24 research outputs found

    Interaksi Antara Upaya Konservasi Arsitektur Dengan Pengembangan Pusat Kota Lama Kolonial Di Surakarta

    Get PDF
    Dalam suatu kota seumumnya terdapat konflik-konflik dan ketidak pastian antara konservasi lingkungan dan bangunan dengan pengembangan pelayanan umum, jasa komersial dan fasilitas budayanya. Sektor formal ekonomi perkotaanpun berkonflik dengan sector ekonomi informal. Kebijakan yang awalnya merupakan kebijakan pusatpun berkonflik dengan harapan dan kepentingan daerah setelah kota-kota berstatus otonom. Kesemua interaksi dimaksud menimbulkan kekacauan visual; kekumuhan, pelanggaran atas lingkungan dan bangunan yang dikonservasikan, marjinalisasi masyarakat kelas ekonomi bawah, menimbulkan penurunan kualitas lingkungan-lingkungan fisik, alami dan sosial. Tujuan penelitian, untuk mendapatkan model perancangan perkotaan tersesuai bagi pusat kota lama kolonial Surakarta, berkarakteristik interaksi antara upaya konservasi arsitektur dengan pengembangan pusat kota. Terujinya tingkat keefektifan dan feasibilitas model interaksi dimaksud, sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk mengendalikan interaksi dimaksud. Metoda penelitiannya adalah penelitian kualitatif, berketerpaduan faham rasionalistik dan naturalistik. Hasil penelitian adalah design guidelines model interaksi antara upaya konservasi arsitektur dengan pengembangan di pusat kota lama colonial di Surakarta, bergradasi tema interaksi

    STUDI TIPOMORFOLOGIS BANGUNAN KANTOR PENINGGALAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI SURAKARTA PERIODE 1900-1940

    Get PDF
    Bangunan kolonial, dalam hal ini kolonial Belanda, adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya (Eropa) ke daerah koloni di seberang laut tersebar di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia (dulu: Hindia Belanda), dalam hal ini kota Surakarta. Suka atau tidak, bangunan dimaksud telah menjadi bagian dari khasanah arsitektur di Indonesia. Dalam menjalankan aktivitas mereka, kolonial Belanda antara lain memerlukan bangunan kantor. Dalam perkembangan jaman, sejak adanya politik etis dalam pemerintahan tradisional Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningratpun, muncul tipe bangunan kantor, yang belum dikenal dalam jaman-jaman sebelumnya. Tujuan penelitian, untuk mendeskripsikan perolehan macam tipologi dan morfologi  bangunan di Surakarta yang berfungsi awal kantor  yang dirancang dan dibangun antara tahun 1900-1940.  Penggalian tipomorfologinya, dirunut dari bangunan sumber pengaruh yang relevan di Belanda sebagai hasil pengaruh dari negara-negara relevan di sekitarnya, yang kemudian terbawa dan mempengaruhi bangunan yang diperuntukkan sejak awal sebagai kantor di Surakarta. Kajian tipomorfologis, selain dikaji tipologi arsitektural dan non arsitekturalnya, juga morfologi dalam tata letak, tata ruang dan bentuk arsitektural.  Metoda penelitiannya adalah perpaduan dari deskriptif analitis kualitatif dan historis. Hasil penelitian, dalam tipologi non arsitektural terkait kepemilikan lama bangunan, untuk tipologi arsitektural adalah asal tipologi bangunan kantor. Dalam morfologi tata letak terkait square dan jalan penting. Dalam  morfologi tata ruang, terkait tipe dasar, pola organisasi ruang, sifat dasar, berruang antara/selasar depan,  kesimetrisan dan hirarki ruang. Untuk morfologi bentuk, terkait bentuk geometris massa, berlantai tingkat atau tidak, gaya arsitektur, serta penampilan entranse. Perbedaan yang timbul, disebabkan antara lain oleh iklim dan budaya setempat serta karakter arsitek yang terlacak

    TIPOMORFOLOGI TATA LETAK BANGUNAN KANTOR ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA PERIODE TAHUN 1870-1940 DI SEMARANG

