20 research outputs found

    Spawning Sites of Depik, Rasbora Tawarensis (Teleostei, Cyprinidae) in Lake Laut Tawar, Indonesia

    Get PDF
    Depik, Rasbora tawarensis is an endemic species in Lake Laut Tawar, Indonesia, and this species has been listed as threatened species. Reproductive biology data is one of the important information to strategise conservation plan. This paper reported the spawning ground of the depik, hence this paper is contributing the additional importance information on the reproductive biology of R. in relation to provide comprehensive our understanding on the reproductive biology of this species. The study was conducted during July to November 2009 in Lake Laut Tawar. A total of 13 spawning grounds were detected in the study where the locations are distributed in five villages namely, five locations in Mendale, two locations in Kelitu, two locations in Gegarang, three locations in Bewang dan one location in Pedemon. However, only four sites remained active in the dry season i.e. two sites in Kelitu and two sites in Gegarang villages

    A General Overview on Some Aspects of Fish Reproduction

    Get PDF
    - Reproduction is one of the important physiological systems that are crucial in the life cycle of living organisms including fish. The main objective of the reproduction is to maintain the existence of the species and therefore fish have a strategies and tactics to achieve this objective. The reproduction behaviours are important to be studied in relation to know the population dynamic of fishes and their spawning seasons. This information is very crucial in relation to the development of breeding technology for aquaculture and conservation (restocking) purposes. This paper reviews the reproductive strategy, fecundity and spawning frequency of fishes

    Pengaruh Umur Zigot pada Saat Kejutan Panas terhadap Keberhasilan Ginogenesis Ikan Seurukan (Osteochilus Vittatus)

    Full text link
    The objectives of the present study was to determine the best age of the zygote for gynogenesis of seurukan fish (Osteochilus vittatus) using heat shock treatment. The completely randomized design was utilized in this study. Five levels of zygote age were tested, namely: 3 minutes, 5 minutes, 7 minutes, 9 minutes and 11 minutes after fertilization and one control treatment (without heat shock). The zygotes were shocked at the temperature of 38oC for 60 seconds and every treatment was done at three replications. The ANOVA test showed that the zygote age gave the significant effect on the triploidy level and growth performance of the seurukan fish (P0.05). It is concluded that the best zygote age of the seurukan fish for gynogenesis using heat shock treatment was 3 minutes after fertilization.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan umur zigot terbaik untuk proses ginogenesis ikan seurukan (Osteochilus vittatus) dengan menggunakan kejutan suhu panas. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan model Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan enam taraf perlakuan, masing-masing perlakuan dengan tiga kali ulangan. Kejutan suhu yang diberikan yaitu 38oC dengan lama kejutan 60 detik, dengan perlakuan yaitu: kontrol (tanpa perlakuan kejutan panas), umur zigot 3 menit setelah pembuahan, umur zigot 7 menit setelah pembuahan, umur zigot 9 menit setelah pembuahan dan 11 menit setelah pembuahan. Uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian kejutan suhu panas pada umur zigot yang berbeda berpengaruh nyata terhadap triploidy dan pertumbuhan ikan seurukan (P<0,05). Persentase ikan triploid tertinggi dijumpai pada perlakuan 3 menit setelah pembuahan, nilai tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 menit, 7 menit dan 9 menit. Pertambahan bobot tertinggi dijumpai pada umur zigot 3 menit setelah pembuahan, nilai ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 menit, 7 menit dan 9 menit. Pertambahan panjang tertinggi dijumpai pada perlakuan 3 menit setelah pembuahan, nilai ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 menit (P<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa umur zigot yang berbeda berpengaruh terhadap triploidy, dan umur zigot terbaik adalah 3 menit setelah pembuaha

    Kebiasaan Makanan dan Hubungan Panjang Berat Ikan Julung - Julung (Dermogenys SP.) di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang

    Full text link
    The objectives of the present study were to evaluate the food habit and lenght weight relationships of Dermogenys sp. The study was conducted from April to June 2015. The fish were sampled in Alur Hitam River, Bendahara Subdistrict, Aceh Tamiang using hand nets. The sampled fishes were preserved in 10% formalin for further analysis. A total of 136 fish samples were catched during the study. The stomach analysis showed that Formica sp. was predominant food item for Dermogenys sp. (52.53%), followed by Dolichoderus sp. (38.38 %), indicate that Formica and Dolichoderus are the primary foods for Dermogenys sp. Therefore, Dermogenys is classified as an insectivorous food habit. The length of alimentary tract ranged between 1.54 cm to 1.67 cm. The length - weight relationships and condition factor showed that the average b value was 2.753 displayed an allometric negatif growth pattern, while the condition factor value was 103.10 indicate that the water condition in term of prey and predator availability are in balance condition.Penelitian tentang kebiasaan makan dan hubungan panjang berat ikan Dermogenys sp. telah dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan Dermogenys sp.. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey, sampel ikan di tangkap di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang dengan menggunaan serok dan langsung diwetkan dengan larutan formalin 10%. Selama penelitian tertangkap 136 ekor ikan Dermogenys sp.. Hasil analisis kebiasaan isi lambung diperoleh semut merah Formica sp. ditemukan pada 71 ekor sampel ikan (52,53%) dan diikuti oleh semut hitam Dolichoderus sp. pada 52 ekor sampel (38,38%) dan kedua jenis makanan tersebut tergolong kedalam makanan utama dan makanan yang tidak teridentifikasi terdapat pada 19 ekor sampel ikan (14,29%). Panjang rerata usus ikan Dermogenys Β±1,54-1,67 cm, sehingga dengan demikian ikan Dermogenys sp. dapat digolongkan sebagai ikan insektifora (pemakan insekta). Hasil analisis hubungan panjang-berat diperoleh nilai koefisien b= 2,753 menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negative dan nilai faktor kondisi 103,10 menunjukkan kondisi perairan masih tergolong baik atau stabil

    Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia

    Full text link
    The objective of the present study was to evaluate the length weight relationship of the marble goby (Oxyeleotris marmorata) in Ulim River, Pidie Jaya District, Aceh Province, Indonesia. The sampling was conducted at three sampling locations during February to May 2016. The Linear Allometric Model (LAM) and Relative weight condition factors were performed in this study. The study b value ranged between 2.70 to 2.74 indicate a negative allometric growth pattern. The relative weight condition factor was tended to 100. It means that the Ulim Rivers is still in good condition.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjang berat dan factor kondisi ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode survey eksploratif pada tiga lokasi sampling selama Februari 2016 sampai Mei 2016 sebanyak 12 kali sampling. Model yang digunakan adalah Linear Allometric dan Faktor kondisi berat relative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai b berkisar 2,70 sampai 2.74 memunjukkan pola pertumbuhan allometric negative dan factor kondisi berat relatif mendekai 100, bermakna kondisi perairan masih dalam kondisi yang seimbang

    Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus Vittatus) pada Ransum Harian yang Berbeda

    Full text link
    The objective of the present stady was to determine the optimum level of feeding rate for peres fish (Osteochilus vittatus). The experimental fish fed with a commersial diet contains 48% crude protein. The fish sample was 1.0 cm in average length and 0.066 g in average weight at stocking density of 20 fish per aquarium (45 cm x 45 cm x 35 cm). The fish was fed three times a day at 8 AM, 12 AM and 5 PM for 60 days. The ANOVA test showed that the feeding rate gave a significant effect on weight gain, length gain, and specific growth rate (p0.05). In general the higher growth rates were found at 8% feeding rate, while the higher hepatosomatic index and survival rate were found at 5% feeding, but these values were not different significatly with 8% feeding rate. It is coucluded that the optimum level at feeding rate for peres fish (O. vittatus) was 8% body weight per day.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah ransum harian yang optimal kepada benih ikan peres (Osteochilus vittatus). Pakan uji yang digunakan adalah pakan komersil yang mengandung protein 48% dengan perlakuan jumlah ransum harian yaitu 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8% dan 9% dari bobot tubuh perhari. Akuarium yang digunakan dalam penelitian 45x45x35 dengan padat tebar ikan 20 ekor/akuarium. Benih yang digunakan berukuran rerata panjang 1 cm dan berat 0,066 g. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan, pakan diberikan 3 kali sehari pada pukul 08:00, 12:00, 17:00 WIB selama 60 hari. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa jumlah pemberian ransum harian yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang, pertambahan bobot, pertumbuhan spesifik (0,05). Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tertinggi dijumpai pada ransum harian 8%, hepatosomatik indeks dan kelangsungan hidup tertinggi pada ransum harian 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwajumlah ransum harian yang optimal untuk benih ikan peres (O. vittatus) adalah 8% bobot tubuh per hari

