sistem onsite sanitation dan sistem offsite sanitation dengan persentase 67,5% dan 9,6%. Berdasarkan RTRW Kota Solok 2012-2031 diperlukan peningkatan sistem offsite sanitation yang dirancang melalui Outline Plan pengelolaan air buangan tahun 2013-2034. Dalam Outline Plan telah dikembangkan sistem onsite sanitation, offsite sanitation komunal dan offsite sanitation kawasan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai offsite sanitation kawasan (konvensional), sistem ini digunakan pada wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan beban pencemaran relatif tinggi. Wilayah tersebut mencakupi Zona 1 (Simpang Rumbio, KTK), Zona 2 (Koto Panjang, PPA, Aro IV Korong) dan Zona 3 (Nan Balimo, Kampung Jawa). Rancangan umum desain penyaluran air buangan ini mengacu pada Outline Plan dengan Periode desain 15 tahun (2016-2031). Tingkat pelayanan pada tahap I (2016-2019) adalah 8% terfokus pada pembangunan jaringan SPAB zona 2, tahap II (2020-2024) 11 % pada zona 2 dan 3, dan tahap III (2025-2031) 20% pada zona 1, 2 dan 3. SPAB Zona 1 direncanakan memiliki 2 Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), 5 jalur cabang, 31 jalur lateral dengan 132 buah manhole, 1 buah drop manhole dan 2 buah stasiun pompa, Zona 2 direncanakan memiliki 1 IPAL, 4 jalur cabang, 37 jalur lateral dengan 240 buah manhole, 6 buah drop manhole dan 5 buah stasiun pompa, dan Zona 3 direncanakan memiliki 1 IPAL, 1 jalur cabang, 8 jalur lateral dengan 22 buah manhole dan 4 buah drop manhole. Panjang pipa Zona 1 yaitu 9.428 m, Zona 2 14.991 m, Zona 3 2638 m. Diameter pipa jaringan SPAB antara 100 mm – 500 mm. Kedalaman manhole berkisar antara 0.80 m hingga 3.95 m. Rencana anggaran biaya pembangunan SPAB Zona 1 sampai Zona 3 sebesar Rp. 55.352.900.000,0

    Kinerja Kaporit dalam Penyisihan E.Coli pada Air Pengolahan PDAM

    Get PDF
    Desinfektan kaporit merupakan salah satu jenis desinfektan yang paling banyak digunakan dalam pengolahan air minum. Namun, penggunaan kaporit yang berlebihan dapat menggangu kesehatan manusia. Dalam penelitian ini akan dievaluasi efektivitas desinfektan kaporit terhadap bakteri E.coli pada air pengolahan unit filtrasi di PDAM Gunung Pangilun Padang. Untuk menentukan kadar kaporit optimum dilakukan percobaan artifisial menggunakan jumlah E.coli yang sama dengan sampel air outlet unit filtrasi,yaitu sebesar 920 sel/100 ml. Dari percobaan diperoleh dosis optimum kaporit 0,5 mg/l dengan waktu kontak 30 menit dengan efisiensi penyisihan sebesar 100%, laju kematian sebesar 0,277/menit serta koefisien letal spesifik sebesar 0,554 /mg.menit. Percobaan pada sampel air dari outlet unit filtrasi PDAM Gunung Pangilun diperoleh penyisihan bakteri E.coli sebesar 99,61%. Adanya senyawa-senyawa kimia lain dalam air telah menurunkan efektifitas desinfektan

