27 research outputs found

    Characteristics of Tanning Leather Using Gambir on PH 4 and 8

    Full text link
    Tannery production process in Indonesia is still using chromium sulfate or mimosa in general. Gambier (Uncaria gambier Roxb.) extract could be used as material for tanners because it contains tannin. This study aimed to investigate the characteristics of tanned leather using gambier solution at pH 4 and 8. Standard tanning method was used which includes the processing of goat leather with salt, acid and then tanned with gambier extracts. Observation of tanned leather refers to the SNI-06-0463-1989-A and ISO 0234:2009. The results showed that characteristics of tanned leather with solution of gambier at pH 4 and 8 respectively i.e.: degrees of tanning 29.87% and 39.55%, tensile strength 279.94 kg/cm2 and 433.85 kg/cm2, leather conditions was limp, light gray colour and yellow, thickness of 0.12 mm and 0.11 mm, and density 0.74 g/cm3 and 0.74 g/cm3. Tanned leather from different pH conditions generally has the same characteristic and meet standards

    Kajian Kualitas Gambir Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Kulit Tersamak

    Get PDF
    This study aimed to investigate the quality of gambier taken from gambier production center in West Sumatra, the characteristic of tanned leather which was tanned by gambier, and the relationship between gambier quality and tanned leather product. This study was conducted by firstly taking the samples from ten location randomly, secondly analizing some of its characteristics, and later applicating them in leather tanning. The relationship between some gambier parameters with tanned leather was determined by linear regression. The result was finding that the quality was varied among different gambier production centers, comprise of water content, tannin level, cathecin level, ash level and water-insoluble substances. Sixty percent of producton centers had given gambier which was capable to produce leather met the quality requirements. The result also found there were a strong relationship between gambier characteristics and quality of tanned leather, e.g. gambier tannin level and bonded-tannin in tanned leather (r=0.980), gambier catechins level and bonded-tannin in tanned leather (r=0.967) and gambier ash content and bonded-tannin in tanned leather (r=0.852). Highest tannin level would produce good tanned leather

    Karakterisasi Kulit Kambing Pada Persiapan Penyamakan Dengan Gambir Dan Sifat Kulit Tersamak Yang Dihasilkan

    Get PDF
    The purposes of this research were to evaluate characteristic of goat skin beforepreparation for tanning, to observe the effect of concentration of gambier tanning agent and pHof gambier solution during tanning process. This research began with characterizing of skinbefore the tanning process. Gambier concentrations and pH of solutions were varied.Characterization of the goat skin was done on the area of goat skin, chemical composition, andweight change at each steps of tanning preparations. Physical and chemical analysis andobservation of the leather were done according to SNI-06-0463-1989-A. Goat skin in thisresearch was categorized as first quality according to the wide dimension and high water content.The results showed that the characteristics of dried goat skins changed during preparation andtanning process. The optimum concentration of gambier was 9% if the solution had a pH of 4 andthe optimum concentration was 3% if the solution had a pH of 8

    Pelatihan Penanganan dan Pengolahan Susu Kambing di Nagari Bukit Batabuh Kabupaten Agam

    Get PDF
    Permasalahan utama yang dihadapi kelompok saat ini adalah terbatasnya pengetahuan, teknologi dan peralatan produksi untuk mengolah susu kambing. Susu yang dihasilkan hanya diolah menjadi susu pasteurisasi di dalam kemasan kantong plastik. Dalam hal penanganan susu segar, penerapan kebersihan, praktik higiene, dan sanitasi juga masih belum baik. Dengan demikian, susu segar dan susu pasteurisasi yang mereka produksi dan pasarkan belum dapat dijamin keamanannya untuk dikonsumsi. Di samping keterbatasan penguasaan teknologi juga belum optimalnya kelembagaan kelompok yang baru berjalan sebatas bekerja sama dalam hal teknis berternak, namun belum berkembang dalam hal pengadaan bersama dan pemasaran produk secara bersama. Dengan demikian tingkat efisiensi dalam hal biaya produksi dan biaya pemasaran belum bisa diperoleh oleh kelompok. Masalah sebagaimana yang dijelaskan di atas, ditawarkan untuk diselesaikan dengan alternatif sebagai berikut :a) Memberikan pelatihan teknik kebersihan, sanitasi dan higienis pemerahan dan penanganan susu segar dan susu pasteurisasi, serta teknik pengemasan; b) Memberikan pelatihan teknik pengolahan susu menjadi berbagai produk olahan susu c) Memberikan Peningkatan wawasan dan pengetahuan kelompok mengenai pemasaran produk olahan susu kambing d) Memberikan pelatihan penguatan kelembagaan kelompok peternak kambing untuk menuju kelompok tani yang profesional

