10 research outputs found

    PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI VAKSIN COVID-19 PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI

    Get PDF
    ABSTRACT Efforts to expand the target of the Covid-19 vaccine continue to be carried out by the government. After administering the Covid-19 vaccine to children aged 12-17 years, the Government also gave the green light for administering the Covid-19 vaccine to pregnant and lactating mothers. There are several conditions for the implementation of the Covid-19 vaccine for pregnant women. Ignorance of these conditions makes people feel afraid and do not want to carry out the Covid-19 vaccine for pregnant and lactating women. pregnant and breastfeeding. The method used is giving explanations to the public directly, pretest-posttest and giving brochures about the covid-19 vaccine, which is a collaboration between the Center for Reproductive Health Studies at the LPPM Jambi University and the Valencia Mendalo Clinic. This activity was attended by 36 people from the general public, especially those around the Pinang Masak Campus, Jambi University and Valencia Housing Muaro Jambi. Participants consisted of 14 men (38.8%), 18 women who were not pregnant (50%), 4 pregnant women (11.11%). Community service in the form of counseling and providing leaflets can increase public knowledge about the COVID-19 vaccine for pregnant and lactating women. Keywords: Knowledge, Covid-19 vaccine, pregnant women, breastfeeding mothers.   ABSTRAK Upaya memperluas sasaran vaksin Covid-19 terus dilakukan pemerintah. Setelah pemberian vaksin Covid-19 kepada anak-anak usia 12-17 tahun, Pemerintah juga memberikan lampu hijau pemberian vaksin Covid-19 kepada ibu hamil dan menyusui.  Ada beberapa syarat untuk pelaksanaan vaksin Covid-19 kepada ibu hamil. Ketidaktahuan mengenai syarat tersebut membuat masyarakat merasa takut dan tidak mau melaksanakan vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan menyusui.Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya vaksin Covid-19 serta syarat melakukan vaksin Covid-19 pada wanita hamil dan menyusui. Metode yang digunakan adalah ,  pemberian penjelasan kepada masyarakat secara langsung, pretest-postest serta pemberian brosur mengenai vaksin covid-19 yang merupakan Kerjasama Pusat Studi Kesehatan Reproduksi LPPM Universitas Jambi dengan Klinik Valencia Mendalo.  Kegiatan ini dihadiri oleh 84 orang masyarakat umum terutama yang berada di sekitar Kampus Pinang Masak Universitas Jambi dan Perumahan Valencia Muaro Jambi.  Peserta terdiri dari 32 orang pria (38%), 36 orang wanita yang tidak hamil dan menyusui (42,85%), 6 orang ibu menyusui (7%), 10 orang ibu hamil (11,9%).  Pengabdian masyarakat yang berupa penyuluhan dan pemberian leaflet pada dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat umum tentang vaksin covid-19 pada ibu hamil dan menyusui. Kata Kunci : Pengetahuan, Vaksin covid-19, ibu hamil, ibu menyusui

    PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG TRIPLE ELIMINATION DI PIJOAN, MUARO JAMBI

    Get PDF
    ABSTRACT Background HIV, syphilis, and hepatitis B infections in children are more than 90% infected from their mothers. The risk of mother-to-child transmission for HIV is 20%-45%, for syphilis is 69-80%, and for hepatitis B it is more than 90%. Intervention needs to be made to break the chain of transmission of HIV, Syphilis, and Hepatitis B through the Elimination programme. The aim was to enhance knowledge about Triple Elimination. Methods workshop with the theme of triple elimination on pregnant women in Pijoan was performed. Pretest and posttest questions were given to measure knowledge about triple elimination in pregnant women. The result of this programme was an increase in the knowledge shown by the number of correct answers during the pretest was more compared to the post-test. Keywords Triple Elimination, Hepatitis B, HIV, Syphilis   ABSTRAK Latar belakang Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90%. Perlu dilakukan upaya untuk memutus rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B melalui Eliminasi Penularan. Upaya Eliminasi Penularan HIV. Tujuan meningkatkan pengetahuan Tentang Triple Elimination. Metode Kegiatan diawali oleh workshop bertema triple elimination pada ibu hamil di Pijoan. Diberikan soal pretest dan post test untuk mengukur pengetahuan tentang triple elimination pada ibu hamil. Hasil terdapat peningkatan jumlah benar saat pretest dibandingkan post test. Kata Kunci: Triple Elimination, Hepatitis B, HIV, Sifilis   &nbsp

