44 research outputs found

    OPTIMIZATION AND CHARACTERIZATION OF QUERCETIN VITAMIN C NANO-PHYTOSOME FORMULATION

    Get PDF
    Objective: To design an optimal formulation for quercetin and vitamin C nano-phytosome. Methods: Nano-phytosomes are prepared by the thin layer hydration technique using a 2-level-5-factor design experimental. A total of 32 experimental formulas were used for data analysis. The ratio of quercetin: soy lecithin (X1), the ratio of quercetin: cholesterol (X2), stirring speed (X3), stirring temperature (X4), and stirring time (X5) were used as independent factors, while globule size as a dependent factor. Data analysis was carried out by Design Expert12® application. Characterization of the optimal formula included physicochemical evaluation, globule size analysis, zeta potential, polydispersity index, entrapment efficiency, Transition Electron Microscopy (TEM) analysis, and FTIR analysis. Results: The optimal formula consisted of quercetin: vitamin C: lecithin: cholesterol ratio of 1: 1: 1.046: 0.105 mol; stirring speed 763.986 rpm; stirring time of 59 min, at temperature 51.73 °C which produced 59.26 nm average globule size, PDI value 0.66; zeta potential value-35.93±0.95 mV and average SPAN value 0.61. This formulation showed entrapment efficiency of quercetin 91.69±0.18 % and vitamin C 90.82±0.13 %. The TEM and FITR analysis showed the morphological of the globules and interactions between the drugs, soy lecithin, and cholesterol to form nano-phytosomes. Conclusion: The conditions to obtain the optimal formula for quercetin vitamin C nano-phytosome consisted of quercetin: vitamin C: lecithin: cholesterol ratio of 1: 1: 1.046: 0.105 mol; stirring speed 763.986 rpm; stirring time of 59 min, and at temperature 51.73 °

    Studi Penilaian Klinis Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

    Get PDF
    A 6-week longitudinal prospective study was conducted to assess the effectiveness and the safety antibiotic used in chronic kidney disease (CKD) patients in internal medicine ward. We compared white blood count and glomerular fi ltration rate before and after antibiotic used. The CKD patients who admitted in the internal medicine ward and age ≥18 years old were included this study. Patients with incomplete laboratory data and renal replacement therapy were excluded in this study. The 25 patients who enrolled in this study were recruited. The majority gender of CKD was male (64%), the mean of age was 61.52±14.17 years old with length of stay (LOS) was 6.92±4.05 days. The highest number of patients was in CKD stage 3 (n=10, 40%) and was followed by CKD stage 2 (n=6, 24%). Most of them were diagnosed community acquired pneumonia. Tablet azithromycin (n=16, 64%) then Cefotaxime intra venous injection (IV) (n= 6, 24%), and Ceftazidime IV (n=5, 20%), Cloxacillin IV (n=4, 16%) were the most antibiotics prescribed. Generally patients had been prescribed appropriate dose of antibiotic and 88% of them showed improved white blood count. In contrast, the glomerular fi ltration rate of 44% CKD patients was getting worse. In conclusion, this study clearly indicate the CKD patients require close monitoring to maintenance of renal function even the antibiotic had been prescribed appropriately.Sebuah studi prospektif longitudinal 6 minggu dilakukan untuk menilai efektivitas dan antibiotik keamanan yang digunakan pada pasien penyakit ginjal kronis (CKD) di bangsal pengobatan internal. Kami membandingkan jumlah darah putih dan tingkat fi ltrasi glomerulus sebelum dan sesudah antibiotik digunakan. Pasien CKD yang dirawat di bangsal penyakit dalam dan usia ≥18 tahun dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien dengan data laboratorium yang tidak lengkap dan terapi penggantian ginjal dikeluarkan dalam penelitian ini. 25 pasien yang terdaftar dalam penelitian ini direkrut. Jenis kelamin mayoritas CKD adalah laki-laki (64%), rata-rata usia adalah 61,52 ± 14,17 tahun dengan lamanya tinggal (LOS) adalah 6,92 ± 4,05 hari. Jumlah pasien terbanyak adalah pada CKD stadium 3 (n = 10, 40%) dan diikuti oleh CKD tahap 2 (n = 6, 24%). Sebagian besar dari mereka didiagnosis menderita radang paru-paru. Tablet azitromisin (n = 16, 64%) kemudian Cefotaxime injeksi intra vena (IV) (n = 6, 24%), dan Ceftazidime IV (n = 5, 20%), Cloxacillin IV (n = 4, 16%) adalah antibiotik yang paling diresepkan. Umumnya pasien telah diberi dosis antibiotik yang tepat dan 88% dari mereka menunjukkan peningkatan jumlah darah putih. Sebaliknya, tingkat fi ltrasi glomerulus dari 44% pasien CKD semakin buruk. Kesimpulannya, penelitian ini jelas menunjukkan pasien CKD memerlukan pemantauan ketat terhadap pemeliharaan fungsi ginjal bahkan antibiotik telah diresepkan dengan tepat