    Pelatihan Produksi Kompos dan Biogas di Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang

    Full text link
    Permasalahan utama yang dihadapi kelompok tani saat ini adalah terbatasnya pengetahuan, teknologi dan peralatan produksi untuk menghasilkan kompos yang berkualitas,  dengan demikian mutu kompos yang dihasilkan juga relatif masih  rendah, sementara potensi yang bisa dihasilkan cukup besar. Kotoran sapi yang ada selama ini juga belum dimanfaatkan sebagai sumber biogas, karena belum adanya teknologi tepat guna pembuatan biogas yang dikuasai kelompok tani. Penyelesaian masalah ditawarkan untuk dengan cara:                        (1) Memberikan pelatihan cara pembuatan kompos dengan memanfaatkan kotoran sapi dan kotoran ayam broiler, sisa hijauan makanan ternak dan limbah pertanian yang dihasilkan,     (2) Memberikan pelatihan pembuatan starter mikroba lokal untuk mempercepat terjadinya pengomposan, (3) Memberikan pelatihan serta peragaan pembuatan biogas dari kotoran sapi,  (4) Pembuatan model digester untuk produksi biogas pada skala rumah tangga dan               (5) Memberikan pelatihan penguatan kelembagaan kelompok tani untuk menuju kelompok tani yang profesional. Sesuai dengan rencana kegiatan maka dapat dijelaskan target luaran adalah (a) Bahan baku kompos dan Starter yang bisa digunakan, (b) Teknik pembuatan kompos untuk menghasilkan kualitas kompos yang baik, (c) Isu pertanian berkelanjutan dan pentingnya pupuk organik,  (d) Teknik mempersiapkan kompos untuk dipasarkan dan teknik memasarkan produk kompos dan (e) Peragaan pembuatan digseter untuk pembuatan biogas berbahan baku kotoran sapi untuk skala rumah tangga. Kata kunci: Pelatihan, Produksi kompos, Bioga

    The effect of precursor concentration on the particle size, crystal size, and optical energy gap of CexSn1â’xO2 nanofabrication

    Get PDF
    In the present work, a thermal treatment technique is applied for the synthesis of CexSn1−xO2 nanoparticles. Using this method has developed understanding of how lower and higher precursor values affect the morphology, structure, and optical properties of CexSn1−xO2 nanoparticles. CexSn1−xO2 nanoparticle synthesis involves a reaction between cerium and tin sources, namely, cerium nitrate hexahydrate and tin (II) chloride dihydrate, respectively, and the capping agent, polyvinylpyrrolidone (PVP). The findings indicate that lower x values yield smaller particle size with a higher energy band gap, while higher x values yield a larger particle size with a smaller energy band gap. Thus, products with lower x values may be suitable for antibacterial activity applications as smaller particles can diffuse through the cell wall faster, while products with higher x values may be suitable for solar cell energy applications as more electrons can be generated at larger particle sizes. The synthesized samples were profiled via a number of methods, such as scanning electron microscopy (SEM), transmission electron microscopy (TEM), X-ray diffraction (XRD), and Fourier transform infrared spectroscopy (FT-IR). As revealed by the XRD pattern analysis, the CexSn1−xO2 nanoparticles formed after calcination reflect the cubic fluorite structure and cassiterite-type tetragonal structure of CexSn1−xO2 nanoparticles. Meanwhile, using FT-IR analysis, Ce-O and Sn-O were confirmed as the primary bonds of ready CexSn1−xO2 nanoparticle samples, whilst TEM analysis highlighted that the average particle size was in the range 6−21 nm as the precursor concentration (Ce(NO3)3·6H2O) increased from 0.00 to 1.00. Moreover, the diffuse UV-visible reflectance spectra used to determine the optical band gap based on the Kubelka–Munk equation showed that an increase in x value has caused a decrease in the energy band gap and vice versa

    Aplikasi Gambir sebagai Bahan Penyamak Kulit melalui Penerapan Penyamakan Kombinasi