    PENYULUHAN AWAM DAN PEMERIKSAAN KEPADATAN TULANG PADA MASYARAKAT UMUM SEBAGAI SKRINING AWAL OSTEOPOROSIS DI KECAMATAN MUARO TEMBESI JAMBI

    Get PDF
    ABSTRAK Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan berbagai penyakit degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi permasalahan muskuloskletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang. Upaya penyuluhan dan skrining pada masyarakat mengenai osteoporosis sangat diperlukan dalam mengantisipasi peningkatan jumlah kasusnya dimasyarakat. Untuk itu pemohon bermaksud untuk melakukan suatu kegiatan berupa penyuluhan dan pemeriksaan osteoporosis serta melakukan konsultasi mengenai hasil dari skrining tersebut di kecamatan Muaro Tembesi Jambi sebagai salah satu bentuk kepedulian pemohon sebagai dosen dan tenaga kesehatan yang ada di Jambi.                Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan dan pemeriksaan langsung peserta, memberikan edukasi kepada peserta sesuai dengan hasil pemeriksaan kepadatan tulang. Pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan alat densitometer yang mempunyai sensitivitas yang akurat. Lokasi kegiatan dilakukan di Kantor Camat Muaro Tembesi Jambi dan kegiatan ini diselenggarakan satu kali, pada hari Selasa 2 Agustus 2017. Jumlah peserta 124 orang. Peserta berjenis kelamin perempuan  sebanyak 102 orang (82,25%), rerata usia 33 sampai 37 tahun dengan usia termuda 19 tahun dan usia tertua 63 tahun. Hasil pemeriksaan kepadatan tulang dengan cara melihat T-Score yang didapat. Hasil pengukuran kepadatan tulang berdasarkan usia, diketahui bahwa 55 (44,35%) peserta mengalami kecenderungan osteoporosis yakni dengan hasil T-Score yang didapat ≥ -2,5, 69 (55,64%) peserta mendapatkan T-Score < -2,5. Hasil pemeriksaan kepadatan tulang berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa perempuasn lebih cenderung terkena osteoporosis dibandingkan laki-laki. Semua peserta baik yang tidak merasakan keluhan pada tulang tetap dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang dan berkonsultasi

