43 research outputs found

    Iklim Mikro Dan Respon Hematologi Kelinci Lokal (Lepus Nigricollis) Pada Jenis Kandang Berbeda

    Full text link
    Salah satu kendala dalam pengembangan ternak kelinci adalah ternak ini sensitif terhadap Perubahan faktor lingkungan. Pergeseran kondisi lingkungan (iklim mikro ) dari kebutuhan optmimum menyebabkan penurunan produktivitas. Kandang yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan merupakan salah satu solusi untuk mengurangi cekaman panas di daerah dataran rendah tropis. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan pertama adalah: kandang under ground shelter (K0), Kandang alas semen (K1) dan perlakuan ketiga adalah: kandang battery (K2). Kelinci yang dipergunakan adalah kelinci jantan lokal lepas sapih dengan umur 4 – 5 minggu. Variabel yang diamati adalah iklim mikro kandang dan respon hematologi ternak kelinci jantan lokal. Kandang K0 menyebabkan temperatur dalam kandang lebih rendah (P<0,05) daripada kandang K2, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan dengan K1. Kelembaban udara dalam kandang K2 lebih tinggi (P<0,05) daripada K1 dan K0. Tidak terjadi perbedaan yang nyata (P>0,05) pada variabel intensitas radiasi, suhu maksimum dan suhu minimum pada perlakuan kandang berbeda. Tidak terjadi perbedaan yang nyata pada kandungan hematokrit, glukosa, dan trigliserida darah ternak kelinci yang dipelihara pada kandang berbeda. Kelinci yang dipelihara pada kandang K0 dan K1 menghasilkan kandungan haemoglobin dan eritrosit lebih tinggi (P<0,05) daripada K2, sedangkan kandungan leukosit darah kelinci yang dipelihara pada kandang K2 lebih tinggi (P<0,05) daripada K0 dan K1 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandang under ground shelter dan kandang alas semen menyebabkan iklim mikro dan respon hematologi lebih baik daripada kandang battery

    PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT (ALTITUDE) DAN TINGKAT ENERGI RANSUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM BURAS SUPER UMUR 2 ? 7 MINGGU

    Get PDF
    RINGKASAN Penelitian tentang pengaruh ketinggian tempat dan tingkat energi ransum terhadap penampilan ayam buras super umur 2 ? 7 minggu dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Desa Dajan Peken, Kabupaten Tabanan dan Desa Sobangan, Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian tempat (50 m dan 300 m dari atas permukaan laut (dpl), masing-masing sebagai T1 dan T2). Faktor kedua adalah tingkat energi dalam ransum isoprotein (2650, 2800, dan 2950 kkal ME/kg, masing-masing sebagai E1, E2, dan E3). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata (P0,05) terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan jumlah ayam ?panting?. Dapat disimpulkan bahwa penampilan ayam buras super yang dipelihara pada ketinggian tempat 300 m dpl dan diberikan ransum dengan tingkat energi metabolis 2800 kkal/kg menghasilkan penampilan yang lebih baik daripada ayam yang dipelihara pada ketinggian tempat 50 m dpl dan diberi ransum dengan energi metabolis 2650 dan 2950 kkal/kg

    Pengaruh Suplementasi Multi Nutrient Block terhadap Status Hematologi Kelinci Lokal

    Full text link
    Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui status hematologi kelinci diberi pakan rumput yang disuplementasiMulti Nutrient Block (MNB). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok, dengan lima kali ulangan.Perlakuan terdiri dari kelinci diberi rumput lapangan sebagai kontrol (R0), ransum kontrol yang disuplementasiMNB 5 g/ekor/h (R1), ransum kontrol yang disuplementasi MNB 10 g/ekor/h (R2), ransum kontrol yang disuplementasiMNB 15 g/ekor/h (R3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan eritrosit, leukosit, hematokrit, glukosadan trigiserida darah kelinci tidak dipengaruhi oleh tingkat suplementasi MNB (P<0,05), namun kandungan haemoglobindarah kelinci semakin meningkat dengan meningkatnya suplementasi MNB (P>0,05). Dapat disimpulkanbahwa suplementasi MNB berpengaruh positif terhadap status haemoglobin darah kelinci. Kata kunci; MNB, status hematologi, Lepus negricolli

    Performans dan Indeks Kelembaban Suhu Kelinci Jantan (Lepus Nigricollis) yang Dipelihara dengan Luas Lantai Kandang dan Diberi Ransum dengan Imbangan Energi dan Protein Berbeda