    Pengaruh Penambahan Ekstrak Batang Nanas pada Pakan terhadap Laju Pertumbuhan dan Daya Cerna Protein Pakan Ikan Betok (Anabas Testudineus)

    Full text link
    The aims of this research was to determine the optimum concentration of pineapple stem (Ananas comusus) extract in the feed on the growth and protein digestibility of climbing perch (Anabas testudineus). This research was conducted at Aquatic Laboratory in Veterinary Medicine Faculty of Syiah Kuala University on September to November 2014. This research used six treatments with four replicates. The treatments were 0%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, and 15% pineapple extracts in the diet. The fish fed three times a day at feeding level of 5% body weight for 60 days. The result showed that weight gain ranged from 0.448 g to 1.678 g, the specific growth rate ranged from 0.039% day-1 to- 0.973% day-1, the daily growth rate ranged from 0.007 g day-1 to 0.028 g day-1, and feed conversion ratio ranged from 2.537-7.829, feed efficiency ranged from 12.868% to 40.222%, and protein digestibility ranged from 74% - 86.7%. The ANOVA test showed that addition of pineapple stem extract on the feed gave a significant effect on growth performance, feed conversion ratio, feed efficiency of climbing perch and the optimum concentration of pineapple stem extract in feed was 5%. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi optimum ekstrak batang nanas (Ananas comusus) dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya cerna protein pakan pada ikan betok (Anabas testudineus). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akuatik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala pada bulan September hingga November 2014. Penelitian terdiri dari 6 taraf perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji adalah perbedaan konsentrasi ekstrak batang nanas dalam pakan, yaitu 0%, 5% , 7,5% , 10% , 12,5% dan 15% . Ikan beri pakan tiga kali sehari sebanyak 5% dari biomassa selam 60 hari. Hasil penelitian diperoleh pertumbuhan bobot berkisar 0,448 g - 1,678 g, laju pertumbuhan spesifik 0.039% perharisampai 0.973% perhari, laju pertumbuhan harian berkisar antara 0,007 g perhari – 0,028 g perhari, sedangkan rasio konversi pakan berkisar antara 2,537-7,829, efisiensi pakan berkisar antara 12,868% - 40,222 %, dan daya cerna protein berkisar 74% - 86,7%, nilai tertinggi pada setiap parameter uji dijumpai pada perlakuan 5% ekstrak batang nanas. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa penambahan ekstrak batang nanas dalam pakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot, pertumbuhan spesifik, pertumbuhan harian, konversi pakan, dan efisiensi pakan ikan betok, serta hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak batang nanas dalam pakan meningkatkan daya cerna protein ikan betok (Anabas testudineus). Konsentrasi ekstrak batang nanas terbaik pada penelitian ini adalah 5%

    Hubungan Panjang - Berat dan Morfometrik Ikan Julungjulung (Zenarchopterus Dispar) dari Perairan Pantai Utara Aceh