    EFEK INTERMITTENT FASTING TIPE 5:2 TERHADAP ASAM URAT DAN LINGKAR PINGGANG INDIVIDU DENGAN OVERWEIGHT DAN OBESITAS

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Central obesity is one of the causes of metabolic syndrome, as well as a risk factor for cardiovascular disease and diabetes mellitus. In addition, high uric acid levels are also predictors of metabolic syndrome. One of the non-pharmacological therapies that can be done to prevent this is a healthy diet. Intermittent fasting is a diet that is able to lose weight effectively, reduce visceral fat and trigger the autophagy process. Objective: This study aims to determine the effect of intermittent fasting on uric acid levels and waist circumference in overweight and obese individuals. Methods: This study is an experimental study that provides an intervention in the form of intermittent fasting twice a week for 30 days. The study included 22 healthy overweight and obese adult men. Results: Decrease levels uric acid 1% but not statistically significant (p=0.631). Meanwhile, waist circumference decreased by 3% with p value = 0.000 (p < 0.05). Conclusion: Intermittent fasting type 5:2 has a significant effect on waist circumference but has no effect on uric acid levels. Thus, intermittent fasting type 5:2 can be used as an intervention in preventing the onset of diseases associated with metabolic syndrome.   Keywords: uric acid, waist circumference, intermittent fasting.     ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas sentral merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom metabolik, serta faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Selain itu, kadar asam urat yang tinggi juga merupakan prediktor penyebab sindrom metabolik. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah dengan pola makan yang sehat. Puasa intermiten merupakan diet yang mampu menurunkan berat badan secara efektif, mengurangi lemak visceral dan memicu proses autophagy. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa intermiten terhadap kadar asam urat dan lingkar pinggang pada individu overweight dan obesitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang memberikan intervensi berupa puasa intermiten yang dilakukan dua kali seminggu selama 30 hari. Penelitian ini melibatkan 22  laki-laki dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas sehat. Hasil: Terdapat penuruan  kadar asam urat sebesar 1% tetapi tidak signifikan secara statistik (p=0,631). Sedangkan lingkar pinggang mengalami penurunan sebesar 3% dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan: Puasa intermiten tipe 5:2 berpengaruh signifikan terhadap lingkar pinggang tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar asam urat. Dengan demikian, puasa intermiten tipe 5:2 dapat digunakan sebagai intervensi dalam mencegah timbulnya penyakit yang berhubungan dengan sindrom metabolik.   Kata kunci: asam urat, lingkar pinggang, puasa intermiten

    PEMERIKSAAN IVA UNTUK DETEKSI DINI LESI PRA-KANKER DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA MASYARAKAT MENDALO INDAH, JAMBI

    Get PDF
    ABSTRACT Cervical cancer is the most common type of cancer in Indonensian women. The incidence of cervical cancer in Indonesia is 10.69%, the second ranks after breast cancer. One of the efforts that can be done to reduce the incidence of cervical cancer is screening through the Visual Inspeksi Asam Asetat (IVA) method. The IVA examination method is simple but has high sensitivity for early detection of cervical pre-cancerous lesions. The current condition of the Covid-19 pandemic needs special attention, especially in providing optimal health services to the community. Therefore, this community service activity was carried out as a pro-active action to prevent cervical cancer through early detection of pre-cancerous lesions using the IVA method of reproductive age women in Mendalo Indah, Jambi. This community service activity applies health protocols to prevent the spread of Covid-19, such as using masks, applying physical distancing, using personal protective equipment for medical team and conducting screening rapid test for all teams and participants before start the activity. The IVA examination was take placed at the Poliklinik Pinang Masak Universitas Jambi and was attended by 5 participants. Providing education related to the importance of early detection of cervical cancer is also carried out to increase public knowledge and awareness. The results of the IVA examination of all participants were normal. All participants were enthusiastic during the counseling session. Keywords: IVA examination, IVA test, precancerous lesions, cervical cancer   ABSTRAK Kanker serviks merupakan jenis kanker utama yang paling banyak terjadi pada perempuan di Indonesia. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia menempati posisi kedua setelah kanker payudara, yaitu sebesar 10,69%. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian kanker serviks adalah penapisan melalui metode pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Metode pemeriksaan IVA sederhana namun memiliki sensitivitas tinggi untuk deteksi dini lesi pra-kanker serviks. Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini perlu mendapat perhatian khusus terutama dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan sebagai tindakan pro-aktif untuk mencegah kanker serviks melalui deteksi dini lesi pra-kanker menggunakan metode IVA pada perempuan usia produktif di kecamatan Mendalo Indah, Jambi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19, seperti menggunakan masker, menerapkan physical distancing, penggunaan alat pelindung diri oleh tim medis dan melakukan skrining rapid test pada seluruh tim pengabdian dan peserta sebelum dimulainya kegiatan. Pemeriksaan IVA dilakukan di Poliklinik Pinang Masak Universitas Jambi dan diikuti oleh 5 orang peserta. Pemberian edukasi terkait pentingnya deteksi dini kanker serviks juga dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Hasil pemeriksaan IVA seluruh peserta adalah normal. Peserta kegiatan berperan aktif saat pemberian edukasi oleh dokter ahli. Kata kunci: pemeriksaan IVA, tes IVA, lesi pra-kanker, kanker servik

