7 research outputs found

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PTERYGIUM PADA PASIEN YANG BEROBAT DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 - 2014

    Get PDF
    Latar Belakang : Pterygium dianggap sebagai fenomena iritatif yang disebabkan oleh sinar ultraviolet dan seringterjadi pada petani dan penggembala yang sehari-harinya berada diluar rumah, dibawah teriknya sinar matahari, di daerahberdebu atau berpasir. Pemicu pterygium tidak hanya dari etiologinya saja tetapi terdapat faktor resiko yangmempengaruhinya antara lain faktor usia, jenis kelamin, jenis pterygium, pekerjaan, dan jumlah mata terdiagnosis.Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pterygium di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013-2014.Metode Penelitian : Penelitian ini adalah retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semuapenderita pterygium yang berobat ke poli mata RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung dan sampel sebanyak 126Orang. Analisa dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square.Hasil Penelitian : Terdapat 126 pasien pterygium. dengan karakteristik kelompok usia paling banyak adalah usia>40 tahun yaitu sebanyak 74 penderita (58,7%), jenis kelamin paling banyak adalah perempuan yaitu 71 penderita (56,3%),pekerjaan paling banyak adalah pasien yang bekerja di dalam ruangan sebanyak 68 penderita (54%) dan letak terinfeksipterygium paling banyak adalah bilateral sebanyak 71 penderita (56,3%). Serta jenis pterygium paling banyak adalahderajat III-IV sebanyak 65 penderita (51,6%).Kesimpulan : Insidensi pterygium dari 126 kasus yang diteliti banyak terjadi pada derajat III-IV yang berjeniskelamin perempuan pada usia >40 tahun dan bekerja di dalam ruangan serta letaknya bilateral

    HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN LAPTOP DENGAN TIMBULNYA KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA MAHASISWA/I FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MALAHAYATI

    Get PDF
    Penggunaan komputer di Indonesia meningkat drastis dari tahun ke tahun dan kini yang lebih diminati oleh wargaIndonesia adalah laptop. Kehadiran laptop selain memberikan dampak positif juga dapat memberikan dampak negatifapabila digunakan secara berlebihan. Terkait dengan penggunaan komputer atau laptop, keluhan yang paling seringmuncul ialah Computer Vision Syndrome (CVS).Tujuan penelitian ini adalah ntuk mengetahui mengetahui hubungan waktu penggunaan laptop dengan timbulnyakeluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati.Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian observasional analitik. Jumlah sampel penelitiansebanyak 306 responden. Data diperoleh menggunakan lembar kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan 73,9% responden mengalami computer vision syndrome (CVS), 58,2% respondenmenggunakan laptop dengan lama penggunaan 2-4 jam, lalu keluhan computer vision syndrome (CVS) yang paling banyakdikeluhkan adalah mata kering (94,2%) dan mata lelah (93,8%). Diperoleh nilai P-value = 0,001 sehingga disimpulkan adahubungan yang signifikan antara lama pemakaian laptop dengan terjadinya keluhan computer vision syndrome (CVS) padamahasiswa/i Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati

    Pengaruh Penambahan Crude Stearin Minyak Kelapa Sawit Terhadap Kestabilan Dark Chocolate

