89 research outputs found

    Penampilan produksi sapi brahman cross jantan kastrasi pada berbagai lama waktu penggemukan yang berbeda

    Get PDF
    The experiment was conducted to investigate the growth rate, carcass production, the retail cut, and meat physical quality of Brahman Cross steer kept with various fattening duration. Eighteen (18) Brahman Cross steers of approximately 2,0 to 2,5 year old and the average of liveweight of 320.11 ± 2.22 kg were used in this study, and were randomly divided into three (3) trial units, namely 2, 3 and 4 months fattening duration_ The animals were kept a feedlot system in grouped barn with similar ration. The ration applied consisted of 80% concentrate, 5% of fermented brewers\u27 grains (FBG) and 15% King grass. The feed and water were given ad libitum. The collected data were analyzed by analysis of variance, followed by testing the significant means by Duncan\u27s New Multiple-Range Test. The result indicated that the 2 months fattening duration resulted in the highest gainweight. The average of daily gain (ADG) for 2, 3 and 4 months fattening duration was 1.25, 1.04 and 0.85 kg, respectively. There were no significant differences between treatments on percentages of carcass, bone, meat and fat, respectively. The preliminary yield grade, percentage of retail cut and meat physical quality did not differ significantly. The two months fattening duration was profitable if sold as live animal, while the purpose of high qualitproduct could be achieved by relatively long fattening duration. (Key words : Brahman Cross steer, Fattening duration, Performance

    Produktivitas sapi peranakan ongole pada pola pemeliharaan sistem perkampungan ternak dan kandang individu di kabupaten Bantul = Productivity of Ongole Grade Cattle in Group and Individually System in Bantul Regency

    Get PDF
    The research was proposed to study ongole cross breed cattle productivity that raised on group system in Bantul Regency, Yogyakarta. The research was conducted in July until October 2002 used 55 farmers with gruop system as our respondent. As comparison, used 58 farmers with individual system. Each rearing system used 61 ongole grade cows and their offspring. Observed variables were average daily gain, feed consumption, feed conversion, feed cost per gain, weaning age, post partum estrus, post partum mating, service per conception, calving interval, raising management and problems that arose in group system. The result of survey method, interview and direct weighing showed that average daily gain, feed cost per grain, post partum estrus, post partum mating, service period, S/C and calving interval showed insignificant difference (P>0,05). Similarly, total score for raising management on individual and group system showed insignificant difference (P>0,05). On the other hand, 13-24 months old steer\u27s average daily gain and feed conversion on group system were better and significantly difference (

    Performan produksi sapi peranakan fries holland jantan yang dipelihara pada macam pakan penggemukan yang berbeda

    Get PDF
    The feedlot (fattening) has been recognized as a method for improving beef cattle production including carcass quality. This experiment was conducted to study the growth rate, feed consumption and conversion, and carcass production of male Holstein-Friesian grade was fattened under three different diets of two consetrates (CI, CH) and roughages (king grass, corn silage). The male Holstein-Friesian grade consisting of 16 grower (group I) and 12 finisher cattle (group II), were fattened with four different treatment diets the combination of 70% CI and 30% king grass (A)70% CI and 30% corn silage (B)70% CII and 30% king grass (C)and 70% CII and 30% corn silage (D). All cattle were fed ad libitum, and water was available all the time. The observation of the growth for two months, and the cattle was slaughtered after marketing slaughter weight or approvimately 425 kg. The statistical analyses were done by 2x2 factorial analyses, means and standard deviation. The results indicated that the Holstein-Friesian grade of the group I and II with C11 diet grew significantly faster than the CI (P ... Kata kunci: Laju pertumbuhan, konversi pakan, karkas, penggemukan sapi PFH janta

    ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK-HIJAUAN MAKANAN TERNAK GARAHAN

    Get PDF
    Sheep is one of popular ruminants in Indonesia, because sheep is one one of source of animal protein, and also easy and convenient in breeding. Therefor, they should be developed, preserved and increased through improvement of genetic quality by selection and mating control in the breeding program. Arrangement of a breeding program requires the values of genetic parameter namely heritability. The purpose of this study was to estimate the growth heritability value of Fat Tailed sheep in UPT PT-HMT Garahan, Jember, East Java. Data were collected from progeny, birth weight and weaning weight of Fat Tailed sheep from 2007 to 2012 in UPT-HMT Garahan, Jember. Data were corrected by sex, type of birth and weaning of age. Data were analyzed using the heritability of paternal halfsib correlations and nested method of analysis. The estimation of heritabilities using paternal halfsib correlation were 0.85±0.39; 0.89±0,41 and 0.67±0.37 for birth weight, weaning weight and pre weaning average daily gain (ADG). While, heritabilities estimated from nested method were 0.89±0,48 (h2 S); -0.11±0.33 (h2 D); 0.39±0.28 (h2 S+D); 0.71±0.50 (h2 S); 0.69±0.52 (h2 D);  0.70±0.33 (h2 S+D); 0.47±0.44 (h2 S); 0.72±0.56 (h2 D); 0.60±0.32 (h2 S+D) for birth weight, weaning weight an pre weaning ADG, respectively. All growth heritabilities of Fat Tailed sheep in high category. (Keyword: Fat Tailed sheep, Growth characters, Heritability

