18 research outputs found

    “BIOGRAFI” Menapak Jejak Perjalanan Hidup “IDA SRI BAGAWAN SOMA PUTRA PEMAYUN” Puri Agung Somanegara Pejeng (1928--2107)

    Get PDF
    Puja dan puji syukur dipersembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), berkat pelimpahan anugrah yang diberikan, buku “Biografi” Menapak Jejak Perjalanan Hidup “Ida Sri Bagawan Soma Putra Pemayun”, Puri Agung Somanegara Pejeng, dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat. Buku biografi ini diterbitkan dalam rangka pelaksanaan“Upacara Palebon” beliau “Sri Bagawan”, yang akan diselenggarakan pada, Jumat, 14 April 2017. Kesediaan ruang terbatas dan waktu yang amat singkat, tentu merupakan tantangan cukup berat bagi penulis dalam mengerjakan buku ini. Tetapi dengan didukung semangat dan ketekunan dalam memanfaatkan ruang dan waktu di tengah-tengah kusuknya melaksanakan upacara “Yadnya Panyepian”, buku kecil ini berhasil diwujudkan. Penulis yakin, bahwa hasilnya jauh dari ukuran sempurna. Hal itu patut dimaklumi, mengingat keterbatasan pikiran dan usaha penulis, sehingga hasilnyapun juga tidak sempurna. Sekecil apapun manfaat yang dapat di ambil dari isi buku ini, bila direnungkan secara mendalam, tentu ada makna tersendiri yang dapat diambil atas penerbitan buku biografi ini. Karena di dalam buku vii telah tersurat secara sistematis dan representatif untuk menggambarkan perjalan hidup beliau “Sri Bagawan” dari masa kecil; masa sekolah; masa pengabdian; masa pensiun; dan masa melakoni dunia “biksuka”, yakni mengemban tugas dan kewajiban kependetaan (bagawan). Artinya, buku ini sangat penting sebagai sebuah catatan sejarah “Ida Sri Bagawan”, terutama bagi keluarga besar yang ditinggal; selanjutnya bagi para kerabat kerja semasa perjuangan, baik dalam pengabdian Beliau di masyarakat Desa Pejeng; di Pemerintah Kabupaten Gianyar; di Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Tk. II Kabupaten Gianyar; maupun yang lainnya. “Tiada gading yang tak retak”, ini adalah sebuah ungkapan pepatah yang sangat tepat dialamatkan kepada buku ini. Tentu banyak kesalahan dan kekeliriuan yang diperbuat, baik sengaja maupun tidak disengaja, dan mohon untuk dimaafkan. Suatu hal yang tidak terlupakan, bahwa melalui kesempatan ini dimohon kritik dan sarannya demi kesempurnaan dalam penulisan lainnya. Sebagai ungkapan terakhir, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhomat Bp. Cokorda Rai Widiarsa P, atas kepercayaan yang diberikan menyusun buku ini; salam hormat disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dari awal penelitian sampai dengan penerbitan buku ini; utamanya Percetakan Pustaka viii Larasan Denpasar, yang dalam waktu sangat singkat (tiga hari), telah berhasil menerbitkan buku ini

    Bali dalam Perspektif Budaya dan Pariwisata

    Get PDF
    Bali merupakan salah satu pulau kecil dari ribuan pulau besar dan kecil di nusantara. Berbagai sebutan diberikan oleh orang asing yang mengunjungi Bali. Menurut catatan orang Belanda yang pertama kali datang ke Bali tahun 1597, mengatakan bahwa mereka jatuh cinta dengan pulau ini. Ketika beberapa di antara mereka kembali ke negerinya untuk melaporkan penemuan “sorga” baru, sedangkan yang lain menolak meninggalkan Bali (Covarrubias, 2013: 30). Dari catatan awal tersebut dapat disimak bahwa pujian kepada Bali dengan sebutan “pulau surga” (Bali is paradise island) diungkapkan pertama kali oleh orang Belanda yang menginjakkan kakinya di pulau kecil ini. Selanjutnya memasuki era pariwisata, bahwa yang datang ke Bali tidak terbatas kepada orang Belanda, tetapi juga bangsa-bangsa lain yang berasal dari mancanegara. Sebutan lain pun banyak muncul sebagai pujian kepada Bali, seperti: Bali pulau dewata, Bali pulau seribu pura, Bali pulau yadnya, Bali pulau kecil tetapi indah, Bali yang ramah, Bali yang damai, Bali yang aman, dan sebutan lainnya