    Comparison of Effectivity of Health Education Towards Mother\u27s Knowledge and Ability in Caring Children with Acute Respiratory Infection in Health Center Padang Pasir and Pauh

    Full text link
    Health education with booklet media is an effort to increase knowledge and ability in caring Acute respiratory infection (ARI). This study aimed to identify comparison effectivity in health education towards knowledge and ability in caring between Padang Pasir and Pauh Health Center. Method used pre experimental with pretest posttest design. Subject was mothers with children having ARI amount 15 samples. Data was collected by questionnaires. Data analysis used wilcoxon to identify difference pre and posttest of mother\u27s knowledge and ability in caring, mann whitney-U to know difference between both of them. Study showed there was difference of knowledge and ability in caring between pre and posttest (p=0,002). There was difference in effectivity of health education between Padang Pasir and Pauh on ability in caring (p=0,004).It suggested health education with more interesting media like booklet must be given especially for mothers so ARI\u27s rate can be reduced in children

    PENINGKATAN KELARUTAN KUERSETIN MELALUI PEMBENTUKAN KOMPEKS INKLUSI DENGAN -SIKLODEKSTRIN

    Get PDF
    Quercetin, a chemical cousin of the glycoside rutin from Manihot esculenta Crantz , is appears to have many biologically active. Preformulation studies are usually associated for a new drug substances, would include solubility. The complexation of quercetin by β-cyclodextrin indicated an AL-type diagram with inclusion complex of 1:1 molar ratio and stability constant K is 403,58 M-1. Enhancement of solubility was 9-fold with the quercetin, but not efective to liquid and oral phamaceutical applications. Key words: Quercetin, β-cyclodextrin , complex of inclusion, solubility

    A Kinetic Study on the Loss of Sulfamethoxazole in Honey Solutions

    Get PDF
    A study on the kinetic of sulfamethoxazole in acetate buffer pH 3,6 containing 50% honey at various temperatures has been done. Sample were taken at time interval until the concentration of sulfamethoxazole remaining was constant. As control, a solution of sulfamethoxazole in buffer solution without honey was treated at similar conditions. The concentration of sulfamethoxazole remaining was determined speetrophotometrically by using Bratton-Marshall methode. Result showed that the decrease in the concentration of sulfamethoxazole in buffer solution containing 50% honey followed pseudo first order reversible kinetics with the forward rate constans of 0,0803; 0,1932; 0,2937/hr. the reserve rate constans of 0,0595; 0,1423; 0,2084/hr respectively at 60o, 70o, anda 80o C. Reaction followed the arrhenius equation with the Ea value of 20,5459 kcal/mole and 21,1272 keal/mole for the fordward and reverse reaction respectively. The self life of sulfamethoxazole in honey solution pH 3,6 at room temperature was 56,6769 hours