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN DERAJATDISMENORE PADA MAHASISWI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

    Get PDF
    ABSTRACT Background : Dismenorrhea is the most common gynecological complaint experienced by adolescents and women who are in their early adulthood. Dismenorrhea can affect a woman's quality of life during reproductive times, such as loss of employment opportunities, disrupting learning activities in school and disrupting family life. One of the causes often associated with dismenorrhea is the Body Mass Index (BMI). Abnormal BMI can cause pain in menstruation or dismenorrhea. Objective : Knowing the relationship of Body Mass Index (BMI) with the degree of dismenorrhea in medical students FKIK University of Jambi. Method : This research uses cross sectional design. The population in this study was medical student of FKIK University of Jambi class of 2018 and 2019. The number of samples in this study was 104 and taken random sampling, by distributing questionnaires in the form of google form to respondents. Result : The results showed that there is a relationship of Body Mass Index (BMI) with the degree of dismenorrhea obtained p-value = 0.000. Obtained underweight BMI data and suffered a mild dismenorrhea - while as many as 19 people (24.67%), who experienced severe dismenorrhea as many as 2 people (7.41%). For overweight BMI and mild dismenorrhea - moderate as many as 9 people (11.69%), who experienced severe dismenorrhea as many as 17 people (62.96%). For normal BMI and mild dismenorrhea - moderate as many as 49 people (63.64%), who experienced severe dismenorrhea as many as 8 people (29.63%). Conclusion: There is a relationship between Body Mass Index (BMI) and degree of dismenorrhea.   Keywords: Body Mass Index, Dismenorhea   ABSTRAK Latar Belakang : Dismenore merupakan keluhan ginekologis yang paling sering dialami oleh remaja dan perempuan yang menginjak usia dewasa muda. Dismenore dapat mempengaruhi kualitas hidup perempuan selama masa reproduktif, seperti kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan mengganggu kehidupan keluarga. Salah satu penyebab yang sering dihubungkan dengan dismenore adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT yang tidak normal dapat menyebabkan nyeri pada menstruasi atau dismenore. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat dismenore pada mahasiswi kedokteran FKIK Universitas Jambi. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi kedokteran FKIK Universitas Jambi angkatan 2018 dan 2019. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 104 dan dimbil secara random sampling, dengan membagikan kuesioner berupa google form pada responden. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat dismenore diperoleh nilai p-value = 0,000. Didapatkan data IMT underweight dan mengalami dismenore ringan - sedang sebanyak 19 orang (24,67%), yang mengalami dismenore berat sebanyak 2 orang (7,41%). Untuk IMT overweight dan mengalami dismenore ringan – sedang sebanyak 9 orang (11,69%), yang mengalami dismenore berat sebanyak 17 orang (62,96%). Untuk IMT normal dan mengalami dismenore ringan - sedang sebanyak 49 orang (63,64%), yang mengalami dismenore berat sebanyak 8 orang (29,63%). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat dismenore.   Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh, Derajat Dismenor

    KONTRIBUSI HIGIENITAS BOTOL SUSU DAN SUMBER AIR TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS KENALI BESAR KOTA JAMBI