    KAJIAN PROPORSI CANDI TEBING GUNUNG KAWI, TAMPAKSIRING-GIANYAR

    No full text
    The term ''candi'' in Indonesia generally refers to sacred buildings, legacies of Hindu-BudhaKingdoms. Candi is often considered a masterpiece erected based on certain architecturalguidelines including those pertaining to site selection and proportion. Rock cut candi is one amongmany forms of structure found in certain areas across the Nusantara. In its objective to study theproportion of a rock cut candi, this article takes Gunung Kawi of Gianyar Regency-Bali, as a casestudy. The study analyzes the proportion of its physical elements, which are classified into threegroups: leg; body; and head elements. Each category is constructed of lower, body and upperframe. This research implements Manasara-Silpasastra principles in regard to proportion ofsacred structures. Manasara-Silpasastra proposes five categories of ratio of width to height, whichare santika, paushtika, parshnika/jayada, adbhuta, and sarvakamika (Acharya, 1927). Theresearch finds that the proportion between width and height at Gunung Kawi Rock Cut Candi fallsinto the category of paushtika. This is reflected in the ratio of its height to the width of its foot,which is 2:1

    KAJIAN ELEMEN PEMBENTUK PROPORSI PADA CANDI TEBING TEGALLINGGAH DI DESA BEDULU, BLAHBATUH - GIANYAR

    Get PDF
    ABSTRAK Tulisan ini merupakan sebuah hasil dari penelitian sebelumnya tentang kajian proporsi pada Candi Tebing Gunung Kawi di Tampaksiring - Gianyar dengan membahas elemen pembentuk proporsi (EPP) serta perhitungan proporsinya. Sedangkan pembahasan dalam hasil penelitian dalam tulisan ini hanya berfokus pada bagian elemen pembentuk proporsi (EPP) dengan objek Candi Tebing Tegallinggah, Blahbatuh, Gianyar. Penelitian ini menggunakan metode mixed method dan metode komparatif dengan analisis deskriptif. Perbedaan EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi dan Tegallinggah terlihat jelas pada EPP kaki candi dan kepala candi. Bagian kepala Candi Tebing Tegallinggah hanya memiliki satu tingkatan saja dengan angklok/mendur yang berbeda dengan candi tebing lainnya. Kata Kunci : candi tebing, elemen pembentuk, proporsi ABSTRACT This article contains result from previous research about Candi Tebing Gunung Kawi proportion study in Tampaksiring – Gianyar discussing about it’s proportion-forming elements (EPP) and also it’s proportional calculation. Meanwhile the discussion in this article only focused on proportion-forming elements (EPP) on Candi Tebing Tegallinggah located in Blahbatuh, Gianyar as it’s object study. This research use mixed methods and comparative research method with descriptive anlysis. The results of this research was the difference between EPP on Candi Tebing Gunung Kawi and Tegallinggah that looks clear on it’s Candi’s Foot and Head EPP. On the Head part of Candi Tebing Tegallinggah has just only 1 level with angklok/mendur which is different from the other. Keyword : Candi Tebing, proportion, proportion-formin