    Full text link
    Penelitian tentang “aplikasi gambir sebagai bahan penyamak kulit melalui penerapan penyamakan kombinasi dengan menggunakan tawas dan gambir” dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi yang optimal serta menghasilkan kulit samak yang memenuhi standar industri, dan untuk menghindari penggunaan bahan penyamak krom yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Penelitian ini menggunakan kulit kambing. Pelaksanaan proses penyamakan kulit tahap I menggunakan tawas yang terdiri atas 5 taraf konsentrasi (3%, 5%, 7%, 9% dan 11%), kemudian dilanjutkan dengan penyamakan nabati tahap II dengan menggunakan gambir 3 taraf konsentrasi (3%, 6%, dan 9%) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hasil memenuhi standar SNI-06-0463-1989 tentang kulit lapis samak kombinasi dan SNI-0253-2009 tentang kulit bagian atas kaki kulit kambing terhadap sifat kimia dan fisik.Penggunaan zat penyamak kulit kombinasi yang optimum yaitu menggunakan penyamakan tahap I dengan tawas pada konsentrasi 3% dan dilanjutkan dengan penyamakan tahap II dengan menggunakan gambir pada konsentrasi 3%. Karakteristik kulit hasil pengamatan kulit tersamak adalah kadar tanin terikat: 32,88%, derajat penyamakan: 88,62%, kekuatan tarik: 449,17 kg/cm2 dan kemuluran: 16%

    Pengaruh Suhu dan Lama Pengempaan pada Pembuatan Papan Partikel dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) dengan Perekat Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) terhadap Sifat Papan Partikel Influence Of Temperature And Pressing TIME On Particleboard Processing From Palm Oil Trunk (Elaeis Guineensis Jacq.) And Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) Adhesive On Particleboard Properties

    Full text link
    Studi on the utilization of Palm oil trunk for particleboard with Gambir as adhesive was conducted in order to know the influence of temperature and pressing time to particleboard properties. Experiments were analyzed by factorial with completely randomized design in 4 temperatures (140ºC, 145ºC, 150ºC and 155ºC) and 4 pressing times (10 min., 12.5 min., 15 min., and 17.5 min.). Particleboard was tested for density, moisture content, water absorption, modulus of rupture, compression strength parallel to the surface and internal bond. Result showed that temperature and pressing time and their interaction have significant influenced to the moisture content while pressing temperature have influenced to the density and modulus of rupture of the particleboard. On the other hand, temperature and pressing time have not significant influenced to water absorption, compression strength parallel to the surface and internal bond. The entire particleboard properties were met Indonesian Standard except water absorption which relatively higher. Optimal condition was attained by combination of pressing temperature of 150ºC and pressing time of 15 min., where the density was 0.77g/cm3, moisture content was 7.60%, water absorption was 56.98%, modulus of rupture was 147 kg/cm2, compression strength to the surface was 68.85kg/cm2 and internal bond was 8.26 kg/cm2

    Perilaku Krom dalam Limbah Cair Penyamakan Kombinasi Krom-Gambir dan Krom-Mimosa pada Penyamakan Kulit

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah krom yang ikut terbuang bersama limbah proses penyamakan kulit yang di samak kombinasi krom-gambir dan krom-mimosa. Pelaksanaan penelitian proses penyamakan kulit dilakukan dengan 2 tahap. Tahap I menggunakan krom dengan 5 variasi konsentrasi yaitu 2, 4, 6 dan 8%. Setelah penyamakan tahap I kemudian dilanjutkan penyamakan tahap II dengan menggunakan penyamakan nabati, gambir dan mimosa, dengan variasi konsentrasi masing-masing 7 dan 9%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyamakan kombinasi krom-gambir pada konsentrasi yang sama menghasilkan limbah krom yang lebih sedikit dibandingkan dengan samak kombinasi krom-mimosa. Jumlah limbah krom pada penyamak kombinasi krom-gambir terendah adalah 3,9 ppm pada konsentrasi krom 2% dan gambir 7% dan tertinggi 146,6 ppm pada konsentasi krom 8% dan gambir 9%. Jumlah limbah krom pada penyamak kombinasi krom-mimosa terendah adalah 2,2 ppm pada konsentrasi krom 2% dan mimosa 7% dan tertinggi 170,4 ppm pada konsentasi krom 8% dan mimosa 9%. Penyamakan tahap II, yang merupakan samak kombinasi, krom-gambir dapat menurunkan kadar krom lebih banyak dibandingkan kombinasi krom-mimosa
    corecore