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Diarrhea contributed to 8.8% of the average death per 1000 births as a cause of child mortality in children under 5 years old in the Southeast Asian region in 2016. This disease is influenced by many factors, including hygiene and sanitation of eating and drinking utensils. As many as 75% of infants in developing countries are bottle fed, but the contribution of hygiene and water sources is unknown. Objective: This study aims to determine the relationship between feeding bottle hygiene and water sources with the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months in the work area of Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi on 2020. Methods: This study is an analytical observation survey with a Case Control approach. This study uses the help of a questionnaire that has been tested for validity and reliability. A total of 80 samples were involved in this study. Results: Factors that influence the relationship between feeding bottle hygiene and diarrhea are how to wash bottles, use of soap, use of special brushes, sterilization of milk bottles, storage of milk bottles and based on the use of water sources where more respondents used water that was not refilled as many as 55 people (68.8 %). The physical quality of the water used by the respondents was cloudy as many as 18 samples (22.5%) and smelly as many as 4 samples (5.0%). The bacteriological quality of the water used by the respondents was positive for Lactose Broth (LB) as many as 33 samples (41.3%) and the positive for Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) were 29 samples (36.3%). Conclusion: The researcher concluded that the use of soap and how to store milk bottles and water sources were the causes of diarrhea in toddlers. It is hoped that this research can be a recommendation for regional policy makers to pay attention, especially to the water sources used.   Keywords: diarrhea, toddlers, feeding bottle hygiene, water sources   ABSTRAK Latar belakang: Diare berkontribusi terhadap 8,8 % dari rata-rata kematian per 1000 kelahiran sebagai penyebab kematian anak pada balita dibawah 5 tahun di wilayah Asia Tenggara pada tahun 2016. Penyakit ini dipengaruhi banyak faktor, termasuk higienitas dan sanitasi alat makan-minum. Sebanyak 75% bayi di negara berkembang mendapatkan susu botol, namun kontribusi higienitas dan sumber air belum diketahui. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan higienitas botol susu dan sumber air dengan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2020. Metode: Penelitian ini adalah survei yang bersifat observasi analitik dengan pendekatan Case Control. Penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner yang telah di uji validitas dan realibilitas.  Sebanyak 80 sampel terlibat dalam penelitian ini. Hasil: Faktor yang mempengaruhi hubungan higienitas botol susu dengan kejadian diare yaitu berupa cara mencuci botol, penggunaan sabun, penggunaan sikat khusus, cara sterilisasi botol susu, penyimpanan botol susu, serta berdasarkan penggunaan sumber air dimana lebih banyak responden menggunakan air yang bukan isi ulang yaitu sebanyak 55 orang (68,8 %).  Kualitas fisik air yang digunakan responden yaitu keruh sebanyak 18 sampel (22,5 %) dan berbau sebanyak 4 sampel (5,0 %). Kualitas bakteriologis air yang digunakan responden bersifat positif Lactose Broth (LB) sebanyak 33 sampel (41,3 %) dan yang positif Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) sebanyak 29 sampel (36,3 %). Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat bahwa pengunaan sabun dan cara penyimpanan botol susu serta sumber air merupakan penyebab diare pada balita. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi pengambilan kebijakan daerah untuk memperhatikan terutama sumber air yang digunakan.   Kata kunci: diare, balita, higienitas botol susu, sumber air &nbsp

    GAMBARAN NEUTROPHIL LYMPHOCYTE RATIO (NLR) PADA EARLY ONSET PREECLAMPSIA (EOP) DAN LATE ONSET PREECLAMPSIA (LOP)

