50 research outputs found

    Studi Akuifer Pada Bentanglahan Kepesisiran Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tipe dan karakteristik akuifer pada bentanglahan kepesisiran di Kabupaten Kulonprogo. Metode yang dipakai untuk mempelajari tipe dan karakteristik akuifer â¢dalam penelitian ini adalah penyusunan model hidrostratigrafi yang didasarkan pada hasil survei geolistrik dengan metode Schlumberger. Titik pengukuran ditentukan secara purposive sampling pada setiap satuan geomorfologi kepesisiran, meliputi: gumuk pasir, beting gisik, clan dataran fluviomarin. Penampang hidrostratigrafi disusun dengan cara merekonstruksi perlapisan batuan berdasarkan nilai resistivity semu material hasil pendugaan geolistrik. Rekonstruksi dilakukan untuk beberapa titik pendugaan secara memanjang pada setiap satuan geomorfologi yang ada, juga secara cross section yang melintasi variasi satuan geomorfologi kepesisiran yang ada di daerah penelitian. Sistem dan tipe akuifer dianalisis dengan mendasarkan pada model hidrostratigrafi yang telah disusun. Vasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuifer di daerah penelitian terdiri atas akuifer bebas (unconfined aquifer) berupa lapisan pasir jenuh airtanah tawar, yang dibatasi oleh aquitard berupa lapisan lempung, napal dan pasir halus yang mengandung airtanah payau. Berdasarkan penampang hidrostratigrafinya, ternyata satuan geomorfologi gumuk pasir dan beting gisik merupakan suatu akuifer yang baik den potensial, tetapi bersfat setempat menyerupai kantong airtanah. Akuifer ini merupakan suatu sistem yang terpisah dari sistem akuifer dataran fluviomarin (bekas laguna) di bagian utaranya. Pada sistem akuifer gumuk pasir dan beting gisik, lapisan pasir mengandung airtanah tawar dijumpai hingga kedalaman ±40 meter dari permukaan tanah, dengan tahanan jenis antara 75 hingga 170 ohm-meter. Bagian bawahnya didasari oleh akuitard yang jenuh airtanah payau. Sementara pada satuan dataran fluviomarin bagian barat (di sebelah timur Sungai Serang), sistem akuifer didominasi oleh lapisan lempung, napal dan pasir halus yang jenuh airtanah payau... Katakunci: akuifer, resistivity, hidrostratigraf

    Identification of Land Degradation and Method of Solution in Zone of Baturagung Hill at Gunung Kidul Regency

    Get PDF
    Baturagung hill is a folded hill range consisting mainly of Tertiary volcanic rocks which have been undergoing severe faulting, jointing and weathering. Lies on the altitude between 200 and 700 meter from see level, the area is characterized by sloping to steep relief with 30% to 40% of slope, and shallow soils with scattered outcrops. Such geomorphological setting has made the area subject to intense soil erosion and masswasthing. Mining activates has also been accounted for the explanation of the current heightened land degradation in the area. The present paper, accordingly, is intended to identify the land degradation by considering mass movement, bare land, and mining activity parameters. The present paper founds that the Baturagung hill can be divided into three zones, namely: (1) the zone of no to low degradation (hill slope and inter-hill valley); (2) the zone of high degradation rate (within the area having 30 40% of slope); and (3) the zone of severe degradation (within the area having slope of more than 45%)

    Hidrostratigrafi Akuifer sebagai Geoindikator Genesis Bentuk Lahan di Wilayah Kepesisiran Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

    Get PDF
    Purpose of this research is to study on aquifer hydrostratigraphy that can be a geo-indicator of geomorphological processes on the past, that describe of landform genetic in the research area. The research method is survey. The framework of analysis in this research is landform genetic. The results of the research indicate that: (1) "the forming of aquifer hydrostratigraphy in the research area is controlled by some of main processes in geomorphology, that show of landform genetic specifically". The research area consists of 3 aquifer hydrostratigraphy systems, each of the aquifer system has the typical characteristic, showed by system and pattern of material stratigraphy in the aquifer and variation of groundwater characteristic in the unconfined aquifer. (2) "spatiotemporally, landform genetic in the research area influences on the forming of aquifer hydrostratigraphy in the 3 phases, i.e. the first stage at the end of the Tertiary epoch (end of Pliocene era), second stage at the Quaternary epoch (as long as the Pleistocene period), and third stage at the Holocene era". The genesis and chronology of landform forming in the 3 phases above influence on the forming of system and pattern of aquifer hydrostratigraphy in the research area

    Identification of Land Degradation and Method of Solution in Zone of Baturagung Hill at Gunung Kidul Regency