    Get PDF
    Indonesia yang pada masa pra kemerdekaan disebut para leluhur sebagai Nusantara, dari segi penjajah/kolonial Belanda mereka sebut Hindia Belanda. Kolonial Belanda banyak meninggalkan arsitekturnya di masa lalu pada hamper seluruh wilayah negeri ini, tak terkecuali kota Semarang. Semarang sebagai kota pelabuhan, pada era kolonialisme Belanda kota ini berperan strategis bagi penyelenggaraan kegiatan supply pangan, komersial maupun pertahanan keamanan mereka. Antara lain terwujud dalam bangunan kantor.   Pada periode tahun 1870-1940 sejak diterbitkannya Undang-Undang Agraris adanya Cultuurstelsel dan adanya politik etis, hingga pada era surutnya arsitektur kolonial pada tahun 1940, di Semarang terdapat banyak bangunan kantor yang hingga kini masih dilestarikan, meski terdapat pula yang sudah terlanjur didemolisi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali macam tipologi dan morfologi  bangunan yang berfungsi awal kantor, dalam periode antara tahun 1870-1940.  Penggalian tipomorfologinya, ditelusur dari pengaruh arsitektur Belanda dan Negara sekitarnya yang terbawa dan mempengaruhi arsitektur lokal Jawa; baik dalam wujud yang masih kental karakter asal Eropanya, maupun yang lebih berimbang sebagai persenyawaan antara kedua karakternya.Baik dalam aspek tata letak, tata ruang dan bentuk arsitektural. Macam metoda penelitiannya, deskriptik analitis kualitatif. Hasil penelitiannya, macam tipomorfologi bangunan kantor di Semarang, baik yang berlokasi di kota lama Semarang, maupun di luar sekitarnya. Pertama, adalah tipologi sejenis dengan bangunan komersial  Eropa abad XVII. Kedua, serupa dengan tipe bangunan kantor merangkap rumah dinas di kota-kota lama di Nederland. Ketiga, Berdenah layaknya bangunan publik masa awal Arsitektur Modern, yang berperencanaan open plan Keempat, kurang spesifik sebagai bangunan karena  mirip denah bangunan rumah tinggal

    PROSPEK REVITALISASI EKS PABRIK GULA COLOMADU KARANGANYAR TERHADAP PERKEMBANGAN KOTA KARANGANYAR DAN SURAKARTA

    Get PDF
    Eks  Pabrik  Gula  (PG)  Colomadu  Karanganyar  merupakan  salah  satu  dari dua  buah pabrik  gula  di Karanganyar  sebagai peninggalan  Sri Paduka  Mangkunegara  IV  (MN IV). Karenanya MN IV juga dikenal sebagai Bapak Gula. Lokasi PG Colomadu di Kecamatan  Colomadu,  suatu  enclave  dari  Kabupaten  Karanganyar  di  seb elah  barat Surakarta. Sedangkan PG Tasikmadu berlokasi di kecamatan Tasikmadu, di dekat Kecamatan  Kabupaten   Karangnyar,   di  sebelah   timur   Surakarta.   Dalam perkembangannya  PG  Tasikmadu  masih  beroperasi,  sedangkan  PG  Colomadu  tidak lagi.   Dengan  kehadiran   PG   ini,   Kabupaten   Karanganyar   sebagai  hinterland   kota Surakarta berkaitan dengan perkembangan kota Surakarta. Revitaslisasi PG Colomadu selain untuk menyelamatkan arsitektural dan aset-aset pabriknya, untuk menumbuhkan kembali  nilai-nilai  penting  Cagar  Budaya  dengan  penyesuaian  fungsi ruang  baru  yang tidak  bertentangan  dengan  prinsip  pelestarian  dan  nilai  budaya  masyarakat,  menjadi solusi  tepat   untuk   menghentikan   vandalisme   yang  melanda  peninggalan  arsitektural jaman    peninggalan    kolonial   Belanda    ini.    Pembahasan    revitalisasinya    ini   untuk mengetahui  apa  posisi  dan  makna  hasil  revitalisasinya  nanti  terhadap  perkembangan kota   Karanganyar   sendiri  dan   kota   Surakarta.   Dengan  metode  deskriptif  analitik kualitatif,  dihasilkan  bahwa  hasil  revitalisasi  bangunan  beserta  kawasannya  dimaksud akan   menjadi   ikon   baru   penanda   (landmark)      lingkungan   yang   menambah   dan merupakan rangkaian  daerah tujuan wisata di daerah Karanganyar  dan Surakarta