    EFEKTIVITAS PENGGUNAAN CONTROLLED INTERNAL DRUG RELEASE TERHADAP RESPON ESTRUS DAN KONSENTRASI HORMON ESTROGEN PADA KAMBING KACANG DAN KAMBING BLIGON

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon estrus, awal estrus, dan lama estrus serta profil hormon estrogen pada kambing Kacang dan kambing Bligon setelah implan controlled internal drug release (CIDR) selama 13 hari. Penelitian ini menggunakan 7 ekor kambing Kacang, 7 ekor kambing Bligon, serta 1 ekor pejantan. Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak empat kali yaitu sehari sebelum pemasangan CIDR (H0), sehari sebelum pelepasan CIDR (H12), saat pengamatan estrus (H17), dan satu siklus estrus (H37). Pemisahan plasma darah segera dilakukan setelah pengambilan darah lalu disimpan dalam freezer dengan suhu -20oC sampai uji hormon estrogen dilakukan. Respon estrus dianalisis dengan menggunakan Chi square, awal dan lama estrus menggunakan t-test dan untuk melihat konsentrasi hormon estrogen dengan menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA). Pengamatan gejala estrus dengan melihat tanda-tanda visual yang muncul dan menggunakan pejantan sebagai pengusik. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa sinkronisasi estrus setelah implan CIDR pada kambing Kacang dan kambing Bligon menunjukkan perbedaan yang nyata (P≤0,01), persentase estrus pada kambing Kacang sebanyak 85,7% dan kambing Bligon sebanyak 71,4%. Awal munculnya estrus setelah pelepasan CIDR pada kambing Bligon 40,2±19,3 jam sedang pada kambing Kacang 52,6±18,4 jam. Lama estrus pada kelompok kambing Kacang dan Bligon masing-masing 24,0±8,6 jam dan 34,6±15,4 jam. Profil hormon pada saat estrus menunjukkan bahwa kambing Kacang memiliki konsentrasi hormon estrogen yang lebih tinggi 183,74±149,16 pg/ml, sedang pada kambing Bligon 108,129±59,02 pg/ml. Munculnya gejala estrus pada masing-masing ternak diikuti dengan tingginya konsentrasi hormon estrogen. Ternak estrus mempunyai konsentrasi hormon estrogen sekitar 94,127 pg/mL - 418,368 pg/mL, sedang pada ternak yang tidak mengalami estrus sekitar 20,17 pg/mL - 60,163 pg/mL. Disimpulkan bahwa penggunaan CIDR secara tunggal memberikan respon estrus dan konsentrasi hormon estrogen yang berbeda pada ternak perlakuan, respon estrus, dan konsentrasi hormon estrogen lebih tinggi pada kambing Kacang.(Kata kunci: Kambing Kacang, Kambing Bligon, CIDR, Estrogen)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon estrus, awal estrus, dan lama estrus serta profil hormon estrogen pada kambing Kacang dan kambing Bligon setelah implan controlled internal drug release (CIDR) selama 13 hari. Penelitian ini menggunakan 7 ekor kambing Kacang, 7 ekor kambing Bligon, serta 1 ekor pejantan. Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak empat kali yaitu sehari sebelum pemasangan CIDR (H0), sehari sebelum pelepasan CIDR (H12), saat pengamatan estrus (H17), dan satu siklus estrus (H37). Pemisahan plasma darah segera dilakukan setelah pengambilan darah lalu disimpan dalam freezer dengan suhu -20oC sampai uji hormon estrogen dilakukan. Respon estrus dianalisis dengan menggunakan Chi square, awal dan lama estrus menggunakan t-test dan untuk melihat konsentrasi hormon estrogen dengan menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA). Pengamatan gejala estrus dengan melihat tanda-tanda visual yang muncul dan menggunakan pejantan sebagai pengusik. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa sinkronisasi estrus setelah implan CIDR pada kambing Kacang dan kambing Bligon menunjukkan perbedaan yang nyata (P≤0,01), persentase estrus pada kambing Kacang sebanyak 85,7% dan kambing Bligon sebanyak 71,4%. Awal munculnya estrus setelah pelepasan CIDR pada kambing Bligon 40,2±19,3 jam sedang pada kambing Kacang 52,6±18,4 jam. Lama estrus pada kelompok kambing Kacang dan Bligon masing-masing 24,0±8,6 jam dan 34,6±15,4 jam. Profil hormon pada saat estrus menunjukkan bahwa kambing Kacang memiliki konsentrasi hormon estrogen yang lebih tinggi 183,74±149,16 pg/ml, sedang pada kambing Bligon 108,129±59,02 pg/ml. Munculnya gejala estrus pada masing-masing ternak diikuti dengan tingginya konsentrasi hormon estrogen. Ternak estrus mempunyai konsentrasi hormon estrogen sekitar 94,127 pg/mL - 418,368 pg/mL, sedang pada ternak yang tidak mengalami estrus sekitar 20,17 pg/mL - 60,163 pg/mL. Disimpulkan bahwa penggunaan CIDR secara tunggal memberikan respon estrus dan konsentrasi hormon estrogen yang berbeda pada ternak perlakuan, respon estrus, dan konsentrasi hormon estrogen lebih tinggi pada kambing Kacang.(Kata kunci: Kambing Kacang, Kambing Bligon, CIDR, Estrogen

