26 research outputs found

    Model Spatial Analysis untuk Penilaian Bangunan Cagar Budaya di Kota Gresik

    Get PDF
    Gresik is one of the old cities in Java that has experienced a period of appearing and developing for a long time. In Gresik, there are many archaeological remains in the form of old buildings, especially from the colonial period, which are scattered in several regions in the city of Gresik. The assessment of cultural heritage, especially of the types of buildings so far has been carried out, especially in the framework of preservation and cultural resource management,but not much is known about the mechanism. Therefore, in this study a valuation model is proposed using a tiered quantitative analysis method derived from spatial analysis methods with a weighting factor. In this study proposed building ratings are building class D = Poor, building class C = Moderate, building class B = Good, and building class A = Excellent. Gresik merupakan.salah satu kota lama di Pulau Jawa yang telah mengalami masa muncul dan berkembang dalam kurun waktu yang cukup lama. Di Gresik banyak dijumpai tinggalan arkeologis berupa bangunan tua, khususnya dari periode kolonial yang tersebar di beberapa kawasan di Kota Gresik .  Penilaian cagar budaya, khususnya jenis bangunan, selama ini telah dilakukan terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan dan kepentingan terkait dengan  pelestarian, tetapi belum banyak diketahui bagaimana mekanismenya Oleh karena itu, di dalam penelitian ini diajukan  model penilaian dengan menggunakan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Metode ini merupakan implementasi dari metode spatial analisis dalam kajian GIS (Geographic Information System).  Dalam penelitian ini diajukan peringkat bangunan, yaitu kelas bangunan D = Kurang, kelas bangunan C = Cukup, kelas bangunan B = Baik, dan kelas bangunan A = Istimew

    Interaksi Minat Belajar dengan Penerapan Model CPS Berbantuan EKTS Dibandingkan Trainer pada Instalasi Motor Listrik SMK

    Get PDF
    Proses pembelajaran yang berkualitas dapat tercipta apabila siswa dan guru berperan aktif di dalamnya. Faktor keberhasilan proses pembelajaran salah satunya faktor minat belajar siswa, apabila seorang siswa memiliki minat terhadap mata pelajaran Instalasi Motor Listrik, maka siswa akan cenderung akan memberikan perhatian lebih pada materi pembelajaran. Minat Belajar dapat dijadikan sebagai faktor keberhasilan dari siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Creative Problem Solving melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Model pembelajaran Creative Problem Solving membutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan proses pembelajaran. Media EKTS bertujuan untuk mensimulasikan dasar-dasar sistem elektromagnetik, karena EKTS memiliki fitur yang berguna untuk mensimulasikan dan mengkoreksi kesalahan apabila terdapat kesalahan dalam merangkai rangkaian. Media Trainer memudahkan siswa dalam mempraktekkan rangkaian sistem kendali motor listrik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan tipe semu dan desain pretest posttest. Subjek penelitian yaitu kelas XI TITL 1 yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen 1 dengan perlakuan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan EKTS dan siswa kelas XI TITL 2 yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen 2 dengan perlakuan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan Trainer. Hasil uji t menunjukkan bahwa signifikansi nilai hasil posttest antara kedua kelas yaitu sebesar 0.005 artinya terdapat perbedaan peningkatan minat belajar siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan EKTS dibandingkan berbantuan Trainer. Hasil ini ditunjukkan dari beberapa penilaian yaitu minat belajar dengan lembar observasi; (1) terdapat perbedaan nilai rata-rata minat belajar pada kedua kelas; (2) data terdistribusi normal dan homogen; (3) signifikansi uji linearitas menunjukkan minat belajar siswa dan hasil belajar bersifat linear. kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan minat belajar siswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 memiliki perbedaan signifikansi sebesar 0.005

    Effects of Moringa Oleifera Leaves and Honey Supplementation during Pregnancy on Mothers and Newborns: A Review of the Current Evidence

    Get PDF
    BACKGROUND: Malnutrition in pregnant women has been known to bring effects on the mothers’ and infants’ health. Food or nutrient supplementation is now being used to correct the problems. Moringa Oleifera leaves and honey are the two types of natural supplements used by pregnant women. AIM: This systematic review aimed to evaluate the potential effects of Moringa, honey, and both compared to ironfolic acid supplements given to pregnant women on the pregnancy outcomes. METHODS: A systematic review was conducted to evaluate the extent of the benefits of the supplementation of M. Oleifera, honey, or both against pregnant women. There were seven studies which are conducted in Indonesia on this topic. RESULTS: This review shows that M. Oleifera leaves in the form of extract and powder as well as honey could improve maternal weight and hemoglobin, and baby’s birth weight. Moreover, both interventions could reduce stress and protect mothers and their babies from negative effects of oxidative stress. CONCLUSION: Nevertheless, efforts are needed to formulate a recommended dose as adequate supplements for pregnant women

    Assessment of Old Buildings in Lasem City Based on Tiered Quantitative Analysis Method with Weighting Factors