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: Preeclampsia is a syndrome characterized by hypertension at gestational age above 20 weeks. Basedon the onset, preeclampsia is divided into EOP and LOP with a different time limit is 34 weeks gestation.Method: This study is a retrospective analytic using secondary data from medical record, the sampling method ispurposive sampling.Result: The results of the study, there were 175 cases of preeclampsia was obtained at Raden Mattaher Jambi Hospitalfrom the period 2014 - 2019. There were 31 patients with EOP and 146 patients with LOP, with the mean age of thestudy subjects 32.29 years for EOP and 31.68 years for LOP. The mean gestational age was 31 weeks for EOP andthe mean gestational age was 37 weeks for LOP. There were more multiparas for EOP and in LOP found morenulliparas and p value of 0.035. The median value of neutrophils was higher at EOP (10.20), while the value oflymphocytes was higher at LOP (2.00) but not statistically significant. The higher NLR frequency was found in the LOPgroup, which was 79.5% compared to the EOP group, which was 77.4% and not statistically significant.Conclusion: Descriptively, it was found that higher NLR values and higher NLR frequencies than the cut off point werefound in LOP, but they did not show statistically significant differences.Keywords: Preeclampsia, NLR, early onset, late onsetABSTRAKPendahuluan: Preeklampsia merupakan sindroma yang ditandai dengan hipertensi pada usia kehamilan diatas 20minggu. Berdasarkan onset, preeklampsia dibagi menjadi EOP dan LOP dengan batas waktu yang membedakanadalah 34 minggu gestasi.Metode: Penelitian ini merupakan analitik retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari data rekam medis,metode pengambilan sampel adalah purposive sampling.Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan sampel 175 kasus preeklampsia di RSUD Raden Mattaher Jambi dari periodetahun 2014 - tahun 2019. Terdapat 31 pasien dengan EOP dan 146 pasien dengan LOP dengan rerata usia subjekpenelitian 32.29 tahun untuk EOP dan 31.68 tahun untuk LOP. Untuk usia gestasi didapatkan rata-rata 31 mingguuntuk EOP dan rata-rata usia gestasi adalah 37 minggu untuk LOP. Dari status paritas, didaptkan lebih banyakmultipara untuk EOP dan pada LOP lebih banyak ditemukan nullipara dan nilai p 0,035. Nilai median neutrofil lebihtinggi pada EOP yaitu 10.20 sedangkan nilai limfosit lebih tinggi pada LOP yaitu 2.00 akan tetapi tidak berbedabermakna secara statistik.Kesimpulan: Frekuensi NLR yang lebih tinggi dijumpai pada kelompok LOP yaitu sebanyak 79.5% dibandingkan EOPyaitu 77.4% dan tidak bermakna secara statistik. Secara deskriptif didapatkan bahwa nilai NLR yang lebih tinggi danfrekuensi NLR yang lebih tinggi dari cut off point dijumpai pada LOP, akan tetapi tidak menunjukkan berbeda bermaknasecara statistik.Kata Kunci: Preeklampsia, NLR, early onset, late ons

    EFEK INTERMITTENT FASTING TIPE 5:2 TERHADAP ASAM URAT DAN LINGKAR PINGGANG INDIVIDU DENGAN OVERWEIGHT DAN OBESITAS

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Central obesity is one of the causes of metabolic syndrome, as well as a risk factor for cardiovascular disease and diabetes mellitus. In addition, high uric acid levels are also predictors of metabolic syndrome. One of the non-pharmacological therapies that can be done to prevent this is a healthy diet. Intermittent fasting is a diet that is able to lose weight effectively, reduce visceral fat and trigger the autophagy process. Objective: This study aims to determine the effect of intermittent fasting on uric acid levels and waist circumference in overweight and obese individuals. Methods: This study is an experimental study that provides an intervention in the form of intermittent fasting twice a week for 30 days. The study included 22 healthy overweight and obese adult men. Results: Decrease levels uric acid 1% but not statistically significant (p=0.631). Meanwhile, waist circumference decreased by 3% with p value = 0.000 (p < 0.05). Conclusion: Intermittent fasting type 5:2 has a significant effect on waist circumference but has no effect on uric acid levels. Thus, intermittent fasting type 5:2 can be used as an intervention in preventing the onset of diseases associated with metabolic syndrome.   Keywords: uric acid, waist circumference, intermittent fasting.     ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas sentral merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom metabolik, serta faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Selain itu, kadar asam urat yang tinggi juga merupakan prediktor penyebab sindrom metabolik. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah dengan pola makan yang sehat. Puasa intermiten merupakan diet yang mampu menurunkan berat badan secara efektif, mengurangi lemak visceral dan memicu proses autophagy. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa intermiten terhadap kadar asam urat dan lingkar pinggang pada individu overweight dan obesitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang memberikan intervensi berupa puasa intermiten yang dilakukan dua kali seminggu selama 30 hari. Penelitian ini melibatkan 22  laki-laki dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas sehat. Hasil: Terdapat penuruan  kadar asam urat sebesar 1% tetapi tidak signifikan secara statistik (p=0,631). Sedangkan lingkar pinggang mengalami penurunan sebesar 3% dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan: Puasa intermiten tipe 5:2 berpengaruh signifikan terhadap lingkar pinggang tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar asam urat. Dengan demikian, puasa intermiten tipe 5:2 dapat digunakan sebagai intervensi dalam mencegah timbulnya penyakit yang berhubungan dengan sindrom metabolik.   Kata kunci: asam urat, lingkar pinggang, puasa intermiten