    20160314 sk-mengajar-pasca-gnp1516

    Get PDF
    Mengajar Di Perkim Sarana Prasarana Pemukima

    INAKTIVASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI AIR SUMUR MENGGUNAKAN DISINFEKTAN KAPORIT

    Get PDF
    Air sumur merupakan salah satu sumber air minum terpenting bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak dilayani oleh pelayanan kota. Adanya kandungan bakteri Escherichia coli dalam air sumur dapat menjadi penyebab waterborne disease. Kaporit merupakan jenis disinfektan yang dapat digunakan untuk menyisihkan kandungan bakteri E.coli di dalam air sumur. Dalam percobaan ini dilakukan disinfeksi pada larutan artifisial dan sampel air sumur kawasan Purus. Pada percobaan larutan artifisial diperoleh dosis optimum kaporit yaitu 50 mg/l dengan waktu kontak 30 menit untuk menyisihkan bakteri E.coli dari >1,6.105 sel/100 ml menjadi 0 sel/100 ml. Laju inaktivasi bakteri E.coli pada waktu kontak 10 menit untuk tiap dosis kaporit berkisar antara 2,6-log-3-log. Disinfeksi sampel air sumur kawasan Purus pada kondisi optimum menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan disinfeksi larutan artifisial.Kata Kunci: air sumur, disinfektan, E.coli, larutan artifisia

    BIOREAKTOR MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN ZAT WARNA AZO DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI PANGAN

    Get PDF
    Abstrak : Zat warna azo merupakan grup zat warna sintetis organik yang paling banyak digunakan di industri-industri tekstil, pembuatan kertas, kosmetik serta pangan. Sebagai pewarna makanan, zat warna azo lebih stabil terhadap pH, panas dan tidak mudah pudar dibandingkan pewarna makanan alami. Pengolahan zat warna azo dengan metoda biologi dianggap ramah lingkungan karena dapat memineralisasi senyawa organik secara sempurna. Akan tetapi zat warna azo sulit untuk dibiodegradasi karena sifat xenobiotik yang dimilikinya. Namun mikroorganisme dapat mengembangkan sistem enzim untuk biodegradasi dan mineralisasi zat warna azo pada kondisi lingkungan tertentu. Pada pemutusan ikatan azo dihasilkan amina aromatik yang bersifat toksik dan mutagenik, yang dapat didegradasi pada kondisi aerob. Pengolahan zat warna azo secara konvensional umumnya dilakukan dengan kombinasi proses anaerob-aerob, namun proses ini memerlukan volume hidrolis yang lebih besar dan penanganan khusus, sebaliknya pengolahan dengan sistem aerob-anaerob/anoksik lebih mudah dilakukan, karena bakteri aerob lebih mudah dibiakkan dan pengolahan anoksik dapat dilakukan pada kondisi operasi yang sama dengan pengolahan aerob. Dalam makalah ini akan dibahas tentang biodegradasi dan mekanisme pemutusan zat warna azo, kemudian akan diusulkan suatu teknologi pengolahan air buangan yang mengandung zat warna azo, khususnya pengolahan biologi. Dari hasil telaahan, diperoleh sistem bioreaktor membran (BRM)konsekutif aerob-anaerob sebagai alternatif teknologi pengolahan limbah industri pangan yang mengandung zat warna azo serta senyawa organik, sehingga dihasilkan kualitas efluen yang jauh lebih baik dibandingkan proses pengolahan limbah konvensional

    Anammox biofilm process using sugarcane bagasse as an organic carrier

    Get PDF
    The anaerobic ammonium oxidation (anammox) biofilm process commonly uses various inorganic carriers to enhance nitrogen removal under anaerobic conditions. This study aims to analyze the performance of nitrogen removal in anammox process using sugarcane bagasse as an organic carrier. The experiment was carried out by using an up‐flow anaerobic sludge blanket (UASB) reactor for treating artificial wastewater at room temperature. The reactor was fed with ammonium and nitrite with the concentrations of 70‐150 mg–N/L and variations in the hydraulic retention time of 24 and 12 h. The granular anammox belongs to the genus Candidatus Brocadia sinica that was added as an inoculum of the reactor operation. The experimental stoichiometric of anammox for ΔNO2‐–N: ΔNH4+–N and ΔNO3‐: ΔNH4+ were 1.24 and 0.18, respectively, which is similar to anammox stoichiometry. The maximum Nitrogen Removal Rate (NRR) has achieved 0.29 kg–N/m3.d at Nitrogen Loading Rate (NLR) 0.6 kg–N/m3.d. The highest ammonium conversion efficiency (ACE) and nitrogen removal efficiency (NRE) were 88% and 85%, respectively. Based on this results, it indicated that sugarcane bagasse as organic carriers could increase the amount of total nitrogen removal by provided of denitrification process but inhibited the anammox process at a certain COD concentration
    corecore