20 research outputs found

    HUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN LIABUKU KECAMATAN BUNGI KOTA BAUBAU

    Get PDF
    This research was conducted from November to December 2018 in Liabuku Village, Bungi Subdistrict, Baubau Town, with the aim of knowing the characteristics of innovation consisting of relative advantages, compatibility, complexity, trialability, and observability and types of innovation decisions in SLPHT rice plants; know the level of adoption of SLPHT farmers for integrated pest control components; know the relationship between the characteristics of innovation consisting of relative advantages, compatibility, complexity, trialability and observability, as well as the type of innovation decisions with the level of SLPHT farmers' adoption of the Integrated Pest Management (IPM) component. The number of respondents was 30 who had attended SLPHT. The data analysis technique used is the analysis of the average and standard deviations and Spearman rank correlation test. To find out the difference in the level of adoption of the IPM components of rice between SLPHT and Non-SLPHT farmers using the t-test. Based on the results of research and discussion, it is found that the characteristics of innovation of farmers provide a relative advantage for farmers, 60% of farmers say there is compatibility of trialability with pest control needs, and 40% of respondents state that innovation is sometimes not according to needs. The adoption rate of SLPHT farmers to the IPM component was 40% of farmers using varieties of lowland rice according to recommendations, 60% using superior rice not in accordance with recommendations. For fertilization, 20% of farmers fertilize according to recommendations, and 80% of farmers fertilize not according to recommendations. For integrated pest control, 50% of farmers conduct IPM, the remaining 50% carry out pest control with certain techniques. For the use of natural enemies, 83.33% of farmers did not utilize natural enemies, the rest, 16.67% did not use natural enemies. For routine observations, 90% of farmers do routine observations but not every week, only 10% of farmers do every week. And observations made are only part of the observation stages. For the wise use of pesticides, all farmers combine pesticides with other techniques. There is a significant relationship between the characteristics of compatibility innovation with the use of natural enemies as indicated by the sig correlation value is 0.05 smaller. There is a significant relationship between complexity with routine observations which is shown by the correlation sig value is 0.013 smaller 0.05.    Keywords: Relationship, characteristics, innovation, adoption, IPM, farmers, lowland ric

    ANALISIS PENGEMBANGAN KELAPA OLAHAN DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH

    Get PDF
    This study aims to analyze the development of processed coconut based on the financial feasibility aspect and additional value of development processed coconut. This study is conducted at Mawasangka subdistrict, Central Buton Regency. In drawing the total of the respondent, it is drawn with the Slovin formula as many 55 respondents from 122. The result of this study shows that the development of processed coconut at Mawasangka subdistrict, Central Buton Regency to copra production business and shell charcoal was declared viable based on financial analysis obtained R/C ratio in amount 1,67 for copra and shell charcoal get value in amount 5,47. the cultivation of coconut to copra and shell charcoal is done for 3-4 times production in a year. Based on the result, it is suggested that the quality and volume of cultivation of processed coconut in the Mawasangka subdistrict highly need to be increased in order to be able to compete in the global market. Promotion of cultivation of processed coconut in the Mawasangka subdistrict also still needs to be increased in order that the market can be more exposed and increase a total of customers to overcome the poor management and limited capital. Keywords: feasibility analysis, processed coconu

    CARA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGU TANAMAN (OPT) TANAMAN SAYURAN DI KELURAHAN NGKARING-KARING

    Get PDF
    Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor kendala yang cukup sulit dalam usahatani pertanian di mana dapat menurunkan hasil panen. Pengendalian OPT secara terpadu merupakan salah satu konsepsi pengendalian hama yang ramah lingkungan, yang berusaha mendorong berperannya musuh alami dan merupakan cara pengendalian non kimia lainnya. Tujuan kegiatan Pengabdian Masayarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan petani tentang cara Pengendalian OPT tanaman sayuran dan peningkatan hasil panen petani sayuran. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2019 bertempat di Kelurahan Ngkaring-karing Kecamatan Bungi Kota Baubau.  Kesimpulan yang diperoleh petani dapat memahami tentang cara pengendaliuan OPT tanaman sayuran menggunakan pestisida nabati dan mengetahui cara pembuatan pestisida nabati. &nbsp

    PROSES PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK (NABATI) UNTUK MENGENDALIKAN KUTU DAUN DI DESA SRIBATARA KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON

    Get PDF
    Pestisida nabati merupakan pestisida yang terbuat dari bahan aktifnya berasal dari tumbuhan ataupun bagian tumbuhan yaitu akar, daun, batang ataupun buah. Pestisida nabati mempunyai keunggulan murah dan mudah di buat oleh petani bahkan relatif aman digunakan oleh manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang, sulit menimbulkan kekebalan hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Pestisida nabati dapat digunakan untuk pengendalian hama kutu daun (Aphids). Hama kutu daun adalah salah satu jenis hama dari golongan kutu-kutuan yang sering ditemukan pada hampir semua jenis tanaman hortikultura dan pada jenis tanaman lainnya Pengendalian kutu daun secara alami menggunakan pestisida nabati.&nbsp

    PENYULUHAN PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGANGGU TANAMAN HORTIKULTURA DI DESA LAWELA KABUPATEN BUTON SELATAN

