8 research outputs found

    Identifikasi Gulma Di Lahan Tanaman Talas Jepang Colocasia Esculenta L. Schott Var. Antiquorum Di Desa Congko Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng

    Full text link
    Identifikasi gulma di lahan tanaman talas Jepang Colocasia esculenta L. Schott var. antiquorum di Desa Congko Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng telah dilakukan pada Bulan Maret-April 2019. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada lahan tanaman talas Jepang di Desa Congko Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Metode Penelitian digunakan Cruise Method. Data yang diperoleh diidentifikasi, dibuatkan kunci identifikasi jenis-jenis gulma, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jenis-jenis gulma ada 2 Classis: Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. Jumlah keseluruhan gulma yaitu: 32 Species dan 19 Familia, terdiri dari gulma berdaun lebar 27 Species dan 17 Familia, Gulma berdaun sempit: gulma rumput 4 Species dan 1 Familia dan gulma teki 1 Species dan 1 Familia. Gulma Familia Euphorbiaceae jumlah spesies terbanyak yaitu: Phyllanthus debilis Klein. ex Willd., Phyllanthus urinaria L., Euphorbia hirta L., Euphorbia prunifolia Jacq., dan Euphorbia prostrata Aiton

    Peningkatan Gizi Anak sebagai Upaya Pencegahan Stunting melalui Pembuatan Mp-asi Berbahan Ikan Mairo

    Full text link
    Kabupaten Takalar berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Salah satu Desa yang cukup tinggi adalah Desa Palalakkang, Kecamatan Galesong. Berdasarkan survey awal bahwa kelompok ibu memiliki kecenderungan kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mencegah stunting. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan gizi anak sebagai upaya pencegahan stunting melalui pembuatan MP-ASI berbahan pangan lokal yaitu ikan mairo. Metode sosialisasi dalam bentuk interaktif dialog dan demonstrasi membuat makanan tambahan MP-ASIuntuk mencegah stunting yang kaya gizi dan mudah diolah. Kegiatan ini berhasil meningkatkan pengetahuan peserta dengan 51% mengenai stunting dan pengolahan makanan tambahan berbahan lokal. Setelah kegiatan dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat Perubahan perilaku peserta dalam mengolah dan memilih makanan tambahan untuk anak dalam mencegah stunting

    Understanding the impacts of land-use policies on a threatened species: is there a future for the Bornean orang-utan?

    Get PDF
    The geographic distribution of Bornean orang-utans and its overlap with existing land-use categories (protected areas, logging and plantation concessions) is a necessary foundation to prioritize conservation planning. Based on an extensive orang-utan survey dataset and a number of environmental variables, we modelled an orang-utan distribution map. The modelled orang-utan distribution map covers 155,106 km(2) (21% of Borneo's landmass) and reveals four distinct distribution areas. The most important environmental predictors are annual rainfall and land cover. The overlap of the orang-utan distribution with land-use categories reveals that only 22% of the distribution lies in protected areas, but that 29% lies in natural forest concessions. A further 19% and 6% occurs in largely undeveloped oil palm and tree plantation concessions, respectively. The remaining 24% of the orang-utan distribution range occurs outside of protected areas and outside of concessions. An estimated 49% of the orang-utan distribution will be lost if all forest outside of protected areas and logging concessions is lost. To avoid this potential decline plantation development in orang-utan habitats must be halted because it infringes on national laws of species protection. Further growth of the plantation sector should be achieved through increasing yields in existing plantations and expansion of new plantations into areas that have already been deforested. To reach this goal a large scale island-wide land-use masterplan is needed that clarifies which possible land uses and managements are allowed in the landscape and provides new standardized strategic conservation policies. Such a process should make much better use of non-market values of ecosystem services of forests such as water provision, flood control, carbon sequestration, and sources of livelihood for rural communities. Presently land use planning is more driven by vested interests and direct and immediate economic gains, rather than by approaches that take into consideration social equity and environmental sustainability
    corecore