18 research outputs found

    Analisis Efisiensi dan Produktivitas Antara Tanam Manual dan Mekanisasi pada Tebu (Saccharum officinarum .L) di PT Sukses Mantap Sejahtera, Nusa Tenggara Barat

    No full text
    Tebu (Saccharum officinarum .L) adalah bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan gula kristal putih. Gula kristal putih merupakan komoditas penting dalam bahan pangan, baik untuk konsumsi secara langsung maupun sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Dengan demikian produktivitas tanaman tebu menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat produktivitas tanaman tebu ini akan berkaitan dengan kontinuitas tebu sebagai bahan baku pembuatan gula kristal putih. PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan tebu dan produsen gula kristal putih dengan luas area sebesar 5.500 hektar dengan luas lahan terolah mencapai 2.518 hektar, akan tetapi sebagian besar proses penanaman masih dilakukan secara manual. Mengingat kehadiran mekanisasi merupakan solusi untuk meningkatkan efisiensi baik dari segi waktu, tenaga, dan biaya, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melakukan analisis produktivitas dan efisiensi (waktu dan biaya) antara penanaman tanaman tebu yang dilakukan secara manual dengan penanaman yang dilakukan menggunakan mekanisasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), kemudian dilanjutkan dengan analisis data menggunakan ANOVA (Analyss of Varience). Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan tanam antara tanam manual dan menggunakan cane planter memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Produktivitas tertinggi diperoleh pada perlakuan tanam menggunakan tenaga manual sebesar 134.976 ton/Ha dan 88.304 ton/Ha untuk perlakuan tanam cane planter. Efisiensi waktu menggunakan mekanisasi lebih unggul 75% dibandingan dengan perlakuan tanam manual dan efisiensi biaya perlakuan mekanisasi 37% lebih hemat dibandingan dengan penanaman secara manual

    Sintesis 5-Hidroksimetilfurfural Menggunakan Tepung Terigu dengan Variasi Molar pada Pelarut Deep Eutectic Solvent (DES)

    No full text
    5-Hidroksimetilfurfural salah satu bahan kimia yang memiliki banyak kegunaan pada industri. Larutan ini, dapat dimanfaatkan sebagai bahan kimia pengganti asam tereftalat pada produksi plastik kimia dan prekursor serbaguna untuk sintesis menjadi berbagai bahan kimia dan bahan bakar bernilai tambah. 5-Hidroksimetilfurfural didapatkan dari bahan yang mengandung glukosa dan fruktosa. Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan salah satu bahan yang memiliki kandungan karbohidrat mencapai 70-80 % yang terdiri atas monomer glukosa. Monomer glukosa ini merupakan kandungan yang dapat menjadi bahan pembuatan atau sintesis 5-HMF. Deep Eutectic Solvent (DES) digunakan sebagai pelarut pada sintesis 5-Hidroksimetilfurfural karena bersifat alami, mudah didapat, dan memiliki efek yang dapat meningkatkan yield 5-HMF. Sintesis Deep Eutectic Solvent berbasis choline chloride dengan ethylene glikol dengan variasi molar 1:2, 1:3, dan 1:4 memiliki karakteristik yang sesuai dari segi densitas, viskositas, pH dan kenampakan fisik sehingga layak digunakan sebagai pelarut pada proses dehidrasi 5-HMF. Pada hasil sintesis 5-Hidroksimetilfurfural dengan pelarut berbasis Deep Eutectic Solvent (DES) dengan variasi molar 1:2, 1:3 dan 1:4 memiliki pengaruh terhadap hasil yield 5-HMF dengan variasi molar terbaik yang terbaik adalah molar 1:4. Sementara, pada perbandingan penambahan glukosa: DES yaitu 1:6 berpengaruh pada hasil yield 5-HMF didapatkan yield tertinggi senilai 87,4 % pada konsentrasi glukosa 49.54 mg/ml dan terendah 1:0 atau tanpa DES 62.48 % dengan konsentrasi glukosa yang sama. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan, pemberian DES sebagai pelarut dalam proses sintesis 5-HMF dapat meningkatkan yield 5-HMF

    Pengaruh Daya Lampu LED (Light Emitting Diode) terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Hidroponik Indoor Sistem Sumbu (Wick System)

