12 research outputs found

    Produksi Biosurfaktan Ramnolipid oleh Pseudomonas aeruginosa IFO 3924 dengan Teknik Kultivasi Umpan Curah dan Sumber Karbon Minyak Sawit

    Get PDF
    Biosurfaktan ramnolipid telah dikenal mempunyai potensi aplikasi yang sangat luas. Namun, hambatan utama komersialisasi biosurfaktan ini adalah mahalnya biaya produksi. Produksi ramnolipid oleh Pseudomonas aeruginosa IFO 3924 dengan teknik kultivasi umpan curah (fed batch), menggunakan minyak dari tanaman sebagai sumber karbon, diharapkan dapat menurunkan biaya produksi ramnolipid. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi yang terbaik dalam memproduksi ramnolipid (biosurfaktan) dengan teknik kultivasi umpan curah, menggunakan sumber karbon minyak sawit. Percobaan produksi skala laboratorium (bench scale) telah dilakukan menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa IFO 3924. Inokulum bakteri dibiakkan dengan medium IFO 802 yang per liternya terdiri atas 10 gram polypepton, 2 gram yeast ekstrak, dan 1 gram MgSO4.7H20. Untuk media produksi digunakan medium modifikasi garam dasar (modified bassal salt medium, MBSM) dengan komposisi per liternya sebagai berikut: 0,666 gram NH4NO3; 6,6852 gram K2HPO4; 4,1413 gram KH2PO4; 0,12 gram MgSO4; 1 ml mikroelemen, ditambah sumber karbon minyak sawit dengan total penambahannya: 40 g/l, 80 g/l, dan 120 g/l. Teknik kulitivasi umpan curah (fed batch) dilakukan dengan cara menambahkan sumber karbon secara impuls dan secara terus menerus (kontinyu) selama 72 jam kultivasi. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), pola faktorial 2x3x9, dengan dua kali ulangan. Faktor A adalah teknik pengumpanan, terdiri atas dua taraf: a1: impuls dan a2: kontinyu. Faktor B adalah konsentrasi sumber karbon minyak sawit yang terdiri atas tiga taraf: b1: 40 g/l; b2: 80 g/l dan b3: 120 g/l. Faktor C adalah waktu kultivasi yang terdiri atas sembilan taraf: c1: 5 jam; c2: 20 jam; c3: 25 jam; c4: 30 jam; c5: 45 jam; c6: 50 jam; c7: 55 jam; c8: 68 jam dan c9: 72 jam. Analisis dilakukan pada jam ke-5, 20, 25, 30, 45, 50, 55, 68 dan jam ke-72, yang meliputi analisis berat kering sel, analisis perolehan ramnolipid dan analisis sisa sumber nitrogen. Penelitian menghasilkan perolehan ramnolipid tertinggi sebesar 8,5 g/l didapat dari penambahan minyak sawit dengan total penambahan sebesar 40 g/l selama 68 jam kultivasi dan teknik pengumpanannya dilakukan secara impuls

    Produksi Ramnolipid dan Polihidroksialkanoat secara Simultan dari Produk Samping Industri Biodiesel dengan Bahan Baku CPO

    Get PDF
    Produksi bioplastik polyhydroxyalkanoates (PHA) oleh bakteri menghadapi masalah biaya produksi yang tinggi. Masalah yang sama juga terjadi pada produksi ramnolipid biosurfaktan. Strategi baru telah diusulkan untuk mengurangi biaya produksi PHA, yaitu sel pertama diarahkan untuk menghasilkan produk ekstraseluler yaitu ramnolipid, lalu sel tersebut digunakan kembali untuk menghasilkan produk intrasleluer, yaitu PHA. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari produksi poli-hidroksialkanoat (PHA) dan ramnolipid secara simultan dari sumber karbon yang relatif murah menggunakan teknik batch kultur. Dalam penelitian ini, produk samping industri biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO) digunakan sebagai sumber karbon dan sebagai pembanding digunakan minyak sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sumber karbon produk samping CPO menghasilkan konsentrasi maksimum ramnolipid dan PHA masing-masing 80 mg/l dan 0,15 mg/l, yang dicapai pada konsentrasi sumber karbon 25 g/l dan waktu kultivasi 24 jam

    REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN GLISEROL MENGGUNAKAN KATALIS ASAM

    Get PDF
    REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN GLISEROL MENGGUNAKAN KATALIS ASAM. Reaksi esterifikasi antara asam oleat dan glyserol menggunakan katalis asam dilakukan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya reaksi polimerisasi antara keduanya. Reaksi berlangsung pada rentang suhu 220 oC hingga 250 oC, dengan harapan setelah reaksi esterifikasi selesai akan berlanjut dengan reaksi polimerisasi. Dengan mempelajari perubahan suhu, dan waktu reaksi pada beberapa parameter seperti bilangan asam, bilangan Iod, densitas produk, viskositas dan berat molekul diharapkan akan diperoleh produk dengan berat molekul yang lebih besar dari reaktan pembentuknya atau terjadi reaksi polimerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan reaksi dipengaruhi oleh ratio kedua reaktan dan katalis, pada rasio katalis dan reaktan 1:100 menunjukkan peningkatan berat molekul. Dengan semakin meningkatnya suhu menunjukkan bahwa bilangan asam semakin menurun, mengakibatkan konversi semakin meningkat. Hasil konversi maksimum 93,75% terjadi pada suhu reaksi 240 oC, ratio katalis dan reaktan 1:100 dengan rentang berat molekul sekitar 19,502.06 g/gmol hingga 20,034.94 g/gmol, rentang viskositas sekitar 0.0514 poise hingga 0.0534 poise. Sedangkan densitas produk menunjukkan 0,95 g/cm3 sampai dengan 1,045 g/cm3