    KONTRUKSI KONSEP CATUR LAWA PURA DASAR BHUWANA GELGEL KLUNGKUNG

    No full text
    Multi konsep melandasi pendirian Pura Dasar Bhuwana Gelgel Klungkung. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan terhadap konsep-konsep yang diterapkan sehingga tidak keliru dalam memahami bentuk, fungsi, dan status pura. Ketika dilakukan pengamatan di objek tampak ada kelompok tertentu yang menganggap bahwa dua pelinggih yang berstatus Catur Lawa yaitu Meru Tumpang Tiga Pelinggih Ratu Pasek dan Meru Tumpang Tiga Pelinggih Ratu Pande, adalah pelinggih untuk pemujaan roh leluhurnya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman berkelanjutan, maka dalam penelitian ini dilakukan konstruksi terhadap konsepnya dan dikembalikan kepada esensinya. Penelitian yang mengangkat judul “Konstruksi Konsep Catur Lawa Pura Dasar Bhuwana Gelgel Klungkung” menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pengumpulan datanya dipakai metode observasi, wawancara, dan studi pustaka.The multi-concept underlies the establishment of the Bhuwana Gelgel Klungkung Temple. Therefore, knowledge of the concepts that are applied is needed so that they are not mistaken in understanding the form, function, and status of the temple. When observing the object, it appears that there are certain groups who think that the two pelinggih (temples) with Catur Lawa status, namely Meru Tumpang Tiga Pelinggih Ratu Pasek and Meru Tumpang Tiga Pelinggih Ratu Pande, are pelinggih for the worship of their ancestral spirits. In order to avoid continuous misunderstandings, in this study, the construction of the concept was carried out and returned to its essence. The research which carries the title "Construction of the Concept of Catur Lawa Pura Basis Bhuwana Gelgel Klungkung" uses a qualitative approach. In collecting the data, the methods of observation, interviews, and literature study were used

    FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN ULAYAT AKIBAT REKLAMASI DI PULAU SERANGAN

    No full text
    ABSTRAK Fenomena reklamasi di Pulau Serangan telah merubah pola penggunaan lahan termasuk lahan ulayatnya seperti Lahan Pelaba Pura dan Lahan Druwe Desa. Berbagai jenis perubahan penggunaan lahan baik dari segi bentuk, ukuran, luasan, letak, dan jenis penggunaan lahan ulayatnya, tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti faktor fisik lahan, ekonomi, kelembagaan, dan faktor-faktor lainnya. Adapun metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode purposif sampling. Hasil penelitian didapatkan 6 kasus jenis perubahan penggunaan lahan ulayat yaitu kasus 1 (penyatuan Banjar Kubu dengan Banjar Dukuh), kasus 2 (perluasan areal Kuburan), kasus 3 (perubahan letak dan luasan Pasar, LPD, dan KUD), kasus 4 (lahan hasil reklamasi yang dijadikan Balai Konservasi Penyu dan Fasilitas Watersport), kasus 5 (pura-pura kepemilikan Puri Kesiman), kasus 6 (pura-pura kepemilikan Desa Pakraman Serangan). Berdasarkan keenam kasus tersebut, penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan lahan ulayat di Pulau Serangan adalah datangnya investor PT. BTID yang melaksanakan reklamasi menjadi empat kali lipat dari luas asli Pulau Serangan serta membeli dan tukar guling lahan eksisting untuk dijadikan kepemilikan PT. BTID seperti kasus tukar guling lahan Banjar Kubu. Faktor utama inilah yang mendukung terjadinya perubahan fisik lahan ulayat dan sosial budaya masyarakat setempat serta faktor kelembagaan dari pihak PT. BTID dan lembaga adat yaitu Desa Pakraman Serangan serta pihak Puri Kesiman yang membuat suatu perjanjian dalam hal eksistensi lahan ulayat pasca reklamasi. Terdapat suatu kompensasi yang dijanjikan oleh PT. BTID yang pada dasarnya menguntungkan semua pihak namun terdapat beberapa perjanjian yang hingga sekarang masih belum direalisasikan oleh pihak PT. BTID karena proyek mega wisata ini masih belum dilanjutkan. Selain itu terdapat pula faktor di luar nalar manusia yaitu adanya pawisik dari Ida Bhatara kepada tokoh masyarakat setempat untuk mendirikan Pura Batu Api dan Pura Batu Kerep. Kata Kunci : faktor-faktor pengaruh, lahan ulayat, reklamasi ABSTRACT The phenomenon of reclamation in Serangan Island has changed the land use pattern including Ulayat Land such as Pelaba Pura Land and Druwe Desa Land. Various types of land use change in terms of shape, size, extent, location and type of Ulayat Land, of course, backed by various factors such as physical factors land, economy, institutional, and other factors. The methodology used qualitative descriptive with purposive sampling method. The result of this research are 6 cases of land use change, namely case 1 (Banjar Kubu and Banjar Dukuh), case 2 (extension of cemetery area), case 3 (location change and area of Traditional Market, LPD and KUD), case 4 (land post-reclamation that was used as Turtle Conservation Center and Watersport Facilities), case 5 (temples ownership of Puri Kesiman), case 6 (temples be ownership of Desa Pakraman Serangan). Based on the six cases, the main cause of the change of Ulayat Land on Serangan Island is the arrival of PT. BTID that carried out the reclamation to be four times the original area of Serangan Island as well as buy and exchange the existing land for the ownership of PT. BTID is like Banjar Kubu land swap. This is the main factor that supports the physical changes of ulayat land and socio-culture of local communities and institutional factors of PT. BTID and customary institutions namely Desa Pakraman Serangan and Puri Kesiman made an agreement in terms of ulayat land existence after reclamation. There is a compensation promised by PT. BTID which basically benefits all parties but there are some agreements that until now still not realized by the PT. BTID because the mega tourism project is still not resumed. In addition there are also factors outside the human reason that the pawisik from Ida Bhatara to local community leaders to establish Pura Batu Api and Pura Batu Kerep. Keywords: influence factors, lahan ulayat, reclamatio