    No full text
    Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri telah mempersempit potensi lahan garapan untuk pertanian. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pertanian yang dapat memanfaatkan lahan yang sempit tanpa mengurangi produktivitas pertanian dan dapat menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Hidroponik merupakan salah satu teknologi pertanian yang dapat diterapkan untuk budidaya tanaman. Hidroponik adalah sistem menanam tanaman tanpa menggunakan media tanam tanah. Teknologi hidroponik yang sederhana, mudah digunakan dan murah adalah sistem sumbu (wick system). Namun, seringkali petani Indonesia mengalami kondisi lingkungan yang kurang baik, salah satunya adalah curah hujan yang tinggi. Akibatnya tumbuhan tidak mengalami proses fotosintesis yang sempurna karena kekurangan sinar matahari. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengontrol sinar matahari adalah dengan menggunakan LED. Penelitian ini meneliti penambahan lampu LED strip dengan varian daya 21,6-Watt (A), 29,0-Watt (B), dan 31,3-Watt (C) terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dengan parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, dan berat basah segar tanaman. Perlakuan kontrol pada penelitian ini adalah penanaman hidroponik sistem sumbu menggunakan sinar matahari tanpa bantuan cahaya lampu LED. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK (Rancang Acak Kelompok) dimana pengolahan data dilakukan menggunakan metode One Way ANOVA dengan uji lanjutan BNT (Beda Nyata Terkecil) atau LSD (Least Significance Different). Berdasarkan hasil penelitian, LED strip dengan besar daya 31,3-Watt memiliki hasil terbaik pada seluruh parameter yaitu memiliki rata-rata tinggi tanaman sebesar 12,33 cm, jumlah daun sebanyak 12,33 helai, luas daun sebesar 29,52 cm 2 , panjang akar 22,30 cm, dan berat basah segar tanaman sebesar 17,04 gram. Namun, jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol dimana tanaman ditanam menggunakan sinar matahari secara langsung penggunaan lampu LED untuk hidroponik sistem sumbu masih belum optimal dimana parameter tinggi viii tanaman, jumlah daun, luas daun, dan berat basah segar tanaman masih terhitung lebih besar dibandingkan perlakuan dengan lampu LED. Setelah dimasukan ke dalam pengujian ANOVA dan LSD didapatkan hasil bahwa variabel daya LED strip berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, luas daun, panjang akar, dan berat segar. Namun, tidak berpangaruh nyata terhadap tinggi tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)

    Pembangunan Model Prediksi Mutu Kopi Arabika (Coffea arabica) Sangrai Berbasis Spektroskopi Vis-NIR dan Analisis Kemometrika

    No full text
    Sebagai upaya untuk menjaga kualitas biji kopi roasting, faktor fisiko-kimia penting untuk diperhatikan. Jaminan kualitas secara fisik seperti mutu sensori dapat dilakukan melalui uji cupping test sedangkan kandungan senyawa kimiawi melalui uji laboratorium. Namun, kedua metode tersebut membutuhkan waktu lama, serta akan menghabiskan banyak biaya. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang lebih cepat, sederhana dan murah, seperti penggunaan metode spektroskopi Vis-NIR. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model prediksi mutu sensori, TDS, brix dan kandungan kafein pada kopi Arabika (coffea arabica) sangrai menggunakan instrumen deteksi cepat berbasis spektroskopi Vis-NIR dengan analisis kemometrik. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai November 2022 di Laboratorium Kimia Dasar, Laboratorium DDM, Laboratorium Mekatronika dan Robotika FTP UB, Kopi Wonosantri Malang, serta Sensoflavo Malang. Tahapan penelitian terdiri dari persiapan sampel biji kopi roasting pada level medium suhu 198°C dengan waktu roasting yaitu 6 ,10, dan 14 menit. Kedua yaitu akuisisi data yang terdiri dari data spektra menggunakan instrumen deteksi berbasiskan spektrofotometer Vernier Go Direct Spektro Vis, data kafein dengan uji laboratorium, data TDS, brix dan cupping test menggunakan jasa panelis. Data yang diperoleh selanjutnya diberikan perlakuan preprocessing Moving Average (MA), SNV, MSC. Kemudian diolah menggunakan metode PLS-DA untuk klasifikasi dan PLSR untuk membangun model prediksi dengan software python. Hasil analisis PLS-DA menunjukkan bahwa dengan perlakuan MA dan MSC mampu mengklasifikasikan sampel dengan baik berdasarkan perbedaan waktu roasting. Diperoleh nilai accuracy, precision dan sensitivity 83%, 88%, 86% untuk model testing. Kemudian, hasil analisis PLSR menunjukkan bahwa hanya beberapa parameter mutu internal yang memenuhi parameter R2 lebih dari 0.7, nilai error kecil dan RPD>1.5 yaitu mutu sensori seperti acidity, body, balance dan total score. Sedangkan parameter lainnya hanya dapat memenuhi syarat parameter R2 dan error saja serta masih belum mampu memenuhi syarat parameter RPD

