5 research outputs found

    PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KULIT TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK PADA MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT

    Get PDF
    Latar belakang : Derajat kerusakan jaringan kulit akibat sengatan listrik salah satunya dipengaruhi oleh sifat konduktor media. Air laut pada umumnya memiliki jumlah elektrolit lebih tinggi daripada air tawar sehingga memiliki sifat konduktor listrik lebih baik. Cedera jaringan kulit tidak selalu terlihat dari luar pada kasus trauma listrik di dalam air. Gambaran histopatologis diperlukan dalam menilai kerusakan akibat trauma sengatan listrik di dalam air. Tujuan : Mengetahui perbedaan gambaran histopatologis kulit tikus Wistar yang diberi aliran listrik pada media air tawar dan air laut. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan desain The Post Test Only Group Design. Sampel adalah 12 ekor tikus wistar terbagi dalam 2 kelompok. Tiap kelompok terdiri 6 ekor tikus. Kelompok pertama (P1) adalah kelompok yang diberi paparan melalui media air tawar. Kelompok kedua (P2) adalah kelompok yang diberi paparan melalui media air laut. Setiap kelompok akan diberi paparan listrik sebesar 220V dan 100mA selama 45 detik. Kulit bagian punggung akan diambil dan kemudian dilakukan pengecatan Haemotoksilin Eosin. Kerusakan kulit dinilai dari luas daerah jaringan kulit yang mengalami nekrosis di lapisan epidermis dan dinyatakan dalam prosentase Hasil : Hasil statistik menggunakan independent t test terdapat perbedaan yang bermakna luas daerah nekrosis kulit tikus Wistar akibat paparan arus listik melalui media air tawar dan air laut (p=0,0001) Kesimpulan : Terdapat perbedaan gambaran histopatologis kulit tikus Wistar akibat paparan arus listrik melalui media air tawar dan air laut. Kata Kunci : Paparan listrik melalui media air tawar, paparan listrik melalui media air laut, gambaran histopatologis kuli

    PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAU

    Get PDF
    Latar belakang: Listrik merupakan suatu bentuk energi yang pada keadaan tertentu dapat melukai tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Sengatan arus listrik dapat menjalar melalui media air. Komplikasi trauma listrik salah satunya adalah serangan jantung. Sengatan listrik mengakibatkan gangguan pada kelistrikan jantung dan merusak otot jantung. Tujuan: Mengetahui perbedaan gambaran histopatologi otot jantung tikus Wistar akibat paparan arus listrik melalui media air tawar dan air laut. Metode:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian the post test only group design. Terdapat 2 kelompok perlakuan dimana setiap kelompok terdapat 6 tikus Wistar jantan. Setiap kelompok perlakuan diberi sengatan pada arus listrik bolak-balik, 220V, 200mA, 50Hz selama 60 detik melalui media air laut. Setelah diberi perlakuan, dilakukan dekapitasi pada leher tikus dan diambil organ jantung kemudian dilakukan pembuatan preparat histologi menggunakan pengecatan HE. Setiap sediaan preparat sampel jantung dilakukan pembacaan dalam lima lapangan pandang dengan pembesaran 400x.Sasaran pembacaan adalah inti sel pada otot jantung yang berbentuk persegi. Hasil:UjiIndependent-t test didapatkanhasilp=<0,001, karenap< 0.05 makaterdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kerusakan sel otot jantung tikus Wistar akibat paparan arus listrik melalui media air laut dan air tawar. Kata kunci: Paparan arus listrik, Gambaran histopatologi otot jantung, Air tawar, Air laut