    PERKEMBANGANPERUMAHAN DAN PERMUKIMAN SEBAGAI PENENTU ARAH DAN BENTUK KEBUTUHAN PERMUKIMAN DI PINGGIRAN KOTA

    Get PDF
    Latar belakang yang melandasi dilakukannya penelitianPerkembangan Perumahan dan Permukiman sebagai Landasan dalam Menentukan Arah dan Bentuk Kebutuhan Permukiman di Pinggiran Kota adalah terciptanya kesinambungan program, untuk mengatasi permasalahan perumahan dan permukiman yang kompleks, karena perumahan dan permukiman merupakan salah satu unsur utama dalam tata ruang wilayah yang berkembang dinamis sesuai perkembangan penduduk. Permasalahan yang terjadi  menyangkut belum tersedianya Naskah Akademik, sehingga memberi pengaruh yang sangat besar bagi program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di wilayah perdesaan dan perkotaan belum secara komprehensif memecahkan permasalahan perumahan dan permukiman, sebagai konsekuensi dari pertumbuhan penduduk terjadi perluasan fungsi wilayah dan peningkatan kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang tidak terkendali. Tujuan jangka panjang dari kegiatan penelitian ini adalah terstrukturkannya upaya penataan dan mengantisipasi pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman perdesaan dan perkotaan pada suatu kota/ wilayah. Metodologi yang direncanakan, tersusun atas dua tahapan yang terkait. Tahap pertama, metodologi yang digunakan adalah peran data-base dan naskah akademik untuk memberi arah dan bentuk pengembangan perumahan dan permukiman di perdesaan. Sedangkan tahap kedua  metodologi yang digunakan adalah peran data-base dan naskah akademik untuk memberi arah dan bentuk pengembangan perumahan dan permukiman di perkotaan. Pada masing-masing tahapan dilakukan analisis terhadap beberapa kebijakan rencana tata ruang, tata lingkungan, tata bangunan, serta pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman pada berbagai bentuk kawasan perumahan dan permukiman.Secara keseluruhan diharapkan dapat diperoleh gambaran seutuhnya dari peran data-base dan naskah akademik dalam memberi arah dan bentuk pengembangan perumahan dan permukiman pada suatu wilayah. Manfaat dari penyusunan Naskah Akademik merupakan langkah inovatif bagi pengembangan ilmu perancangan arsitektur, perencanaan kota dan wilayah, serta lingkungan.  Mengingat dominasi pemanfaatan ruangnya diharapkan pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman yang berciri kedesaan dan kekotaan dapat didukung oleh arahan dan pengendalian yang benar untuk menghindari terganggunya kelangsungan perkembangan wilayah, baik kegiatan fungsional maupun aktivitas penduduk di dalamnya

    KEKELIRUAN PERSEPSI DALAM PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PENGGAL JALAN YOSODIPURO SURAKARTA

    Get PDF
    Ruang terbuka kota serta jalur pedestrian merupakan dua dari delapan elemen fisik perancangan kota yang harus terdapat dalam perancangan kota. Ruang terbuka kota dapat berbentuk ruang terbuka hijau (RTH), maupun ruang terbuka non hijau (RTNH) sebagaimana: jalan, jalur pedestrian; maupun badan air. Di antara bermacam-macam fungsi utama ruang tata hijau, adalah menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara kota, sebagai peneduh, produsen oksigen. Di tengah situasi perubahan iklim global yang berdampak kerusakan lingkungan dan bencana yang semakin memprihatinkan, sebagai responnya adalah pasal 63 UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH):  prinsipnya pemerintah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah, dengan salah satu instrumen pembinaan dan pengawasan berupa: Program  Menuju Indonesia Hijau (Program MIH). Ini dilatarbelakangi oleh makin merosotnya luasan RTH di Surakarta hingga 11,9 %. Kementerian Pekerjaan Umum terdorong untuk mewujudkan Kota Hijau sebagai metafora Kota Berkelanjutan, yang mendorong  timbulnya  Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) bagi setiap kota, antara lain di Surakarta. Diduga terdapat kekeliruan persepsi dan bagi perencana dan pelaksanaan pelaksana P2KH dalam penambahan RTH, sehingga jalur-jalur pedestrian pada beberapa bagian penggal-penggal jalan di kota Surakarta, antara lain di penggal jalan Yosodipuro dari perempatan Monumen Pers Nasional–pertigaan dengan Jalan dr. Muwardi yang merupakan RTNH berubah menjadi RTH. Jalur pedestrianpun menghilang. Penelitian ini bertujuan untuk menggali macam kekeliruan persepsi dalam penyedian RTH pada penggal jalan Yosodipuro dari Monumen Pers Nasional-pertigaan dengan jalan dr. Muwardi. Macam metoda penelitiannya, deskriptik analitis kualitatif. Hasil penelitiannya, terdapat enam kelompok tema yang dirinci dalam sembilan macam tema kekeliruan dalam dan solusi penganggulangannya bagi pihak-pihak terkait di Surakart

    Perkembangan Perumahan Dan Permukiman Sebagai Penentu Arah Dan Bentuk Kebutuhan Permukiman Di Pinggiran Kota

    Full text link
    Latar belakang yang melandasi dilakukannya Penelitian Perkembnagn Perumahan dan Pemukiman sebagai landasan dalam menentukan arah dan bentuk kebutuhan permukiman di pinggiran kotaadalah terciptanya kesinambungan program, untuk mengatasi permasalahan Perumahan dan permukiman yang kompleks............