    Kajian Kenyamanan Termal Bale Meten Sakutus di Seminyak, Kabupaten Badung – Bali

    No full text
    Bale meten in Balinese architecture is one of the buildings in the yard of a traditional Balinese house that has a function as a place to store heirloom objects (it can also be called a sacred space) or as a place to sleep for the oldest person. The application of sakutus on the bale meten in the indoor area is a solution for the outside air gap to enter the room. Bale Meten Sakutus with Kampiah roof construction also functions as air circulation as well as the gap between the roof and the wall. The application of sustainable principles is very clearly applied to Balinese architectural buildings, both from the use of natural air and natural light. The loss of sakutus in the space in the bale meten indirectly causes changes in the circulation of air in and out. The closure of the gap between the wall and the roof due to the use of the ceiling may make air circulation not smooth anymore. The proof of the thermal comfort of an architecture that is still strong with traditional values ​​and principles is the subject of this research. The method chosen for the implementation of this research is a mixed method with a focus on site or field research. The object of research in the form of bale meten will consist of two types in the same location, if necessary, it is a house or yard that is adjacent / neighboring in order to obtain optimal and objective data. Measurements were made on the same day and hour with the help of measuring instruments and temperature data from Google at the time of data collection.Bale meten dalam arsitektur Bali adalah salah satu bangunan dalam pekarangan rumah adat Bali yang mempunyai fungsi sebagai tempat menyimpan benda pusaka (bisa juga disebut ruang suci) atau sebagai tempat untuk tidur bagi orang yang paling tua di pekarangan tersebut. Penerapan sakutus pada bale meten di areal ruang dalam (indoor area) jika diperhatikan merupakan sebuah solusi untuk celah udara luar agar dapat masuk ke ruangan. bale meten sakutus dengan konstrusi atap kampiah juga berfungsi sebagai sirkulasi udara seperti halnya celah antara atap dan dinding. Penerapan prinsip berkelanjutan sangat jelas diterapkan pada bangunan arsitektur Bali baik dari pemanfaatan udara alami dan cahaya alami. Hilangnya saka kutus pada ruang dalam bale meten secara tidak langsung menyebabkan perubahan sirkulasi udara masuk dan keluar. Tertutupnya celah antara dinding dan bagian atap karena penggunaan plafond kemungkinan membuat sirkulasi udara tidak lancar lagi. Pembuktian tentang kenyamanan termal dari sebuah arsitektur yang masih kuat dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tradisionalnya menjadi pokok penelitian ini. metode yang dipilih untuk pelaksanaan penelitian ini adalah mixed method dengan berfokus pada penelitian lapangan atau field research. Objek penelitian berupa bale meten akan terdiri dari dua jenis di satu lokasi yang sama bila perlu merupakan rumah atau pekarangan yang berdekatan/bertetangga. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan data yang optimal dan objektif. Pengukuran dilakukan di hari dan jam yang sama dengan bantuan alat ukur serta data suhu dari google di jam pengumpulan data