    PERBEDAAN KEBERHASILAN PEMERIKSAAN DNA MITOKONDRIAL PADA SAMPEL DARAH DAN URIN SIMPAN

    Get PDF
    BaCkgrOUndS:Identification of a person, either a victim or a criminal, in various forensic cases could use various methods, i.e. conventional and modern methods, whereas is based on genetic code (DNA).DNA test has an advantage because DNA has more stable property than conventional genetic marker method.Other than nDNA that is frequently more well known as DNA, in 1981 the mitochondrial DNA (mtDNA) was discovered. Every cell has about 1000 to 10,000 copies of mtDNA, so mtDNA may be found in a very small amount of sample. It is very different from nDNA that only 2 copies are found in each cell. Purpose of Study:To find out the difference in result of stored urinary mtDNA test as compared with blood mtDNA test and than used for reference to personal identification. Materials and Methods:Cross-sectional study method with amount of sample in each group is 12 persons. Univariate analysis was performed independently on blood and urinary sample whose mitochondrial DNA has been examined. The results of univariate analysis were presented in the form of frequency distribution table. Bivariate analysis is the follow-up of the results of univariate analysis, this was performed on the results of blood mitochondrial DNA and urinary mitochondrial DNA tests that were presented in the form of 2 x 2 cross table using mcNemar test. Results:The results of mitochondrial DNA test on urinary and blood sample with the formation of bands in electrophoresis gel of 12 samples examined.The ratio of the results of urinary mtDNA test to blood mtDNA test is 83.3%. To prove the study hypothesis, further analysis was performed using McNemar test. By using McNemar test we find p value of 0.5. So the study hypothesis was proved to be refused, this means that there are no significant difference between mtDNA test on urinary sample and on blood sample. This is an evidence that the rate of successful results in mtDNA test on urin is very high. Conclusion:The rate of successful result of urinary DNA mitochondrial : blood DNA mitochondrial test is 83.3%. We find p value that is not significant (0.5), this is an evidence that mtDNA test on urine has a high rate of successful results that almost reach the rate of successful results of blood mtDNA test that is considered as reference sample. Latar Belakang : Identifikasi seseorang baik korban maupun pelaku pada berbagai kasus forensik, dapat menggunakan berbagai cam, yaitu cara konvensional dan modern, yaitu dengan pemeriksaan DNA. Pemeriksaan DNA mempunyai keunggulan karena DNA bersifat lebih stabil dibanding metode petanda genetik konvensional. Selain nDNA yang seringkali lebih dikenal dengan istilah DNA, pada tahun 1981 ditemulcan mitokondrial DNA ( mtDNA ). Setiap sel mempunyai 1000 hingga 10.000 copy mtDNA, sehingga mtDNA dapat ditemukan pada sampel yang sangat sedikit. Hal ini berbeda sekali dengan nDNA yang pada setiap selnya hanya mempunyai 2 copy / sel. Tujuan penelitian :Untuk mengetahui perbedaan keberhasilan pemeriksaan DNA mitokondrian dan DNA inti pada sampel darah dan win yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai rujukan untuk identifikasi personal lebih lanjut. Bahan dan cara : Metode penelitian cross-sectional dengan jumlah sampel masingmasing kelompok adalah 12 orang. Analisa univariate dilakukan secara terpisah terhadap sampel darah dan urin yang telah diperiksa DNA mitokondria-nya. Hasil analisa univariate disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisa bivariate merupakan tindak lanjut hasil analisa univariate, dilakukan terhadap hasil pemeriksaan DNA mitokondrial darah dan DNA mitokondrial urin yang disajikan dalam tebel silang 2 x 2 dengan menggunakan uji McNemar. Hash' : Keberhasilan pemeriksaan DNA mitikondrial pada sampel urin dan darah dengan terbentuknya pita ( bands ) pada gel elektroforesis dari 12 sampel yang diperiksa. Rasio keberhasilan pemeriksaan mtDNA urin terhadap pemeriksaan mtDNA darah sebesar 83,3%. Untuk membuktikan hipotesis penelitian, analisa lanjut dilakukan melalui uji Mc Nemar. Dengan uji Mc Nemar diperoleh p value sebesar 0,5. Sehingga hipotesis penelitian terbukti ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara pemeriksaan mtDNA pada sampel urin dengan sampel darah. Hal ini membuktikan bahwa tingkat keberhasilan pemeriksaan mtDNA pada win sangat tinggi. Kesimpulan :Tingkat keberhasilan pemeriksaan mitokondrial DNA urin : mitokondrial DNA darah sebesar 83,3%. Diperoleh nilai p yang tidak signifikan ( 0,5 ), hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan mtDNA pada urin mempunyai keberhasilan yang tinggi yang hampir menyamai tingkat keberhasilan pemeriksaan mtDNA dari darah yang merupakan sampel referens

    PERBEDAAN HASIL PREPARASI FRAGMEN DNA MITOKONDRIAL DAN DNA INTI PADA SAMPEL URIN SIMPAN UNTUK ICEPENTINGAN IDENTIFIKASI PERSONAL