    No full text
    The research about effect of crude palm oil stearin addition to the stability of dark chocolate had been caried out with the purpose to determine the effect of crude stearin as a substitute of cocoa butter and as a stabilizer of dark chocolate during storage. A number of stearin used was varied from 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 34%, while other ingredients (cocoa powder, cocoa fat, sugar, lecithin and salt) were given in the same amount. The properties of chocolate product which had been analyzed were the melting point, fat content and free fatty acids (FFA) content, then it was conducted storage stability and the organoleptic test. The results showed that the higher concentration of stearin used, the stability of the chocolate tends to be better with a melting point of chocolate is also higher (ranging from 49oC to 55oC). During storage the FFA levels increased from 0,15% in the first week to 0,71% in the fifth week. This numbers are still within the limits required by Indonesia National Standard (SNI) 01-3748-1995 on cocoa butter. The fat content decreased from 40% to 35% during 7 weeks storage. From the results of organoleptic test, treatment of 10% crude strearin addition was preferred by panelist.ABSTRAKPenelitian pengaruh penambahan crude stearin minyak kelapa sawit terhadap kestabilan dark chocolate telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh crude stearin sebagai pengganti lemak cokelat sekaligus sebagai stabilisator dark chocolate selama penyimpanan. Jumlah crude stearin yang digunakan divariasikan mulai dari 0%, 5%, 10%, 20% dan 34%, sedangkan bahan-bahan lain (cokelat bubuk, lemak cokelat, gula, lesitin dan garam) diberikan dalam jumlah yang sama. Kepada produk cokelat yang dihasilkan dilakukan analisa titik leleh, kadar lemak dan asam lemak bebas (FFA), selanjutnya dilakukan uji ketahanan simpan serta uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi crude stearin yang digunakan, kestabilan cokelat cenderung lebih baik dengan titik leleh cokelat juga semakin tinggi (berkisar dari 49oC sampai 55oC). Selama penyimpanan, kadar FFA semakin meningkat dari 0,15% pada minggu pertama menjadi 0,71% pada minggu kelima. Angka ini masih berada dalam batas yang dipersyaratkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3748-1995 tentang lemak kakao. Kadar lemak cenderung mengalami penurunan dalam penyimpanan selama 7 minggu, yaitu dari 40% sampai 35%. Dari hasil uji organoleptik, perlakuan penambahan stearin 10% memberikan hasil yang cenderung lebih disukai oleh panelis

    Pengaruh Penambahan Crude Stearin Minyak Kelapa Sawit Terhadap Kestabilan Dark Chocolate

    No full text
    The research about effect of crude palm oil stearin addition to the stability of dark chocolate had been caried out with the purpose to determine the effect of crude stearin as a substitute of cocoa butter and as a stabilizer of dark chocolate during storage. A number of stearin used was varied from 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 34%, while other ingredients (cocoa powder, cocoa fat, sugar, lecithin and salt) were given in the same amount. The properties of chocolate product which had been analyzed were the melting point, fat content and free fatty acids (FFA) content, then it was conducted storage stability and the organoleptic test. The results showed that the higher concentration of stearin used, the stability of the chocolate tends to be better with a melting point of chocolate is also higher (ranging from 49oC to 55oC). During storage the FFA levels increased from 0,15% in the first week to 0,71% in the fifth week. This numbers are still within the limits required by Indonesia National Standard (SNI) 01-3748-1995 on cocoa butter. The fat content decreased from 40% to 35% during 7 weeks storage. From the results of organoleptic test, treatment of 10% crude strearin addition was preferred by panelist.ABSTRAKPenelitian pengaruh penambahan crude stearin minyak kelapa sawit terhadap kestabilan dark chocolate telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh crude stearin sebagai pengganti lemak cokelat sekaligus sebagai stabilisator dark chocolate selama penyimpanan. Jumlah crude stearin yang digunakan divariasikan mulai dari 0%, 5%, 10%, 20% dan 34%, sedangkan bahan-bahan lain (cokelat bubuk, lemak cokelat, gula, lesitin dan garam) diberikan dalam jumlah yang sama. Kepada produk cokelat yang dihasilkan dilakukan analisa titik leleh, kadar lemak dan asam lemak bebas (FFA), selanjutnya dilakukan uji ketahanan simpan serta uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi crude stearin yang digunakan, kestabilan cokelat cenderung lebih baik dengan titik leleh cokelat juga semakin tinggi (berkisar dari 49oC sampai 55oC). Selama penyimpanan, kadar FFA semakin meningkat dari 0,15% pada minggu pertama menjadi 0,71% pada minggu kelima. Angka ini masih berada dalam batas yang dipersyaratkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3748-1995 tentang lemak kakao. Kadar lemak cenderung mengalami penurunan dalam penyimpanan selama 7 minggu, yaitu dari 40% sampai 35%. Dari hasil uji organoleptik, perlakuan penambahan stearin 10% memberikan hasil yang cenderung lebih disukai oleh panelis.</p