    Kinetika Degradasi Aktivitas Antioksidan Greenbean Robusta (Coffea canephora) dengan Penambahan Peppermint (Mentha piperita L)

    No full text
    Pertanian di Indonesia pada sektor perkebunan kopi memilki peranan strategis dalam perekonomian nasional. Pengolahan Kopi Robusta di Indonesia masih tergolong sederhana dan hanya mengandalkan hasil roasting. Sehingga diperlukan pengembangan suatu produk tanpa melalui proses roasting dan tetap mempertahankan kandungan antioksidan tanpa terdegradasi dengan cepat. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan produk Kopi Robusta dengan memanfaatkan greenbeannya dan dicampurkan menggunakan peppermint yang memiliki antioksidan yang sama-sama kuat. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama yaitu pemberian konsentrasi larutan induk filtrat greenbean-peppermint sebesar 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Faktor kedua adalah waktu penyimpanan selama 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Sedangkan untuk mengukur kinetika degradasi antioksidan menggunakan rumus Arrhenius. Analisis statistik menggunakan ANOVA (Analysis Of Variance) pada α = 5% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nyata pada setiap perlakuan yang di uji. Jika perlakuan menunjukkan perbadaan yang nyata, maka akan digunakan uji lanjut. Apabila perlakuan tidak menunjukkan perlakuan yang tidak berbeda nyata maka akan langsung menggunakan t-test untuk mengetahui perbedaan perlakuan dengan kontrol. Parameter yang diamati berupa absorbansi, inhibisi, aktivitas antioksidan, energi aktivasi, dan waktu paruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi dan waktu penyimpanan pada inkubator tidak memberikan pengaruh nyata terhadap absorbansi, inhibisi, aktivitas antioksidan, energi aktivasi, dan waktu paruh. Sehingga pada uji t-test menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan greenbean-peppermint dengan penyimpanan selama 8 jam dengan suhu penyimpanan 350C menggunakan bahan greenbean yang dicampur dengan peppermint dimana aktivitas antioksidan terbaik mengikuti kinetika reaksi orde kedua dengan R2=0,605, Nilai pH yang baik dikonsumsi adalah pH<7, IC50 sebesar 71,2 dan inhibisi tertinggi sebesar 79%. Penyimpanan yang baik selama 6 jam. Energi aktivasi sebesar 41,57x103 KJ/mol, waktu paruh sebesar 2,74 menit

    Analisis Pengeringan Irisan Umbi Talas (Colocasia Esculenta L.) Menggunakan Alat Pengering Tungku Hibrid Dengan Perlakuan Blower Dan Tanpa Blower