    Pusat Pembinaan dan Rehabilitasi Sosial Khusus Anak Berhadapan dengan Hukum di Denpasar

    No full text
    Selama masa pendemi utamanya 2020-2021 kasus pengaduan anak terus meningkat khususnya di bidang Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) baik yang berperan sebagai pelaku, korban ataupun saksi. Di Bali, kasus ini terbilan tinggi mencapai 746 kasus sepanjang tahun 2017-2020 dengan kasus tertinggi anak pelaku pencurian dan kasus tertinggi untuk korban yaitu pelecehan seksual. Untuk itu diperlukan fasilitas sebagai wadah pembinaan terhadap anak yang terlibat kasus hukum sekaligus juga mewadahi kegiatan konseling, sosialisasi dan treatment untuk penyembuhan luka psikis bagi anak yang diakibatkan oleh proses hukum yang panjang agar ABH dapat mendapatkan kepercayaan dirinya dan siap kembali menjalankan fungsi sosialnya secara normal di masyarakat. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan mendapatkan data faktual dan akurat. Kajian ini bertujuan mendesain Pusat Pembinaan dan Rehabilitasi Sosial Khusus ABH dengan penerapan konsep Privavy In Healing Environment yang berlokasi di pinggiran kota Denpasar dengan nuansa pedesaan dan alam yang jauh dari kepadatan perkotaan dengan mengutamakan privasi serta aspek pendekatan alam, panca indera dan psikologis ABH. Hasil penerapan konsep ini berupa fasilitas pusat pembinaan dan rehabilitasi sosial yang terkoneksi dengan alam di sekitarnya, di mana hal ini seturut dengan kondisi ABH yang memerlukan interaksi dengan alam untuk mengurangi stress, meningkatkan fungsi kognitif dan kreativitas.During the pandemic, especially in 2020-2021, cases of child complaints continue to increase, especially in the field of Children in Conflict with the Law (ABH), both those who act as perpetrators, victims and witnesses. In Bali, this case is quite high, reaching 746 cases throughout 2017-2020 with the highest cases of child theft perpetrators and the highest cases of sexual abuse victims.  For this reason, facilities are needed as a forum for fostering children who are involved in legal cases as well as to accommodate counseling, socialization and treatment activities for healing psychological wounds for children due to a long legal process so that ABH can gain trust and are ready to return to carrying out their normal social functions. in society. The method used is descriptive research which aims to obtain factual and accurate data, This study aims to design the ABH Special Social Development and Rehabilitation Center with the application of the Privavy In Healing Environment concept which is located on the outskirts of Denpasar city with a rural and natural feel away from urban density by prioritizing privacy as well as aspects of the natural, sensory and psychological approach of ABH. The results of the application of this concept are in the form of social coaching and rehabilitation center facilities that are connected to the natural surroundings, where this is in accordance with the condition of ABH which requires interaction with nature to reduce stress levels, improve cognitive function. and creativity

    Penerapan Konsep Edukatif pada Perencanaan Dan Perancangan Fasilitas Penunjang Agrowisata Aren di Karangasem