    KONTRIBUSI HIGIENITAS BOTOL SUSU DAN SUMBER AIR TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS KENALI BESAR KOTA JAMBI

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Diarrhea contributed to 8.8% of the average death per 1000 births as a cause of child mortality in children under 5 years old in the Southeast Asian region in 2016. This disease is influenced by many factors, including hygiene and sanitation of eating and drinking utensils. As many as 75% of infants in developing countries are bottle fed, but the contribution of hygiene and water sources is unknown. Objective: This study aims to determine the relationship between feeding bottle hygiene and water sources with the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months in the work area of Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi on 2020. Methods: This study is an analytical observation survey with a Case Control approach. This study uses the help of a questionnaire that has been tested for validity and reliability. A total of 80 samples were involved in this study. Results: Factors that influence the relationship between feeding bottle hygiene and diarrhea are how to wash bottles, use of soap, use of special brushes, sterilization of milk bottles, storage of milk bottles and based on the use of water sources where more respondents used water that was not refilled as many as 55 people (68.8 %). The physical quality of the water used by the respondents was cloudy as many as 18 samples (22.5%) and smelly as many as 4 samples (5.0%). The bacteriological quality of the water used by the respondents was positive for Lactose Broth (LB) as many as 33 samples (41.3%) and the positive for Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) were 29 samples (36.3%). Conclusion: The researcher concluded that the use of soap and how to store milk bottles and water sources were the causes of diarrhea in toddlers. It is hoped that this research can be a recommendation for regional policy makers to pay attention, especially to the water sources used.   Keywords: diarrhea, toddlers, feeding bottle hygiene, water sources   ABSTRAK Latar belakang: Diare berkontribusi terhadap 8,8 % dari rata-rata kematian per 1000 kelahiran sebagai penyebab kematian anak pada balita dibawah 5 tahun di wilayah Asia Tenggara pada tahun 2016. Penyakit ini dipengaruhi banyak faktor, termasuk higienitas dan sanitasi alat makan-minum. Sebanyak 75% bayi di negara berkembang mendapatkan susu botol, namun kontribusi higienitas dan sumber air belum diketahui. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan higienitas botol susu dan sumber air dengan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2020. Metode: Penelitian ini adalah survei yang bersifat observasi analitik dengan pendekatan Case Control. Penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner yang telah di uji validitas dan realibilitas.  Sebanyak 80 sampel terlibat dalam penelitian ini. Hasil: Faktor yang mempengaruhi hubungan higienitas botol susu dengan kejadian diare yaitu berupa cara mencuci botol, penggunaan sabun, penggunaan sikat khusus, cara sterilisasi botol susu, penyimpanan botol susu, serta berdasarkan penggunaan sumber air dimana lebih banyak responden menggunakan air yang bukan isi ulang yaitu sebanyak 55 orang (68,8 %).  Kualitas fisik air yang digunakan responden yaitu keruh sebanyak 18 sampel (22,5 %) dan berbau sebanyak 4 sampel (5,0 %). Kualitas bakteriologis air yang digunakan responden bersifat positif Lactose Broth (LB) sebanyak 33 sampel (41,3 %) dan yang positif Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) sebanyak 29 sampel (36,3 %). Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat bahwa pengunaan sabun dan cara penyimpanan botol susu serta sumber air merupakan penyebab diare pada balita. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi pengambilan kebijakan daerah untuk memperhatikan terutama sumber air yang digunakan.   Kata kunci: diare, balita, higienitas botol susu, sumber air &nbsp
    corecore