    Full text link
    Penelitian yang bertujuan mempelajari indeks kelembaban suhu atau temperature humidity index dan performans kelinci jantan lokal pada kepadatan ternak berbeda dan diberi ransum dengan imbangan energi protein berbeda telah dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial 2 x 3 dengan empat kali ulangan (blok). Sebagai perlakuan pertama adalah imbangan energi dan protein pada ransum (R) yang terdiri dari ransum dengan kandungan energi termetabolis 2500 kkal/kg dan protein kasar 17% dengan imbangan energi dan protein 147 (R1), ransum dengan kandungan energi termetabolis 2800 kkal/kg dengan kandungan protein kasar 18,5% dengan imbangan energy dan protein 151 (R2). Sebagai perlakuan kedua adalah luas lantai kandang (L) yang terdiri dari 3500 cm2 (L1), 1750 cm2 (L2) dan 1166 cm2 (L3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim mikro pada perlakuan tingkat kepadatan ternak dan ransum dengan imbangan energi dan protein yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kelembapan udara, temperatur udara, “temperature humidity index” dan radiasi matahari. Performans pada perlakuan ransum dengan imbangan energy dan protein R1 menyebabkan konsumsi air, ransum, berat badan akhir dan pertambahan berat badan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan R2 sedangkan FCR yang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Performans pada perlakuan tingkat kepadatan ternak L2 dan L3 menyebabkan konsumsi air dan ransum lebih tinggi sehingga berat badan akhir pada kandang L2 dan L3 juga lebih tinggi dibandingkan L1 kecuali pertambahan berat badan dan FCR memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan iklim mikro pada kandang dengan perlakuan ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda serta perlakuan dengan tingkat kepadatan ternak berbeda. Kelinci yang diberi ransum dengan imbangan energi dan protein 147 (R1) menghasilkan performans lebih tinggi daripada imbangan energi dan protein 151 (R2). Kelinci yang dipelihara pada tingkat kepadatan ternak 2 ekor/3500cm2 menghasilkan performans lebih tinggi daripada tingkat kepadatan ternak 1 ekor dan 3 ekor/3500 cm2

    Performance and Carcass of Local Rabbit (Lepus Nigricollis) Fed Concentrate on Different Levels Based on Carrot Leaf Waste (Daucus Carota L.)

    Full text link
    Research about the performance of local rabbit fed different level of concentrate based on   Daucus carota L.was conducted for 12 weeks at Dajan Peken Village, Tabanan District, Tabanan Regency. The research design used was Randomized Block Design with 5 replicates. The animals were allocated randomly into 4 treatments i.e. control ration carrot leaf (Daucus  carota L.) (R0), control ration with 10 g concentrate/head/day (R1), control ration with 20 g  concentrate/head/day (R2) and control ration with 30 g concentrate/head/day (R3).  Daucus carota L. and drinking water offered ad libitum. Results of the research showed that performance of the animals fed control ration with 30 g concentrate/head/day (R3) was higher  (P < 0.05) than that R0 (control) and other treatments. Carcass weight, meat, and fat of the animals fed ration R0 was lower (P < 0.05) compare to treatment R1, R2, and R3. There was no significant difference (P >0.05) to variables of carcass weight, bone weight, and meat bone ratio among R0, R1, R2, and R3 percentages. It could be concluded that the animals fed Daucus carota L. as basic ration that was supplemented with concentrate 30 g/head/day produced higher performance and carcass compare to the animals supplemented 20 g/head/day and 10 g/head/day

    Kecernaan Pakan Kelinci Lokal (Lepus Nigricollis) Yang Diberi Pakan Multi Nutrient Block Berbasis Rumput Lapangan

    Full text link
    Peningkatan produktivitas ternak kelinci dapat diukur dari kecernaan pakan yang diberikan dan dapat dilakukandengan memberikan suplementasi Mineral Nutrient Block (MNB). Penelitian dilaksanakan dengan menggunakanRangcangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah R0: pakan kontrol(rumput lapangan) dengan kandungan energi termetabolis 1830 kkal/kg dan CP:9,1%, R1: ransum kontrol yangdisuplementasi MNB 5 g/ekor/hari, R2: ransum kontrol yang disuplementasi MNB 10 g/ekor/hari, R3: ransumkontrol yang disuplementasi MNB 15 g/ekor/hari. Rumput lapangan diberikan secara ad libitum dalam bentuksegar dan dipotong-potong dengan panjang 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai cerna bahan kering,nilai cerna energi dan nilai cerna protein tertinggi pada R3 yaitu masing-masing 59,22%, 68,88% dan 43,72%.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Multi Nutrient Block sebanyak 15% memberikankecernaan tertinggi pada kecernaan bahan kering, energi dan protein pakan

    Growth Performance of Male Rabbits (Lepus negricollis) Fed Different Levels of Fermented Coffee Pulp

    Get PDF
    The traditional rabbit raising resulted in very poor growth of rabbit so a study was carried out on growth performance of male rabbit fed different levels of fermented coffee pulp. A randomized block design (RBD) with five treatments and four replicates of two rabbits in each treatment was used in this experiment. The treatments were diet without coffee pulp (R0), diet with 10% unfermented coffee pulp (R1), diet with 20% unfermented coffee pulp (R2), diet with 10% fermented coffee pulp (R3), and diet with 20% fermented coffee pulp (R4). Each treatment consisted of 8 male five week old local rabbits. Variables observed were final body weight, weight gain, feed intake, water consumption, feed efficiency, dry matter, energy and protein digestibility. The results showed that rabbits given ration with 10% fermented coffee pulp (R3) revealed higher dry matter energy and protein digestibility. Further, they had the highest final body weight, weight gain and highest feed efficiency. It was concluded that the use of 10% fermented coffee pulp in the diet produced the highest performance compared to other treatments. Fermented coffee pulp at the level of 10% could be recommended to farmers for substituting rice bran in rabbits diets
    corecore