    No full text
    Talas (Colocasia esculenta L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki. kandungan air yang tinggi. Sehingga, perlu adanya pengeringan sebelum diolah menjadi bahan pangan. Salah satu contoh pengeringan adalah secara mekanis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan alat pengering tungku hibrid. Alat pengering ini menggunakan biomassa sebagai bahan bakar untuk memanaskan ruang pengering tempat dimana talas akan dikeringkan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa proses pengeringan umbi talas dengan menggunakan alat pengering tungku hibrid dengan perlakuan blower dan tanpa blower serta mengetahui kombinasi pengeringan yang terbaik. Pengamatan yang dilakukan pada alat pengering yaitu analisa teknis dengan blower menggunakan parameter suhu, RH, serta perbandingannya dengan pengeringan tanpa alat yang ditentukan dari nilai kadar air, laju pengeringan, dan penurunan massa bahan. Pada penelitian ini, didapat hasil, laju pengeringan irisan yang didapat yaitu 2,23%bb/jam pada talas 3 mm tanpa blower, 2,99%bb/jam pada pengeringan irisan talas 3 mm dengan blower, 1,31%bb/jam pada x pengeringan irisan talas 5 mm tanpa blower, dan 0,84%bb/jam pada pengeringan irisan talas 5 mm dengan blower. Pada perlakuan 3 mm tanpa blower, mengeluarkan energi sebesar 623946,05 kJ dengan energi input pengeringan sebesar 59876,468 kJ, sedangkan pada perlakuan dengan 3 mm dengan blower energi yang dikeluarkan selama pengeringan sebesar 429548,74 kJ dengan energi input pengeringan sebesar 47133,35 kJ. Pada perlakuan 5 mm tanpa blower, mengeluarkan energi sebesar 436805,43 kJ dengan energi input pengeringan sebesar 56534,18 kJ, sedangkan pada perlakuan dengan 5 mm dengan blower energi yang dikeluarkan selama pengeringan sebesar 265405,14 kJ dengan energi input pengeringan sebesar 60725,31 kJ. Efisiensi perlakuan pengeringan irisan talas tanpa blower memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pengeringan irisan talas dengan blower yaitu sebesar 10,42% pada pengeringan irisan talas 3 mm tanpa blower dan 7,91% pada pengeringan irisan talas 5 mm tanpa blower dan 7,91%. Sedangkan pengeringan irisan talas 3 mm dan 5 mm dengan blower memiliki nilai sebesar 6,99% dan 4,37%

    Uji Kinerja Mesin Penyangrai serbaguna DMP1 dengan Menggunakan Komoditi Biji Kopi Robusta

    No full text
    Kopi merupakan komoditas tropis yang dieprdagangkan diseluruh dunia dan Indonesia menjadi salah satu dari empat negara yang menjadi pemasok biji kopi dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia dengan kisaran 4,76 terhadap total ekspor dunia. Banyak petani Indonesia yang melakukan proses penyangraian biji kopi robusta masih menggunakan cara tradisional. Namun saat ini telah dikembangkan mesin penyangrai serbaguna yang juga dapat digunakan untuk menyangrai biji kopi robusta sehingga mempermudah proses pengeringan serta mempersingkat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mesin penyangrai DMP1 pada biji kopi robusta sehingga dapat diketahui apakah mesin ini efisien digunakan untuk biji kopi robusta. Kemudian dilakukan analisis ekonomi pengoperasian dilakukan untuk membandingkan keekonomisan penyangraian menggunakan mesin DMP1 dan pengeringan manual. Dalam pelaksanaan penelitian, digunakan biji kopi robusta sebanyak 1 kilogram setiap percobaan dengan perlakuan waktu 30 menit, 50 menit, 70 menit dengan pengulangan sebanyak 3 kali untuk setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai suhu bahan setelah proses penyangraian dan suhu ruang silinder sangrai paling tinggi terdapat pada perlakuan P3 dengan waktu 70 menit di mana suhu bahan setelah penyangraian sebesar 43,00ËšC dan suhu dinding sangrai sebesar 94,76ËšC. Nilai rata-rata RH dari ruang sangrai untuk waktu P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 61%, 61%, dan 62%, dimana RH pada ruang sangrai tidak terpengaruh oleh lama waktu penyangraian. Nilai rata-rata Torsi untuk waktu P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 69,44 (N.m), 67,06 (N.m), dan 67,53 (N.m). Rata-rata konsumsi bahan bakar gas pada perlakuan lama waktu penyangraian 30, 50 dan 70 menit secara berurutan 0,2 Kg, 0,24 Kg, dan 0,342 Kg. Nilai energi mesin pada 3 perlakuan lama waktu penyangraian P1 (30 menit), P2 (50 menit), P3 (70 menit) secara berurutan yaitu 65,88933 kJ/kg, 71,42 kJ/kg dan 157,5523 kJ/kg. Daya yang dipakai makin tinggi maka nilai energi mesin akan tinggi. Mesin penyangrai serbaguna untuk biji kopi beras sudah termasuk dalam kriteria mesin yang baik dikarenakan nilai rendemen penyangraian mencapai 97,1%, dimana dimana dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut diasumsikan bahwa proses penyangraian pati ganyong masih baik dikarenakan mempunyai nilai range antara 80-100%. Penyangraian dengan waktu 30, 50, dan 70 menit rata-rata nilai kadar air secara berurutan yaitu 9,03%, 8,17%, dan 7,07%, dimana kadar biji kopi beras sesuain dengan SNI 3451:2011 yaitu 14-15%. Aroma biji kopi beras Dampit Kabupaten Malang menunjukan aroma yang agak kuat, maka dapat disimpulkan bahwa lama waktu sangrai mempengaruhi tingkat aroma pada biji kopi beras