    Get PDF
    Baturagung hill is a folded hill range consisting mainly of Tertiary volcanic rocks which have been undergoing severe faulting, jointing and weathering. Lies on the altitude between 200 and 700 meter from see level, the area is characterized by sloping to steep relief with 30% to >40% of slope, and shallow soils with scattered outcrops. Such geomorphological setting has made the area subject to intense soil erosion and masswasthing. Mining activates has also been accounted for the explanation of the current heightened land degradation in the area. The present paper, accordingly, is intended to identify the land degradation by considering mass movement, bare land, and mining activity parameters. The present paper founds that the Baturagung hill can be divided into three zones, namely: (1) the zone of no to low degradation (hill slope and inter-hill valley); (2) the zone of high degradation rate (within the area having 30 to 40% of slope); and (3) the zone of severe degradation (within the area having slope of more than 45%)

    KAJIAN EROSI PANTAI DI KAWASAN PANTAI MUARAREJA KOTA TEGAL, PROVINSI JAWA TENGAH

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses erosi pantai di Pantai Muarareja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan merumuskan strategi penanganan erosi pantai yang tepat. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif untuk mengetahui proses erosi di daerah penelitian. Penentuan erosi atau akresi didasarkan dari hasil perhitungan indeks G0, analisis citra menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS), serta pengamatan kondisi di lapangan. Sedangakan konsep penanggulangan erosi dan pengelolaan wilayah pesisir terpadu dianalisa melalui studi literatur. Proses dominan di daerah penelitian berdasar perhitungan indeks G0 ialah akresi. Sedangakan analisis DSAS menggunakan metode End Point Rate dan Linear Regression Rate pada citra tahun 2004-2015 menunjukkan hasil erosi. Rata-rata laju perubahan garis pantai dengan metode EPR sebesar -1,019 m/th sedangkan LRR sebesar -0,758 m/th. Erosi pantai dapat ditangani dengan beberapa cara diantaranya melalui pembuatan pelindung pantai buatan dan penanaman pelindung alami pantai

    HUBUNGAN KARAKTERISTIK HIDROKIMIA DAN PEMANFAATAN AIRTANAH PADA PULAU KECIL (PULAU PANGGANG, DKI JAKARTA)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik hidrokimia airtanah dan pemanfaatan airtanah di Pulau Panggang, juga hubungan antara keduanya. Metode yang digunakan untuk menganalisis karakteristik hidrokimia adalah dengan analisis hasil laboratorium menggunakan metode ion dominan, diagram stiff, dan diagram piper segiempat. Jumlah sampel yang dianalisis adalah 2 dari total 6 sampel yang didasari pada nilai charge balance error (CBE). Metode untuk menganalisis pemanfaatan airtanah masyarakat adalah analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil wawancara kepada 91 responden yang didapat secara purposive sampling. Metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan karaktristik hidrokimia dengan pemanfaatan adalah dengan korelasi speraman. Hasil analisis hidrokimia menunjukan airtanah di Pulau Panggang bertipe MgCl2 dan termasuk kategori air intrusi dengan 98.95% airtanah termasuk airtanah sangat asin. Pemanfatan airtanah di Pulau Panggang dominan untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus. Kondisi hidrokimia airtanah di Pulau Panggang sangat berhubungan terhadap pemilihan sumberdaya air untuk keprluan sehari hari masyarakat Pulau Panggan

    STUDI HIDROGEOKIMIA AIRTANAH BEBAS DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL DAN SEKITARNYA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah: mengkaji karakteristik hidrogeokimia airtanah; serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi sifat hidrogeokimia airtanah bebas di Wilayah Kepesisiran Kecamatan Srandakan. Pendekatan hidrogeokimia dilakukan dengan menggunakan metode diagram piper segiempat dan stuyfzand.Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa terdapat empat tipe airtanah bebas di wilayah penelitian yang dipengaruhi oleh genesis bentuklahan, yaitu tipe airtanah bikarbonat pada dataran alluvial, tipe airtanah semi-bikarbonat yang tersebar merata di seluruh bentuklahan, tipe airtanah fosil di beting gisik tua yang dekat dengan swale, dan tipe airtanah intrusi di beting gisik muda. Kedua, faktor-faktor yang memengaruhi karakteristik dan pola persebaran hidrogeokimia airtanah bebas di daerah penelitian yaitu proses pelarutan material marin dan alluvium sungai oleh air hujan yang mengalami proses infiltrasi dan perkolasi menjadi tipe airtanah bikarbonat dan semi-bikarbonat; proses pertukaran kation airtanah dengan material lempung membentuk tipe airtanah fosil; dan proses percampuran airtanah dengan air laut akibat intrusi permukaan saat terjadinya pasang air laut sehingga membentuk tipe airtanah intrusi air laut

    KAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan metode flownet dan hidrogeokimia sebagai upaya untuk mengidentifikasi tingkat keasinan airtanah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode interpolasi linear untuk mendapatkan flownet serta metode Stuyfzand dan Diagram Piper Segiempat untuk mendapatkan karakteristik hidrogeokimia airtanah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di beberapa lokasi pada wilayah pantai dan pesisir Kecamatan Sanden terjadi penurunan muka airtanah. Airtanah di daerah kajian terbagi atas tipe air semi-bikarbonat (F2-NaHCO3+; g2-NaHCO3+; dan g3-NaHCO3+), tipe bikarbonat (F2-Ca(HCO3)2+; dan F3-Ca(HCO3)2+), dan tipe klorida (f1-CaCl2-). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) proses pelarutan mineral dari material marin dan alluvium sungai oleh air hujan membentuk airtanah semi-bikarbonat; (2) proses evaporasi di laguna dan zona laut dangkal pada kala pleistosen yang meninggalkan kristal garam dan terlarut menjadi airtanah evaporasi; (3) proses dekomposisi bahan organik yang terendapkan di laguna membentuk airtanah sulfat; dan (4) proses pertukaran kation antara airtanah dengan material lempung marin membentuk airtanah fosil

    KARAKTERISTIK OSEANOGRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISTRIBUSI DAN TUTUPAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH GUGUSAN PULAU PARI, KABUPATEN KEP.SERIBU, DKI JAKARTA

    Get PDF
    Gugusan Pulau Pari secara ekologis mempunyai sebaran terumbu karang yang cukup luas. Terumbu karang merupakan ekosistem yang berperan penting bagi biota laut. Perubahan kondisi oseanografis dapat mempengaruhi pertumbuhan dan disitribusi terumbu karang. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik oseanografis, ditribusi dan bentuk pertumbuhan terumbu karang serta menganalisis hubungan keduanya. Karakteristik oseanografis meliputi arus, kecerahan, salinitas dan suhu perairan sedangkan kondisi tutupan terumbu karang diketahui dengan metode transek garis. Hasil pengukuran parameter oseanografis diklasifikasikan kedalam 3 klasifikasi kesesuaian terhadap syarat pertumbuhan karang dan kemudian dilakukan proses overlay. Hasil overlay menunjukkan bahwa perairan di sebelah timur merupakan perairan yang paling sesuai terhadap pertumbuhan karang, sementara di bagian dalam tubir gugusan terumbu karang dan pada bagian goba masuk dalam klasifikasi kurang sesuai. Distribusi karang yang paling luas berdasarkan hasil pengolahan citra Landsat 8 berada pada wilayah timur dan utara. Sedangkan untuk pertumbuhan karang yang paling baik berdasarkan transek garis berada di wilayah selatan pada kedalaman 7 meter dengan presentase tutupan karang keras sebesar 80% sedangkan presentase tutupan karang keras terendah berada di wilayah selatan pada kedalam 4 meter sebesar 35,33 %. Pengaruh lingkungan tempat hidup serta tekanan lingkungan yang diterima oleh terumbu karang menyebabkan pertumbuhan terumbu karang serta distribusinya berbeda-beda

    Pendugaan Geol1strik Untuk Identifikasi Keterdapatan Airtanah Di Perkebunan Kelapa Sawit Muarakandis Kabupaten Musirawas Provinsi Sumatera Selatan

    Get PDF
    INTISARI Penelitian ini dilakukan pada lahan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Muarakandis, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selman. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan distribusi vertikal nilai tahanan jenis clan material batuan serta rnengevaluasi keterdapatan formasi pembawa airtanah untuk keperluan pembuatan sumur produksi. Distribusi vetikal nilai tahanan jenis batuan didekati dengan uji geolistnik pada 8 tifik pengamatan dengan kedalaman penetrasi yang bervariasi tnulai dari 100 hingga 500 meter. Selanjutnya, nilai tahanan jenis basil pengukuran di lapan gran pembuatan penampang serta analisis kandungan airnr ya didekati dengan interpretasi perangkat hmak 1P2Win versi 2.1. Hasil penelitian nienunjukkan bahwa secara vertikal material penyusun didominasi oleh material yang bersifai hat (clay) dan akuifer yang bersifat pereelahan sebagai batuan induk dengan nilai tahanan jenis bervariasi antara 2-10 Qmeter. Kisaran nilai ini menandakan bahwa di wilayah kajian tidak terdapat potensi airtanah dalam junilah yang eukup sebagai sumber air bersih, karena lapisan pembawa air dengan besaran tahanan jenisi antara 2-10 Qmeter tersebut sering dikalegorikan sebagai akuitard Kata kunci: akuifer, akuitard, pendugaan georistrik, tahanan jeni
    corecore