    Kultivasi Chlorella, sp Pada Media Tumbuh Yang Diperkaya Dengan Pupuk Anorganik Dan Soil Extract

    Get PDF
    Mikro alga jenis Chlorophyceae SP adalah alga laut yang menghasilkan zat gizi seperti asam lemaktak jenuh omega-3, 6, dan 9, serat, vitamin, protein dan mineral. Warna hijau dari klorofil padaChlorella,sp disebut darah hijau (green blood) mempunyai kandungan zat besi pembentukhemoglobin. Pada Chlorella,sp kering terdapat enzim Superoxide dismutase (SOD) sekitar 10.000-37.500 units per 10 gram yang merupakan anti radikal bebas untuk mencegah penuaan dini. Sementaraproduksi Chorophyceae secara alami masih terbatas, Untuk itu ada teknik budidaya alga denganmemanipulasi media hidup yaitu media sintetik. Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan melihatpengaruh perlakuan media tumbuh terhadap pertumbuhan atau kepadatan sel dengan menggunakanHemaesitometry. Pupuk anorganik proanalis dan soil extract ditambahkan ke dalam wadah kultivasi.Chlorella, sp pada umur kultivasi 13 hari menghasilkan jumlah sel tertinggi sebanyak 7,7567 logsel/mL (5,7120x107 sel/mL. Chlorella, sp pada pupuk soil extract pada umur kultivasi 9 harimenghasilkan jumlah sel tertinggi sebanyak 5,7533 log sel/mL (5,6666x107 sel/mL). Lajupertumbuhan Chlorella,sp menunjukkan hasil paling baik pada media kultivasi yang menggunakanpupuk anorganik (conwy) dibandingkan dengan pupuk soil extract

    IDENTIFIKASI ARSITEKTUR PADA DAERAH PINGGIRAN KOTA SURAKARTA Kasus: Lingkungan Batas Kota Gerbang Makutho

    No full text
    Daerah pinggiran kota atau periphery adalah daerah yang terletak antara kota dan desa, ditandai dengan penggunaan tanah campuran. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara kota dan desa dengan berbagai faktor atau unsur dalam desa, dalam kota dan di antara desa dan kota. Interaksi ini dapat dilihatsebagai suatu proses sosial, ekonomi, budaya ataupun politik, yang lambat ataupun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan. Lingkungan sekitar Gerbang Makutho di Jalan Adi Sucipto di bagian barat kota Surakarta, adalah merupakan daerah pinggiran kota yang mengalami interaksi antara kota Surakarta dan desa di sekitarnya dalam lingkup wilayah Karanganyar. Dengan adanya interaksi dimaksud, menarik untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam, khususnya dilihatdari aspek arsitektur meliputi: fungsi, gaya bangunan, ketinggian bangunan, kepadatan bangunan, dan teknologi. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan,dan analisis, dihasilkan: a) fungsi bangunan untuk: pendidikan, industri, hotel, kantor, gedung pertemuan, restoran, ibadah, rumah sakit, mini market, dealer mobil/ motor, bengkel/ cuci mobil, olah raga, rumah dan toko/ usaha, toko bahan bangunan, ibadah, dan rumah tinggal. b) Gaya bangunan meliputi: arsitektur Vernakular Jawa, Arsitektur Modern, Arsitektur Modern Tropis, dan Arsitektur Post Modern. c) Ketinggian bangunan satu sampai dengan lima lantai. d) Kepadatan bangunan relatif belum padat. e) Teknologinya, bersifat konvensional maupun modern

    HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN FUNGSI DAN FISIK ARSITEKTURAL RUANG TERBUKA BERSEJARAII KOTA DENGAN KEBIJAKAN PENGUASA PADA ERA 1901-2004 Studi Kasus: Taman Sriwedari Surakarta

    No full text
    Penelitian ini berpendekatan naturalistik kualitatif, analisis isi dan Performance Management System. Tujuannya: interpretasi peneliti atas fenomena empirik hubungan antara perubahan  fungsi dan fisik arsitektural ruang terbuka bersejarah kota Surakarta: Taman Sriwedari dengan pengaruh kebijakan penguasa pada era 1893-2004. Tiga era tema perubahannya: 1901-1979, 1979-1984 dan 1984-2004.  Fungsi dan fisik awalnya didominasi budaya sakral (Malem Selikuran) serta profan (Maleman Sriwedari, wayang orang, ketoprak, rekreasi umum, olahraga dan pendidikan); berdomain publik. Penguasa tradisional pembangunnya (PB X, 1893-1939), berpemerintahan kuat, berpergaulan modern, memajukan budaya ke puncak. Perubahan terbesar pada era ketiga: Walikota Hartomo (1985-1994), merenovasi Sriwedari (1986), banyak mengalihkan  fungsi dan fisik budaya bernuansa alami berdomain publik ke fungsi dan fisik komersial berdomain privat. Kesimpulan, pertama: desain awal Taman Sriwedari berkarakter organic, (diduga) dipengaruhi konsep Garden City. Kedua, pendekatan tata ruang fungsional dan ekologis pemerintah, seyogyanya pendekatan perilaku dan partisipasi masyaraka
    corecore