    Pengaruh Konsentrasi Karagenan dan Ekstrak Daun Kelor Terhadap Karakteristik Fisiko-Kimia Mie Shirataki Berbahan Dasar Tepung Porang

    No full text
    Mie shirataki merupakan salah satu jenis mie yang memiliki bahan dasar tepung porang. Tepung porang memiliki kadar glukomannan dalam jumlah yang tinggi, serta memiliki kadar karbohidrat dan kalori yang rendah. Glukomannan merupakan polisakarida mannan yang banyak dimanfaatkan, terutama sebagai bahan utama dalam pembuatan pangan dalam program diet. Tingkat kesukaan masyarakat yang rendah terhadap mie shirataki dikarenakan tekstur yang lembek dan nutrisi yang rendah maka mie shirataki dapat ditambahkan karagenan sebagai tambahan bahan baku dan ekstrak daun kelor sebagai bahan tambahan. Pemilihan karagenan sebagai bahan baku tambahan mie dikarenakan sinergitas karagenan dan glukomannan yang dapat menghasilkan tekstur mie yang lebih padat dan tidak lembek, sedangkan penambahan ekstrak daun kelor dikarenakan daun kelor dapat memperbaiki tekstur pada mie shirataki juga menambah kandungan nutrisi pada mie. Daun kelor memiliki kandungan utama berupa kalsium, vitamin B, vitamin A, vitamin C, protein, dan kalium. Daun kelor juga mengandung 18 asam amino yang terdiri dari 8 jenis asam amino esensial dan 10 jenis asam amino nonesensial. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh penambahan ekstrak daun kelor terhadap kandungan nutrisi pada mie shirataki, menganalisis pengaruh perbandingan karagenan terhadap tekstur pada mie shirataki, serta mengetahui perlakuan dengan kualitas terbaik pada mie shirataki dengan perbedaan konsentrasi karagenan dan ekstrak daun kelor. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu konsentrasi karagenan dan konsentrasi ekstrak daun kelor dengan tiga kali pengulangan. Analisa data menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) yang dilanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) menggunakan taraf uji 0,05. Metode De Garmo digunakan untuk menentukan perlakuan terbaik, yang dilanjut dengan uji kimia. Hasil uji fisik menghasilkan mie shirataki dengan konsentrasi karagenan dan ekstrak daun kelor terbaik memiliki kadar air sebesar 96,42%, daya serap air sebesar 92,29%, warna +L* sebesar 52,29, warna +a* sebesar 3,55 +b* sebesar 27,83 dan nilai hardness sebesar 54,50 g. Uji kimia kalori mie shirataki perlakuan terbaik memiliki nilai protein sebesar 0,19 g dan kalori sebanyak 12 kkal

    Pengaruh Suhu dan Waktu Pretreatment Terhadap Uji pH dan Warna pada Probiotik Terfermentasi Menggunakan Teknologi Pulsed Electric Field