    Get PDF
    Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah meniliki  keunggulan komparatif dan kompetitif dalam pemulihan perekonomian Indonesia di waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini  Salah satu tujuan pengembangan hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani yang dicapai melalui peningkatan produksi dan produktivitas. Pembangunan subsektor hortikultura di Indonesia pada masa mendatang di pacu ke arah sistem agribisnis. Salah satu kendala dalam prospek pengembangan tanaman hortikultura yaitu pengganggu organisme tanaman. Kesimpulan yang dapat di ambil yaitu petani dapat mengetahui pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tanaman hortikultura sehingga meningkatan hasil panen petani sayuran dan petani dapat mengetahui cara pengendalian OPT

    The Behavior and Market Efficiency of Aglaonema Ornamental Plants in Baubau

    Get PDF
    This research aims to look at the behavior and market efficiency of Aglaonema ornamental plants in Baubau, Indonesia. Furthermore, each agency's marketing channels, margins, expenses, and benefits are analyzed for technical and economic efficiency. In addition, 40 farmers were sampled using the census technique, and an institutional approach was taken utilizing the snowball method. The findings demonstrate that the quantity of customer demand determines market pricing behavior. The cost of the ornamental plants is paid in cash at the time of purchase, and there has been cooperation between traders with communication to ensure the number of ornamental plants purchased and an agreement on the payment system that will be given after the plants are sold, resulting in good cooperation. Intertwined does not rely on dealers providing financing to farmers. Furthermore, channel patterns 1,2 and 3 have no Marketing Efficiency, whereas channel 4 patterns have 46 percent and channel 5 patterns have a ratio of 48 percent. As a result, channels 4 and 5 are deemed inefficient

    Program Pendampingan Mahasiswa dalam Praktek Pengenalan Lapangan Prasekolah di SD Negeri 4 Lakudo

    Get PDF
    Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat di SD Negeri 4 Lakudo adalah untuk membantu mahasiswa menjadi lebih mahir dalam mengelola kegiatan Program Pengenalan Lapangan Prasekolah. Mahasiswa akan berlatih melakukan observasi langsung terhadap budaya sekolah, observasi untuk mengembangkan kompetensi, dan observasi langsung terhadap proses pembelajaran di kelas selama kegiatan pengabdian ini. Guru, staf dan dosen pembimbing di SD Negeri 4 Lakudo turut membimbing mahasiswa dalam melakukan kegiatan obsevasi ini sehingga dapat direalisasikan dalam kegiatan selanjutnya. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini menggunakan metode survey lapangan. Program ini melibatkan kepala sekolah dan guru SD Negeri 4 Lakudo. Hasil pengabdian ini menunjukkan pencapaian yang sangat baik dari indikator yang ditetapkan untuk observasi, sikap, dan kedisiplinan. Dengan bobot skor 1048,34 dan nilai rata-rata 87,37,  Hal ini menandakan bahwa siswa dipersiapkan untuk melaksanakan praktik mengajar di SD Negeri 4 Lakudo dalam pelaksanaan Pengenalan Lapangan Prasekolah (PLP). &nbsp

    CARA PEMBENTUKAN PUPUK ORGANIK DARI MOLEKUL ORGANISME LOKAL (MOL) PADA PETANI SAYURAN

    Get PDF
    Penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian yang terus menerus akan berakibat pada penurunan tingkat kesuburan tanah yang lebih lanjut yaitu produktifitas tanah menurun. Dampak lain dari penggunaan bahan kimia pertanian adalah mengurangi populasi mikroorganisme yang berperan dalam daur biogeokimia tanah, serta mengurangi ketersediaan unsur hara dalam jangka waktu yang lebih lama. Upaya yang dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia dengan penggunaan mikroorganisme lokal (MOL). Tujuan kegiatan pembuatan pupuk organik (MOL) ini peningkatan produksi tanaman dan kesuburan tanah melalui pemupukan, dan meningkatkan pengetahuan petani tentang cara pembuatan pupuk organik dari molekul organisme lokal (MOL) yang baik. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2019 bertempat di BPP Kelurahan Ngkari Ngkari Kecamatan Bungi Kota Baubau. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan praktek.  Kesimpulan yang diperoleh adalah petani mampu membuat pupuk organik dari molekul organisme lokal (MOL), peserta pelatihan menyadari akan pentingnya penggunakan pupuk organik sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman

    Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton (Studi Kasus Pada Aliva Kerupuk)

    Get PDF
    Tujuan dari Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui berapa besar pendapatan  pada usaha industri Aliva Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton dan (2) untuk mengetahui kelayakan usaha industri Aliva Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton. Penelitian ini merupakan studi kasus yang mengambil obyek penelitian pada industri pengolahan kerupuk. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan mengambil sampel pada Industri Aliva Kerupuk. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, penerimaan dan pendapatan, sedangkan kelayakan usaha yang digunakan metode R/C ratio. Kesimpulan penelitian ini adalah 1) Pendapatan yang diperoleh industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton adalah sebesar Rp. 6.934.000/bulan. 2) R/C Rasio yang diperoleh industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton sebesar 1.96 dimana nilai tersebut lebih besar dari 1 (R/C > 1) ini berarti industri Aliva kerupuk menguntungkan atau layak untuk dikembangkan
    corecore