    Production of Medium Chain Length Polyhydroxyalkanoates From Oleic Acid Using Pseudomonas Putida Pga1 by Fed Batch Culture

    Full text link
    Bacterial polyhydroxyalkanoates (PHAs) are a class of polymers currently receiving much attention because of theirpotential as renewable and biodegradable plastics. A wide variety of bacteria has been reported to produce PHAsincluding Pseudomonas strains. These strains are known as versatile medium chain length PHAs (PHAs-mcl) producersusing fatty acids as carbon source. Oleic acid was used to produce PHAs-mcl using Pseudomonas putida PGA 1 bycontinuous feeding of both nitrogen and carbon source, in a fed batch culture. During cell growth, PHAs alsoaccumulated, indicating that PHA production in this organism is growth associated. Residual cell increased until thenitrogen source was depleted. At the end of fermentation, final cell concentration, PHA content, and productivity were30.2 g/L, 44.8 % of cell dry weight, and 0.188 g/l/h, respectively

    PRODUCTION OF MEDIUM CHAIN LENGTH POLYHYDROXYALKANOATES FROM OLEIC ACID USING Pseudomonas putida PGA1 BY FED BATCH CULTURE

    Get PDF
    Bacterial polyhydroxyalkanoates (PHAs) are a class of polymers currently receiving much attention because of theirpotential as renewable and biodegradable plastics. A wide variety of bacteria has been reported to produce PHAsincluding Pseudomonas strains. These strains are known as versatile medium chain length PHAs (PHAs-mcl) producersusing fatty acids as carbon source. Oleic acid was used to produce PHAs-mcl using Pseudomonas putida PGA 1 bycontinuous feeding of both nitrogen and carbon source, in a fed batch culture. During cell growth, PHAs alsoaccumulated, indicating that PHA production in this organism is growth associated. Residual cell increased until thenitrogen source was depleted. At the end of fermentation, final cell concentration, PHA content, and productivity were30.2 g/L, 44.8 % of cell dry weight, and 0.188 g/l/h, respectively.Keywords: Biodegradable plastics, medium-chain-length polyhydroxyalkanoates (PHAs-mcl), oleic acid, Pseudomonasputida PGA 1, fed batch fermentatio

    Biodegradation Kinetic Study of Cassava & Tannia Starch-Based Bioplastics as Green Material in Various Media

    Get PDF
    The rate of biodegradation of cassava – tannia starch bioplastic in various media was evaluated. Bioplastic degradation profile for a period of 4 weeks was seen following the Hills Equation where the speed of bioplastic biodegradation in sand media had higher yields than farm soil and compost media with the value up to 98.84 %. This is also proven by measuring the rate of degradation reaction using a first order reaction rate, where the value of the constant rate of reaction from bioplastics in sand is a little bit higher compared to farm soil and compost media (0.77647, 0.67133, and 0.15779 week-1, respectively). According to SEM pictures, there were numerous bacteria (either aerobic or anaerobic) and fungal species on the bioplastic surface, which have a role in the biodegradability of the polymer in bioplastics. The FTIR spectra of bioplastic biodegradation showed a decrease in the peak at 3400 - 3200 cm-1, and loss of the peak was present in the control at 2900 cm-1 which showed a breakdown of the polymer chain in the bioplastic especially in the O-H and C-H bonds, respectively. It can be concluded that farm soil and sand are the most optimal media in the bioplastic biodegradation process, while compost has potential but its maturity must be considered

    Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dan Gliserol Menggunakan Katalis Asam

    Full text link
    REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN GLISEROL MENGGUNAKAN KATALIS ASAM. Reaksi esterifikasi antara asam oleat dan glyserol menggunakan katalis asam dilakukan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya reaksi polimerisasi antara keduanya. Reaksi berlangsung pada rentang suhu 220 oC hingga 250 oC, dengan harapan setelah reaksi esterifikasi selesai akan berlanjut dengan reaksi polimerisasi. Dengan mempelajari Perubahan suhu, dan waktu reaksi pada beberapa parameter seperti bilangan asam, bilangan Iod, densitas produk, viskositas dan berat molekul diharapkan akan diperoleh produk dengan berat molekul yang lebih besar dari reaktan pembentuknya atau terjadi reaksi polimerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan reaksi dipengaruhi oleh ratio kedua reaktan dan katalis, pada rasio katalis dan reaktan 1:100 menunjukkan peningkatan berat molekul. Dengan semakin meningkatnya suhu menunjukkan bahwa bilangan asam semakin menurun, mengakibatkan konversi semakin meningkat. Hasil konversi maksimum 93,75% terjadi pada suhu reaksi 240 oC, ratio katalis dan reaktan 1:100 dengan rentang berat molekul sekitar 19,502.06 g/gmol hingga 20,034.94 g/gmol, rentang viskositas sekitar 0.0514 poise hingga 0.0534 poise. Sedangkan densitas produk menunjukkan 0,95 g/cm3 sampai dengan 1,045 g/cm3
    corecore