    Full text link
    The objectives of the present study were to evaluate the growth pattern and morphological variation of halfbeak (Zenarchopterus dispar) in Northern Coast of Aceh. This research was conducted from August 2014 to November 2015. The sampling was conducted from October to December 2014 in three sampling locations i.e. Kuala Peukan Baro Kabupaten Pidie, Kuala Gampong Keudee Kabupaten Pidie Jaya, and Kuala Mamplam Kota Lhokseumawe. The fish sample were analyzed at Laboratorium of Faculty of Marine and Fisheries Syiah Kuala University. The traditional morphometric was used in this study. The result showed that there were 110 fish were sampled from three sampling locations; 37 fish, 36 fish and 37 fish from Pidie, Pidie Jaya and Lhokseumawe respectively. The coeficient b value of Julung-Julung fish population in Pidie and Lhokseumawe showed allometric negative growth pattern (b3). One-way ANOVA test revealed that distinction among three locations did not showed a significant different on observed morphometric characteristic (P3). Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan lokasi tangkapan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap karakter morfometrik ikan julung-julung (P<0,05). Berdasarkan analisis univariat ikan julung-julung yang tertangkap di perairan Pidie, Pidie Jaya, dan Lhokseumawe memiliki kesamaan karakterkarakter morfologi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 66,67%. Hasil analisis multivariat menunjukkan meskipun kelompok ikan julung-julung di Pidie dan Lhokseumawe memiliki kemiripan yang lebih tinggi berbanding dengan di Pidie Jaya, tetapi secara umum ikan yang tertangkap di ketiga lokasi tersebut memiliki karakter morfologi yang tidak berbeda

    Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah (Allium Cepa) dalam Pakan sebagai Sumber Prebiotik untuk Benih Ikan Seurukan (Osteochilus Vittatus)

    Full text link
    The objective of the present study was to determine the optimum dosage of onion extract (Allium cepa) in the diet of seurukan fish (Osteochilus vittatus). The research was conducted in Drieng Beurembang Hatchery, Kuala Batee District, in Aceh Barat Daya and the onion was extracted at Department of Chemistry, Faculty of Teacher Training and Education, Syiah Kuala University on September to November 2015. The Completely Randomized Design Methods was in this study. The tested dosage of onion were 0 (control), 1%, 2%, 3% and 4% in the formulated diet. The fish were fed three times a day at (08:00 AM, 12:00 AM and 16:00 PM) for 70 days. The results showed that weight gain ranged from 2.32 g to 3.21 g, the Specific growth rate ranged from 1.24 % day-1 to 1.41 % day-1, feed conversion ratio were 3.57 – 3.03, feed efficiency ranged 33.40% - 39.25%, and the survival rates were reached up to 100%. The highest values for all measured parameters were obtained at dosage 4% of onion extract in the formulated diet. The Anova test showed that the different dosage of onion extract (Allium cepa) in the formulated diet gave significant affect on weight gain of (P 0.05). It is concluded that the optimum dosage of onion extract in the formulated diet is 4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa) yang optimum untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan benih ikan seurukan (Osteochilus vittatus). Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan (BBI) Desa Drieng Beurembang, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya dan pembuatan esktrak bawang merah dilaksanakan di jurusan Kimia FKIP Unsyiah, pada bulan September hingga November 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal. Faktor yang diuji adalah perbedaan konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa) dalam pakan dengan 5 taraf perlakuan masing-masing 4 kali ulangan, yaitu; 0 (control), 1%, 2%, 3% dan 4% ekstrak bawang merah dalam pakan. Pakan diberikan 3 kali sehari pada pukul 08:00, 12:00 dan 14:00 WIB selama 70 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot berkisar antara 2,32 g – 3,21 g, laju pertumbuhan spesifik berkisar 1,24 % per hari – 1,41 % hari, pertambahan panjang berkisar antara 2,45 cm – 2,57 cm, rasio konversi pakan 2,57- 3,03, Efesiensi pakan berkisar antara 33,40 % – 39,25 %, dan tingkat kelangsungan hidup mencapai 100%. Nilai tertinggi untuk semua parameter yang diukur didapatkan pada perlakuan E (4%) ekstrak bawang merah dalam pakan. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang merah (Allium cepa) dalam pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot mutlak, (P0.05). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dosis terbaik adalah 4%
    corecore