    Get PDF
    Bangunan tua di Kota Lasem merupakan peninggalan sejarah dari masa Kolonial. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bangunan-bangunan tersebut dapat dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya jika telah melalui proses pendaftaran dan penilaian hingga pada akhirnya dilakukan penetapan oleh pemerintah sesuai dengan peringkatnya. Kegiatan penilaian terhadap bangunan tua di Kota Lasem yang dinilai memiliki ciri sebagai bangunan cagar budaya harus dilakukan terlebih dahulu sebagai dasar untuk membuat rekomendasi bagi pemerintah dalam melakukan penetapan sebagai bangunan cagar budaya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian cagar budaya khususnya dari jenis objek bangunan selama ini telah dilakukan terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan namun tidak diketahui mekanisme penilaian yang diterapkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengenalkan mekanisme model penilaian yang menerapkan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Metode ini biasa digunakan dalam berbagai penelitian di bidang ilmu eksakta khususnya dalam penilaian evaluasi lahan. Metode ini merupakan adaptasi dari metode analisis spasial yang berbasis pada algoritma. Hasil penilaian dengan model ini akan mampu menyusun formula yang diharapkan serta dapat menghasilkan nilai akhir untuk sebuah objek bangunan agar memperoleh kelas dalam kaitannya dengan rekomendasi untuk penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Dalam penelitian ini diajukan empat kelas rekomendasi, yaitu kelas bangunan dengan tidak atau kurang direkomendasikan, kelas bangunan direkomendasikan dengan level cukup, kelas bangunan direkomendasikan dengan level kuat, dan kelas bangunan yang direkomendasikan dengan level mendesak. Keempat level ini berkaitan erat dengan skala prioritas dalam rangkaian kegiatan penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Hasil penelitian ini diharapkan akan memperoleh suatu nilai kuantitatif dan terukur secara ilmiah dalam tata cara penilaian bangunan untuk penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Old buildings in Lasem City are a historical heritage from the colonial period. Based on Law Number 11 of 2010 on Cultural Heritage, these buildings can be categorized as Cultural Buildings if they have gone through the process of registration and assessment and finally designated by the government according to their rank. The assessment of old buildings in Lasem City which are considered to have the characteristics of a cultural heritage building must be performed first as a basis for making recommendations for the government in making the designation as cultural heritage buildings following applicable laws and regulations. The assessment of cultural heritage, especially from the types of building objects has been performed mainly in the context of preparing recommendations for designation, but the assessment mechanism applied is unknown. Therefore, this research introduces the mechanism of assessment model that applies tiered quantitative analysis methods with weighting factors. This method is commonly used in various research in the exact sciences, especially in evaluating land. This method is an adaptation of the spatial analysis method based on the algorithm. The results of the assessment with this model will be able to formulate the expected formula as well as can produce the final value for building object in order to obtain a class in relation to recommendations for designation as cultural heritage buildings. In this research, four recommendation classes were proposed, namely building which is not suitable or not recommended, recommended building with sufficient level, recommended building with strong level, and recommended building with urgent level. These four levels are closely related to the priority scale in a series of designation as cultural heritage buildings. The results of this research are expected to obtain a quantitative value and scientifically measured in the procedure for assessing buildings for designation as cultural heritage buildings

    Karakterisasi Tepung Tulang Ikan Belida (Chitala SP.) Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode Hidrolisis Protein

    Get PDF
    Belida (Chitala sp.) bone is one of the waste from amplang processing which not treated properly yet until now. The aim of this study were to determine the best condition of presto processing time and boiling frequency by protein hydrolysis method based on based on highest calcium obtained and to characterize properties of fish bone powder obtained. This study used Completely Randomized Design (CRD) with four treatment and three replications. Observed variable in this study were yield moisture content, protein content, fat content, ash content, and calcium content. The condition of treatment were P2R1 (2 hour presto and once boiling), P2R2 (2 hour presto and twice boiling), P3R1 (3 hour presto and once boiling), and P3R2 (3 hour presto and twice boiling). The results showed the treatment of P3R2 was the best treatment to obtain highest calcium content of fish bone powder. The properties of belida bone powder that P3R2 obtained were 27.77 % of yield, 3.12 % of moisture content, 0.26 % of protein content,0.91 % of fat content, 88.13% of ash content, and 30.93 % of calcium content

    Pengembangan Kawasan Bokoharjo Dan Sambirejo Sebagai Objek Wisata Budaya dan alam Sekaligus Upaya Penciptaan Lapangan Kerja