    Get PDF
    Backgrounds: The identification of a person in various forensic cases may use both conventional and modern methods (DNA typing). DNA investigation has an advantage because DNA is more stable as compared with conventional genetic marker methods (for example, blood group), and DNA genetic codes are always differ from person to person, except for identical twin. Recently, personal identification by using urinary sample is beginning to play a sufficiently important role. In examinations of doping cases and narcotics abuse that are performed using urinary sample that gives positive results, the user often denies the result. Other than nuclear DNA, in 1981 the mitochondrial DNA (mtDNA) was discovered, i.e. DNA that resides in mitochondrion. Every cell has 1000 to 10,000 copies of mtDNA, so the mtDNA can be found in an extremely small amount of sample, and urinary sample is included among them. Methods: An analytic cross-sectional study was performed that involved 12 selected respondents (7 females and 5 males) from all age groups, urinary samples were collected for performing DNA fragmentation (mtDNA and nDNA) and blood samples were collected as reference sample (both mtDNA and nDNA). Description of difference of mtDNA and nDNA fragment preparation results was performed (both blood and urine), then the difference of fragment preparation result between mtDNA and nDNA in the urinary samples was analysed. Results: The result of blood mtDNA and nDNA fragment preparation was found to be 100%, whereas urinary mtDNA was 83,3% and urinary nDNA was 33,3%. From the analysis of difference between urinary mtDNA fragment preparation result as compared with urinary nDNA was found to be 83.3%:33.3% with p = 0.031. So the result of urinary mtDNA fragment preparation was proved to be 2.5 times higher than urinary nDNA fragment preparation. Conclusion: Because the result of urinary mtDNA fragment preparation is higher than urinary nDNA fragment preparation, so in cases of narcotic abuse or doping with urine as the sample, then the mtDNA investigation should be used to find out the owner of the urine. Latar belakang : Identifikasi seseorang pada berbagai kasus forensik dapat menggunakan cara konvensional maupun modern ( DNA typing ). Pemeriksaan DNA mempunyai keunggulan karena DNA bersifat lebih stabil dibanding metode petanda genetik konvensional ( misalnya golongan darah ), dan kode genetik DNA pada setiap individu pasti berbeda, kecuali pada kembar identik. Identifikasi personal dengan menggunakan sampel urin akhir-alchir ini mulai memegang peran cukup penting. Pada kasus doping dan pemeriksaan narkoba yang menggunakan sampel urin dengan basil yang positif seringkali terjadi pengingkaran oleh pengguna. Selain DNA inti, pada tahun 1981 ditemukan DNA mitokondrial ( mtDNA ), yaitu DNA yang terdapat pada mitokondria. Setiap sel mempunyai 1000 hingga 10.000 copy mtDNA, sehingga mtDNA dapat ditemukan pada sampel yang sangat sedikit termasuk diantaranya adalah sampel urin. Metoda : Dilakukan 'studi cross β€” sectional analitik dengan melibatkan 12 responden terpilih ( 7 perempuan dan 5 laki-laki ) dari semua golongan umur yang diambil sampel urin untuk dilakukan preparasi fragmen DNA ( mtDNA dan nDNA ) dan dilakukan pengambilan darah sebagai sampel referensi ( baik mtDNA maupun nDNA ). Dilakukan diskripsi perbedaan basil preparasi fragmen mtDNA dan nDNA ( balk darah maupun urin ), kemudian dianalisis perbedaan hasil preparasi fragmen mtDNA dibanding nDNA pada sampel urin. Basil : Didapatkan basil preparasi fragmen mtDNA dan nDNA darah sebesar 100%, mtDNA urin sebesar 83,3% dan nDNA urin sebesar 33,3%. Dan analisis perbedaan basil preparasi fragmen mtDNA dibanding nDNA win didapatkan 83,3%:33,3% dengan p=0,031. Sehingga basil preparasi fragmen mtDNA urin terbukti 2,5 kali lebih tinggi dari preparasi fragmen nDNA urin. Simpulan : Karena hasil preparasi fragmen mtDNA urin lebih tinggi dari preparasi fragmen nDNA urin maka pada kasus-kasus narkoba atau doping dengan urin sebagai sampelnya sebaiknya digunakan pemeriksaan mtDNA untuk mengetahui kepemilikan dari urin tersebut

    PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTAK TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK PADA MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT

    Get PDF
    Latar belakang : Kecelakaan akibat paparan arus listrik dapat membahayakan manusia. Kasus kecelakaan akibat listrik seringkali terjadi melalui media air. Otak adalah organ yang dapat dilewati aliran listrik (konduktivitas) dan peka terhadap rangsangan (stimulus). Komplikasi luka trauma listrik pada otak dapat menggangu status mental, mengakibatkan apnoe, merusak sel saraf yang disebut ensefalopati anoksik, perdarahan subarakhnoid, dan organic brain syndrome. Dewasa ini terdapat beberapa pustaka dan penelitian mengenai akibat trauma listrik yang sudah diteliti. Namun belum pernah ada penelitian yang membahas kerusakan otak akibat paparan arus listrik pada media air. Tujuan : Mengetahui perbedaan gambaran histopatologis otak tikus Wistar akibat paparan arus listrik pada media air tawar dan air laut. Metode : Penelitian true experimental laboratorik dengan post test only group design. Sampel penelitian adalah tikus Wistar jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi, kemudian dibagi secara acak dengan simple random sampling. Paparan arus listrik yang digunakan adalah arus AC, tegangan 220 V, kuat arus 200 mA dan frekuensi 50 Hz selama 60 detik. Media hantaran yang digunakan adalah air tawar dan air laut. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung gambaran histopatologi otak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shaphiro-Wilk kemudian dilanjutkan dengan uji-t tidak berpasangan. Hasil : Uji Shaphiro-Wilk didapatkan distribusi data normal (p > 0,05) yaitu kelompok air tawar (p=0,328) dan kelompok air laut (p=0,939). Uji-t tidak berpasangan didapatkan (p ≀ 0,001), karena p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok air tawar dan air laut. Kesimpulan : Paparan arus listrik pada media air tawar dan air laut menyebabkan terjadinya perbedaan gambaran histopatologi otak. Kata Kunci : Paparan arus listrik, media air tawar dan air laut, gambaran histopatologi otak, tikus Wistar
    corecore