3 research outputs found

    KOTA-KOTA EKS KERESIDENAN KEDU (KAJIAN MORFOLOGI KOTA BERSEJARAH)

    Get PDF
    The cities of the former Kedu Residency are part of cities in Java that have experienced growth and change over time. Although not a big cities in its time, the cities of the former Kedu Residency show an important role in the interior of Central Java. Its distinctive history in the 19th and 20th centuries formed a city center with an interesting city structure to study. This study aims to study the urban centers of the former Kedu Residency, namely the City of Magelang, Purworejo, Temanggung, Wonosobo, and Kebumen through urban morphology approach by observing the forms (morpho) of the city, such as urban tissue or city shaped, road tissue, land arrangements and buildings. The morphology analysis of the city in the urban centers of the former Kedu Residency shows the interesting facts, namely the development of the city, specifically the city center, from time to time while maintaining the basic characteristics of the traditional city morphology

    Assessment of Old Buildings in Lasem City Based on Tiered Quantitative Analysis Method with Weighting Factors

    Get PDF
    Bangunan tua di Kota Lasem merupakan peninggalan sejarah dari masa Kolonial. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bangunan-bangunan tersebut dapat dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya jika telah melalui proses pendaftaran dan penilaian hingga pada akhirnya dilakukan penetapan oleh pemerintah sesuai dengan peringkatnya. Kegiatan penilaian terhadap bangunan tua di Kota Lasem yang dinilai memiliki ciri sebagai bangunan cagar budaya harus dilakukan terlebih dahulu sebagai dasar untuk membuat rekomendasi bagi pemerintah dalam melakukan penetapan sebagai bangunan cagar budaya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian cagar budaya khususnya dari jenis objek bangunan selama ini telah dilakukan terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan namun tidak diketahui mekanisme penilaian yang diterapkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengenalkan mekanisme model penilaian yang menerapkan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Metode ini biasa digunakan dalam berbagai penelitian di bidang ilmu eksakta khususnya dalam penilaian evaluasi lahan. Metode ini merupakan adaptasi dari metode analisis spasial yang berbasis pada algoritma. Hasil penilaian dengan model ini akan mampu menyusun formula yang diharapkan serta dapat menghasilkan nilai akhir untuk sebuah objek bangunan agar memperoleh kelas dalam kaitannya dengan rekomendasi untuk penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Dalam penelitian ini diajukan empat kelas rekomendasi, yaitu kelas bangunan dengan tidak atau kurang direkomendasikan, kelas bangunan direkomendasikan dengan level cukup, kelas bangunan direkomendasikan dengan level kuat, dan kelas bangunan yang direkomendasikan dengan level mendesak. Keempat level ini berkaitan erat dengan skala prioritas dalam rangkaian kegiatan penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Hasil penelitian ini diharapkan akan memperoleh suatu nilai kuantitatif dan terukur secara ilmiah dalam tata cara penilaian bangunan untuk penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Old buildings in Lasem City are a historical heritage from the colonial period. Based on Law Number 11 of 2010 on Cultural Heritage, these buildings can be categorized as Cultural Buildings if they have gone through the process of registration and assessment and finally designated by the government according to their rank. The assessment of old buildings in Lasem City which are considered to have the characteristics of a cultural heritage building must be performed first as a basis for making recommendations for the government in making the designation as cultural heritage buildings following applicable laws and regulations. The assessment of cultural heritage, especially from the types of building objects has been performed mainly in the context of preparing recommendations for designation, but the assessment mechanism applied is unknown. Therefore, this research introduces the mechanism of assessment model that applies tiered quantitative analysis methods with weighting factors. This method is commonly used in various research in the exact sciences, especially in evaluating land. This method is an adaptation of the spatial analysis method based on the algorithm. The results of the assessment with this model will be able to formulate the expected formula as well as can produce the final value for building object in order to obtain a class in relation to recommendations for designation as cultural heritage buildings. In this research, four recommendation classes were proposed, namely building which is not suitable or not recommended, recommended building with sufficient level, recommended building with strong level, and recommended building with urgent level. These four levels are closely related to the priority scale in a series of designation as cultural heritage buildings. The results of this research are expected to obtain a quantitative value and scientifically measured in the procedure for assessing buildings for designation as cultural heritage buildings

    Berkala arkeologi vol. 39 no. 2 November 2019

    Get PDF
    Berkala Arkeologi Vol. 39 No. 2 Edisi November 2019 kali ini menampilkan delapan artikel dengan berbagai kajian baik arkeologi prasejarah, arkeologi klasik Hindu-Buddha, maupun arkeologi Islam-Kolonial. Sebagian besar artikel yang ditampilkan edisi November kali ini adalah artikel arkeologi Islam-Kolonial sebanyak 6 artikel, sedangkan artikel dari bidang arkeologi prasejarah dan Klasik Hindu-Buddha masing-masing sebuah artike
    corecore