    Get PDF
    ABSTRAK Pembangunan kepariwisataan seharusnya tetap menjaga terpeliharanya kepribadian bangsa, kelestarian fungsi dan linglcungan hidup. Bokoharjo dan Sambirejo memiliki banyak potensi budaya yang merupakan cermin kepribadian bangsa Indonesia di masa lampau. Hal ini perlu dikembangkan sebagai objek wisata, karena pengembangan potensi budaya, khususnya candi, memiliki tujuan ganda, yakni pelestarian budaya dan objek wisata. Keletakan candi-candi di kawasan Bokoharjo dan Sambirejo relatif terpencar-pencar dan berada di lahan areal perbukitan. Lokasi perbukitan tersebut memiliki potensi keindahan alam dan budaya, maka pengembangan wisata di kawasan itu memerlukan penataan ruang/zona kosong. Pengembangan kawasan Bokoharjo dan Sambilegi kiranya juga harus diperhatikan karakteristik candi, bentang topografi, kondisi sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan mata pencaharian penduduk setempat. Potensi alam sebagai sumber penghidupan masyarakat di kawasan tersebut berupa sawah, tegalan, dan penambangan batu putih. Dengan pengembangan kawasan wisata diharapkan bisa menambah peluang lapangan kerja baru. Program pengembangan hendaknya bisa menjembatani ketiga faktor tersebut. Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner terbukti bahwa masyarakat di kawasan itu memberikan tanggapan positif apabila diadakan pengembangan kawasan wisata. Dengan demikian penelitian ini direncakan mendapatkan hasil berupa altematif pengembangan kawasan Bokoharjo dan Sambirejo sebagai berikut: 1) Paket wisata2) tempat penginapan tradisional3) sarana transportasi wisata menggunakan kuda seperti di Gedong Songo4) tempat penjualan cindera mata5) mengaktifkan potensi kesenian rakyat6) membangun arena bermain dan \u27camping ground\u277) sarana pos dan telekomunikasi8) promosi wisata. Perkiraan wilayah-wilayah yang potensial untuk penempatan sarana-sarana yang mendukung pengembangan objek wisata budaya dan alam di kawasan itu hendaknya didasarkan pada hasil pemetaan sebaran candi-candi dan pets topograf

    Intra Arterial Heparin Flushing Increases Cereberal Blood Flow in Chronic Ischemic Stroke Patients

    Get PDF
    BACKGROUND: Recently, stroke therapy is focused on reperfusion therapies for restoring cerebral blood flow (CBF) and minimizing the undesired effects of neuron ischemia. However, the thrombolytic therapy to restore CBF was restricted with narrow time window. On other hands, not many patients can reach the treatment immediately after the onset of stroke. A wider time window therapy that might increase CBF would probably helpful. This study aims to investigate the CBF improvement after intra arterial heparin flushing (IAHF) therapy in chronic stroke patients.METHODS: A clinical trial was conducted with time sampling. We collected chronic ischemic stroke subjects (with stroke onset ≥30 days) within periods February-September 2015. We investigated CBF before and after IAHF treatment in 75 chronic stroke patients. The difference before and after IAHF treatment in subgroup which is classified with infarct size and lesion area was tested. CBF was measured using MRI Quality Arterial Spin Labeling (qASL) with region of interest around infarct lesion.RESULTS: We found a significant CBF improvement (p<0.001) around infarct area after IAHF treatment with average 10.39mL/100g/min raised. CBF improvement was found in lacunar infarct (p<0.001) and non lacunar (p<0.001), also in infarct in cortical (p<0.05), subcortical (p<0.001) and both area (p<0.05).CONCLUSION: IAHF is associated with increased CBF around infarct area and IAHF probably offers some benefit for chronic stroke

    Jawa tengah sebuah potret warian budaya

    Get PDF
    Buku be rjudul jawa Tc11gail: Selma/1 Potrct W111 isa11 Budaya yang diluncurkan pada saat U lang Tahun Sebelas Windu Purbakala ini dimaksudkan untuk mewadahi keingi nan para pelajar, mahasiswa, pendidik, wisatawan atau masyarukat umum yang telah sering menyampaikan permintaan tersebut daIam berbagai kesempatan

    KARAKTERISASI TEPUNG TULANG IKAN BELIDA (Chitala sp.) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DENGAN METODE HIDROLISIS PROTEIN

    Get PDF
    Belida (Chitala sp.) bone is one of the waste from amplang processing which not treated properly yet until now. The aim of this study were to determine the best condition of presto processing time and boiling frequency by protein hydrolysis method based on based on highest calcium obtained and to characterize properties of fish bone powder obtained. This study used Completely Randomized Design (CRD) with four treatment and three replications. Observed variable in this study were yield  moisture content, protein content,  fat content, ash content, and calcium content. The condition of treatment were P2R1 (2 hour presto and once boiling), P2R2 (2 hour presto and twice boiling), P3R1 (3 hour presto and once boiling), and P3R2 (3 hour presto and twice boiling). The results showed  the treatment of P3R2 was the best treatment  to obtain highest calcium content of fish bone powder. The properties of belida bone powder that P3R2 obtained were 27.77 %  of yield, 3.12 %  of moisture content, 0.26 % of  protein content,0.91 % of fat content, 88.13% of  ash content, and 30.93 % of calcium content.
    corecore