    Pengembangan dan Validasi Metoda Disolusi Tablet Salut Enterik Ketoprofen

    Get PDF
    Tablet salut enterik Ketoprofen adalah obat yang beredar luas di  Indonesia. Digunakan  untuk mengatasi nyeri arthiritis tulang, rematik dan demam. Namun, sejauh ini uji disolusinya secara spesifik belum tersedia dalam farmakope manapun.  Uji disolusi termasuk parameter yang harus diperhatikan untuk mengetahui kualitas produk obat sediaan padat. Tujuan dari penelitian ini adalah  mengembangkan dan memvalidasi metode pegujian disolusi dari tablet salut enterik ketoprofen. Profil disolusi diamati terhadap 3 produk tablet salut enterik ketoprofen yang beredar di kota Padang. Uji disolusi dilakukan dua tahap menggunakan 750 mL larutan HCl 0,1 N ( tahap asam) dan 1000 mL larutan dapar fosfat pH 6,8 dan 7,4 (tahap basa), alat tipe 1 (keranjang) dan tipe 2 (dayung) kecepatan 50 dan 75 rpm. Hasil uji disolusi selanjutnya ditentukan secara spektrofotometri UV. Metoda uji disolusi  hyperdiscriminating  diperoleh pada uji disolusi menggunakan alat tipe 1,  kecepatan rotasi 75 rpm dan  media disolusi 1000 mL dapar fosfat pH 6,8 dengan nilai Q45 ≥ 75%. Spesifiitas, linieritas  (r = 0,9988), presisi (RSD = 1,12%) dan akurasi (recoveri = 95,7 - 97,6%)  memenuhi syarat keberterimaan sesuai pedoman ICH dan USP. Uji disolusi yang dikembangkan dapat digunakan untuk tujuan pengawasan mutu tablet salut enterik ketoprofen .

    PEMBUATAN SEDIAAN OBAT ANTI DIABETES DARI EKSTRAK TUMBUHAN JAMBULAN (Eugenia Cumini; Merr.)

    Get PDF
    Diabetes Melitus merupakan penyakit umum yang dijumpai dalam masyarakat yang frekuensinya semakin tahun semakin meningkat. Hal ini mungkin pengaturan diet yang tidak sempurna, gaya hidup dan pola makan yang salah ataupun pengaruh stres berkepanjangan yang di derita masyarakat akibat adanya resesi dalam segala bidang. Penggunaan bahan alam sebagai obat baik dalam bentuk jamu maupun sediaan fitofarmaka adalah suatu pilihan bijak, karena disimping biaya murah juga tingkat keamanannya jauh lebih tinggi dibanding obat sintetis. Sebagai tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk pemanfaatan bahan baku hayati serta memperoleh sediaan fitofarmaka antidiabetes yang poten, aman dan rasional yang berasal dari bahan alam Indonesia khususnya dari tumbuhan Eugenia cumini Merr untuk substitusi sediaan obat antidiabetes yang berasal dari bahan sintetis yang umumnya mempunyai efek samping yang tinggi dan tingkat keamanannya yang rendah. Target khusus yang ingin dicapai adalah menghasilkan sediaan berupa kapsul dan tablet dari caton fitofarmaka Eugenia cumini Merr. sebagai obat anti diabetes yang efektif dan rasional. Penelitian taboo ketiga ini merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya yang meliputi pencarian modiftkasi bahan pembantu tablet agar kelemahan taboo sebelumnya dapat diatasi terutama mengenai waktu hancur tablet yang belum memenuhi standar yang disyaratkan oleh literatur. Dalam penelitian ini telah digunakan campuran antara amprotab sebagai penghancur daD PVP sebagai pengikat dengan disain factorial. Dari pencapuran kedua bahan ini diperoleh mas a granul dan tablet yang memenuhi persyaratan. Ekstrak etanol daun E. cumini dapat diformulasi menjadi sediaan tablet yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV. Dari basil evaluasi sifat-sifat granul dan sifat-sifat tablet dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan pembantu amprotab dan PVP dapat menghasilkan tablet yang lebih baik hila dibandingkan campuran amprotab dan pasta amyli
    corecore