    The Effect of Crude Palm Oil Stearin Addition to the Stability of Dark Chocolate

    No full text
    <div><em>The research about effect of crude palm oil stearin addition to the stability of dark chocolate had been caried out with the purpose to determine the effect of crude stearin as a substitute of cocoa butter and as a stabilizer of dark chocolate during storage. A number of stearin used was varied from 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 34%, while other ingredients (cocoa powder, cocoa fat, sugar, lecithin and salt) were given in the same amount. The properties of chocolate product which had been analyzed were the melting point, fat content and free fatty acids (FFA) content, then it was conducted storage stability and the organoleptic test. The results showed that the higher concentration of stearin used, the stability of the chocolate tends to be better with a melting point of chocolate is also higher (ranging from 49<sup>o</sup>C to 55<sup>o</sup>C). During storage the FFA levels increased from 0,15% in the first week to 0,71% in the fifth week. This numbers are still within the limits required by Indonesia National Standard (SNI) 01-3748-1995 on cocoa butter. The fat content decreased from 40% to 35% during 7 weeks storage. From the results of organoleptic test, treatment of 10% crude strearin addition was preferred by panelist</em>.</div

    Prevalensi Pendarahan Retina Pada Penderita Diabetes Melliitus di Poliklinik Mata Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

    No full text
    ABSTRACT Retinal hemorrhages is bleeding that can lead to bllured vision and even gradually result in blindnes, one of the etiologies of retinal hemorrhages is diabetes mellitus, retinopathy has potential to damage the retinal blood vessels cronically progressively. To determine the prevalence of retinal hemorrhages on diabetes mellitus sufferers on polyclinic opthalmology bitang amin husada hospital. This study uses a descriptive retrospective method with medical record, the sample is 120 samples. The results of univariate analysis are, 1) retinal hemorrhages in diabetes was 67,5%, 2) women experienced retinal hemorrhages more frequently,51 of 81 sufferers 3) retinal hemorrhage was mostly found at 50-59 years old, namely 39 sufferers 4) the duration of suffering from diabetes was mostly foundin 5-15 years with 25 patients. Retinal hemorrhages are more common found than without retinal hemorrhages in DM patients, retinal hemorrhages affects women more than men, retinal hemorrhages most common at 50-59 years old, retinal hemorrhages is common in people with diabetes for 5-15 years Keywords: Retinal hemorrhages, DM ABSTRAK Pendarahan retina adalah pendarahan yang dapat mengakibatkan penglihatan buram bahkan lambat laun mengakibatkan kebutaan, salah satu etiologi pendarahan retina yaitu Diabetes Mellitus, retinopati pada DM berpotensi merusak pembuluh darah retinal secara kronis progresif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi pendarahan retina pada penderita DM di Poliklinik Mata Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakanmetode deskriptif retrospectif dengan data sekunder, dengan sampel sebanyak 120 sampel. Hasil analisis univariat, 1) pendarahan retina pada DM terjadi sebanyak 67,5%  2) wanita lebih banyak mengalami pendarahan retina, yaitu 51 dari 81 penderita 3) pendarahan retina paling banyak ditemukan pada usia 50-59 tahun yaitu 39 penderita 4) Durasi menderita DM paling banyak ditemukan pada 5-15 tahun dengan jumlah 25 penderita. Pendarahan retina lebih banyak dibandingkan dengan tidak terjadinya pendarahan retina pada penderita DM, wanita lebih banyak mengalami pendarahan retina dibandingkan dengan pria, pada usia 50-59 tahun terjadi pendarahan retina terbanyak, pendarahan retina dengan durasi DM 5-15 tahun paling banyak ditemukan. Kata Kunci: : pendarahan retina, diabetes mellitu

    Mantoux Test in Under-five Children Visiting the out~patient Child Clinic of Dr. Pirngadi Hospital, Medan

    No full text
    To assess the difference of Mantoux test result of under-five children who bad had BCG vaccination and those who bad not, a cross sectional study was conducted in the out patient child clinic of Dr. Pirngadi Hospital, Medan. This study was conducted from February 6, 1990 until March 3, 1990 comprising 328 under-five children (164 who bad received BCG vaccination and 164 who bad not). We found positive Mantoux tests in 86.0% of under-five children who bad BCG vaccination and 9.2% of under-five children who not bad (P<0.001). Tbe diameter of induration of Mantoux tests in the under-five children who bad received BCG at the age of 1 year or less was significantly different from those who bad received it at the age of older than 1 year (P<0.001). Positive Mantoux test with a diameter of ≥ 5 mm, done after 1 year or more was found in 21. 7% of children who bad BCG vaccination in the neonatal period
    corecore