    No full text
    Agro-tourism is a type of tourism activity that utilizes the potential of nature, farming (agriculture), culture and rural community activities as a tourist attraction, with the aim of enriching insight, experience, amusement parks and rural agro-industry business relations. Karangasem Regency is a region of Bali that plays an important role in agriculture and plantations, which can be developed as an agricultural tourism area. Karangasem is an area with natural advantages in terms of land suitable for plants and people who like gardening. In addition, Karangasem Regency offers views of extensive agricultural land and plantations, where many of these agricultural lands and plantations are overgrown with palm trees. Aren (Arenga pinnata Merr.) is a multipurpose plant that has long been known as an industrial raw material. Almost all the physical and productive parts of this plant can be utilized and have economic value. Karangasem Regency is the third province in Bali with the highest production of Jaka/Aren Trees. To take advantage of all the potential that exists in Manggis Village, Manggis, Karangasem, a place for education, processing, recreation, and sale of processed palm sugar is needed, which collaborates aspects of tourism, agriculture, with knowledge, which is called aren agro-tourism.Agrowisata adalah suatu jenis kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam, tani (pertanian), budaya dan kegiatan masyarakat pedesaan sebagai daya tarik wisata, dengan tujuan memperkaya wawasan, pengalaman, taman hiburan dan hubungan bisnis agroindustri pedesaan. Kabupaten Karangasem merupakan wilayah Bali yang berperan penting dalam bidang pertanian dan perkebunan, yang dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata pertanian. Karangasem merupakan kawasan dengan keunggulan alam dari segi lahan yang cocok untuk tanaman dan masyarakat yang gemar berkebun. Selain itu, Kabupaten Karangasem menawarkan pemandangan lahan pertanian dan perkebunan yang luas, dimana lahan pertanian dan perkebunan ini banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon aren. Aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan tanaman serbaguna yang telah lama dikenal sebagai bahan baku industri. Hampir seluruh bagian fisik dan produktif tanaman ini dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis.. Kabupaten Karangasem menjadi provinsi ketiga di Bali dengan produksi Pohon Jaka/Aren terbanyak. Untuk memanfaatkan semua potensi yang ada di Desa Manggis, Manggis, Karangasem sangat dibutuhkan suatu tempat edukasi, pengolahan, rekreasi, serta penjualan olahan aren, yang mengkolaborasikan aspek wisata, pertanian,  dengan pengetahuan , yang disebut dengan agrowisata aren

    Pendekatan Healing Environment untuk Perancangan Pusat Pelayanan Terapi dan Rumah Singgah Kanker Anak di Denpasar

    No full text
    Kanker merupakan penyakit yang cukup serius di Indonesia, khususnya jumlah pasien kanker anak di Bali kian meningkat setiap tahunnya. Permasalahan yang ada adalah kanker berdampak buruk tidak hanya pada aspek kesehatan fisik namun juga psikologis pada pasien, Pemulihan diperburuk oleh minimnya fasilitas pengobatan kanker anak yang didukung lingkungan pemulihan yang baik. Untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan fasilitas pusat pelayanan terapi dan rumah singgah kanker anak yang mampu mendukung percepatan pemulihan pasien kanker anak. Suasana dan lingkungan merupakan salah satu elemen yang dapat mempengaruhi perkembangan penyembuhan. Kajian ini bertujuan untuk mendesain  pusat pelayanan terapi dan rumah singgah kanker anak yang menerapkan pendekatan healing environment dan  tema arsitektur modern tropis. Metode yang digunakan dalam paper ini adalah deskriptif kualitatif dan programatik yang bertujuan menganalisis sesuai dengan fakta dan kondisi sebenarnya. Hasilnya digunakan sebagai pendekatan desain dan diperkaya dengan konsep healing environment dan tropis modern.Penerapan konsep healing environment pada bangunan pusat pelayanan terapi dan rumah singgah kanker anak tmencakup penerapan konsep unsur panca indra dan unsur hubungan lingkungan terbangun dengan alam sekitar dan  unsur penyembuhan psikologis. Adapun konsep healing environment secara fisik diwujudkan dalam desain fasilitas terapi kanker dan rumah singgah dengan memaksimalkan pencahayaan dan  penghawaan alamiah, integrasi unsur alam dalam ruang, kontrol kebisingan, aspek warna menenangkan, kenyamanan visual, aroma dan penggunaan material alamiah. Hasil penerapan pendekatan healing environment dapat menghasilkan desain fasilitas terapi kanker anak dan rumah singgah yang suportif dan membantu proses pemulihan pasien kanker anak
    corecore