    Estimasi Parameter Genetik Sifat Produksi Sapi Simmental di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong Padang Mengatas, Sumatera Barat (Estimation of Genetic Parameters of Production Characteristics on Simmental Cattle at Balai Pembibitan Ternak Unggulan

    Get PDF
    The objectives of this research were to estimate the genetic parameters of production characteristics, breeding value (BV), weaning weight ratio (WWR) correlation with BV and most probable producing ability (MPPA) of Simmental cattle reared at Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong Padang Mengatas. Research was based on records of birth weight (BW), weaning weight (WW), post weaning average daily gain (ADG) and yearling weight (YW) from 2002 to 2007. Heritability value (h2) was estimated for BV, WW, ADG and YW using paternal-half sib correlation and repeatability value (r) of characteristics of both using intra class correlation. The genetic correlation (rG) of BW-WW, WW-YW, WW-ADG, WW-YW, WW-ADG and YW-ADG were analyzed by variance and covariance. BV and MPPA estimation was base on record of weaning weight. The h2 value of BW, WW, YW and ADG were 0.11±0.09; 0.39±0.16; 0.43±0.19; and 0.46±0.20, respectively. The r of BW, WW, YW and ADG, were 0.25±0.16; 0.32±0.18; 0.25±0.22; and 0.34±0.16, respectively. The genetic correlation value of BW-WW, WW-YW, WW-ADG, WW-YW, WW-ADG and YW-ADG were 0.29±0.37; 0.46±0.33; 0.2 ±0.39; 0.68±0.16; 0.006±0.30 and 0.57±0.21, respectively. From 18 Bulls, 10 bulls (55.56%) had the BV higher then average population value, 142.21 kg and the remaining 8 bulls (44.44%) was lower then average population value. Frequency of the BV of prospective male and female with WW higher than WW average was 210 calves (44.68%); whereas, 260 calves (55.32%) had WW lower than average population corrected with parent age (130.21 kg). Range of absolute BV was from 112.77 kg to 155.91 kg. The BV of male had average frequency higher than that of female, i.e. 149 males (66.22%) compared to 61 female (24.90%). The MPPA with above the average WW of the population was 150 cows (41.67%) and the rest of cows (210 head or 58.33%) were under theaverage. The WWR had positive and significant correlation (1.00**) with the NP. It means that, if the cattle have a high WWR, they will also have a high NP, so that they can be used as the criteria of selection.(Key words: Simmental cattle, Genetic parameters, Breeding value, Most probable producing ability, Weaning weight ratio

    ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK-HIJAUAN MAKANAN TERNAK GARAHAN

    Get PDF
    Sheep is one of popular ruminants in Indonesia, because sheep is one one of source of animal protein, and also easy and convenient in breeding. Therefor, they should be developed, preserved and increased through improvement of genetic quality by selection and mating control in the breeding program. Arrangement of a breeding program requires the values of genetic parameter namely heritability. The purpose of this study was to estimate the growth heritability value of Fat Tailed sheep in UPT PT-HMT Garahan, Jember, East Java. Data were collected from progeny, birth weight and weaning weight of Fat Tailed sheep from 2007 to 2012 in UPT-HMT Garahan, Jember. Data were corrected by sex, type of birth and weaning of age. Data were analyzed using the heritability of paternal halfsib correlations and nested method of analysis. The estimation of heritabilities using paternal halfsib correlation were 0.85±0.39; 0.89±0,41 and 0.67±0.37 for birth weight, weaning weight and pre weaning average daily gain (ADG). While, heritabilities estimated from nested method were 0.89±0,48 (h2 S); -0.11±0.33 (h2 D); 0.39±0.28 (h2 S+D); 0.71±0.50 (h2 S); 0.69±0.52 (h2 D);  0.70±0.33 (h2 S+D); 0.47±0.44 (h2 S); 0.72±0.56 (h2 D); 0.60±0.32 (h2 S+D) for birth weight, weaning weight an pre weaning ADG, respectively. All growth heritabilities of Fat Tailed sheep in high category.(Keyword: Fat Tailed sheep, Growth characters, Heritability

    PENDUGAAN NILAI HERITABILITAS UKURAN TUBUH PADA UMUR SAPIH DAN UMUR SETAHUN SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI, JEMBRANA, BALI

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui nilai heritabilitas ukuran tubuh meliputi panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada pada umur sapih dan umur setahun sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali, Jembarana, Bali. Data yang digunakan adalah 120 catatan ukuran tubuh sapi Bali pada umur sapih dan umur setahun dari tahun 2006 sampai 2010. Data ukuran tubuh umur sapih dan umur setahun dianalisis untuk mendiskripsikan nilai rata-rata dan standar deviasi. Nilai heritabilitas diduga dengan menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak dengan metode Rancangan Acak Lengkap pola searah. Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ukuran tubuh panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada pada umur sapih berturut-turut yaitu 94,70±4,42; 98,31±4,34 dan 120,78±7,39 cm serta pada umur setahun yaitu 95,90±4,46; 100,28±4,35 dan 125,45±7,40 cm. Hasil pendugaan nilai heritabilitas dengan menggunakan metode korelasi saudara tiri sebapak untuk ukuran tubuh panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada pada umur sapih berturut-turut adalah 0,92±0,0019; 0,76±0,0014 dan 0,56±0,0013 serta pada umur setahun yaitu 0,85±0,0015; 0,56±0,0010 dan 0,44±0,0009. Hasil dugaan nilai heritabilitas dapat disimpulkan bahwa nilai heritabilitas ukuran tubuh pada umur sapih dan umur setahun di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali, Jembrana, Bali bernilai tinggi. (Kata kunci: Sapi Bali, Heritabilitas, Panjang badan, Tinggi gumba, Lingkar dada

    PENGARUH SUBSTITUSI SILASE ISI RUMEN SAPI PADA PAKAN BASAL RUMPUT DAN KONSENTRAT TERHADAP KINERJA SAPI POTONG

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase isi rumen sapi sebagai pakan pengganti rumput terhadap kinerja sapi potong. Sapi persilangan Simmental-Peranakan Ongole (SimPO) jantan sebanyak 12 ekor, umur 1,5-2 tahun, digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan selama 8 minggu (2 bulan) dengan pemberian pakan sebesar 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering dan air minum diberikan secara ad libitum. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola searah dilanjutkan Duncan’s New Multiple Range Test (DMRT). Perlakuan yang diberikan yaitu mengganti sebagian rumput dengan silase isi rumen sapi, yaitu P0 = pemberian pakan 100% rumput , P1= pemberian pakan 25% silase isi rumen sapi dan 75% rumput, dan P2 = pemberian pakan 50% silase isi rumen sapi dan 50% rumput. Imbangan pakan antara rumput dan konsentrat adalah 20% : 80%. Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering (BK) (13,23±0,63 kg/ekor/hari), konsumsi bahan organik (BO) (10,41±0,50 kg/ekor/hari), konsumsi total digestible nutrients (TDN) (7,38±0,37 kg/ekor/hari), PBBH (0,95±0,04 kg/ekor/hari), dan konversi pakan (7,38±0,37). Perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap konsumsi protein kasar (PK) (P0 = 0,94±0,03, P1 = 1,00±0,06 dan P2 = 0,98±0,01), dan serat kasar (SK) (P0 = 3,26±0,10, P1 = 3,44±0,22 dan P2 = 3,27±0,04). Disimpulkan bahwa penggantian sebagian rumput dengan silase isi rumen sampai 50% tidak mempengaruhi kinerja sapi potong.(Kata kunci: Isi rumen sapi, Sapi potong, Silase
    • …
    corecore