    No full text
    Cacing tanah atau Lumbricus rubellus adalah salah satu cacing yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Cacing ini memiliki karakteristik hidup yang mudah, cepat berkembangbiak dengan ciri - ciri panjang tubuh 8 cm – 14 cm dan jumlah segmen 95-100. Salah satu hewan avertebrata ini banyak dibudidayakan karena dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti probiotik pakan. Probiotik berbahan cacing memiliki kandungan protein yang sangat tinggi sebesar 64-76%, serat kasar 45% dan kandungan lainnya yang dapat bermanfaat untuk kesehatan ternak. Sistem kerja dari probiotik untuk pakan diantaranya dapat menekan meningkatnya pertumbuhan bakteri patogen, menjaga kualitas mikroba pada saluran cerna melalui cara fermentasi dengan bakteri Lactobacillus casei dan pemberian pretreatment pulsed electric field pada bahan untuk mengurangi kontaminasi produk. Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah suhu pretreatment pulsed electric field yang terdiri dari dua level yaitu 270C dan 300C, faktor kedua adalah waktu pretreatment pulsed electric field yang terdiri dari dua level yaitu 30s dan 60s. Pemelihan perlakuan terbaik menggunakan metode Multiple Attribute Zeleny. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pretreatment pulsed electric field pada bahan probiotik, apabila berpengaruh nyata (sig0,05) terhadap warna. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan dengan suhu 270C dan 30s dengan nilai pH sebesar 4,8 dan nilai warna untuk tingkat kecerahan (L) sebesar 4,8, tingkat kemerahan (a) sebesar 40,90 dan tingkat kekuningan (b) sebesar 2,12

    Rancang Bangun Sistem Deteksi Kualitas Biji Kopi Arabika Dengan Variasi Lama Waktu Sangrai Berbasis Sensor UV-Vis (C12880MA) Dan Analisis Kemometrik

    No full text
    Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar keempat didunia. Pada kurun waktu 2014 hingga 2018, konsumsi kopi masyarakat Indonesia naik hingga 9% sehingga kopi memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Cupping test merupakan salah satu cara untuk menjamin mutu biji kopi. Prosedur cupping test menggunakan protokol dari Specialty Coffee Association (SCA) dengan mengidentifikasi secara sensori beberapa parameter meliputi aroma, flavor, aftertaste, acidity, body, balance, uniformity, sweetness, clean up, dan overall test yang dilakukan oleh seorang panelis professional. Karakter fisiko-kimia kopi seperti TDS dan brix juga dapat berpengaruh terhadap parameter-parameter yang telah disebutkan. Namun, proses cupping test membutuhkan waktu yang lama, biaya yang tinggi dan membutuhkan panelis profesional. Karena sedikitnya jumlah panelis profesional yang ada di Indonesia maka tenaga panelis yang kurang berpengalaman seringkali diikutsertakan pada proses pemutuan kopi sehingga mutu kopi yang dihasilkan rendah dan kurang terjamin. Selain itu, pengujian fisiko kimia pada kopi yang dilakukan dilaboratorium dinilai kurang praktis dan membutuhkan waktu yang lama. Dari permasalah diatas, maka diperlukan metode yang dapat digunakan secara lapang, cepat, dan biaya murah. Rancangan sistem deteksi untuk mengetahui kualitas biji kopi sangrai ini menggunakan sensor UV/Vis (C12880MA) berukuran kecil dan memiliki prinsip kerja spektrofotometer laboratorium (bench-top). Keunggulan dari sensor photonic (C12880MA) adalah memiliki ukuran yang kompak sehingga mudah di sesuaikan dengan keinginan pengguna. Alat ini mampu memprediksi kandungan fisiko-kimia biji kopi sangrai secara non-destructive sehingga tidak ada kerusakan yang terjadi pada biji kopi sangrai. Penelitian ini menggunakan 60 sampel biji kopi arabika yang dibagi menjadi 3 waktu sangrai, yaitu 198ºC 6 menit, 198ºC 10 menit, dan 198ºC 14 menit. Data yang diperoleh dari sistem deteksi akan dikembangkan menggunakan analisis kemometrik yaitu Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan phyton. Hasil pengukuran spektrum menggunakan sistem deteksi pada biji kopi arabika sangrai menunjukan dua puncak yaitu pada panjang gelombang 650-700 nm. Analisis PLS menunjukan pada parameter TDS didapatkan model terbaik dengan menggunakan preprocessing MSC memiliki hasil R2 calibration dan R2 prediction sebesar 0.5147 dan 0.0233. Kemudian nilai RMSEC dan RMSEP dari analisis PLS sebesar 0.3273 dan 0.3561. Pada parameter brix didapatkan model terbaik dengan menggunakan preprocessing SNV yaitu R2 calibration dan R2 prediction sebesar 0.4695 dan 0.3108. Kemudian nilai RMSEC dan RMSEP dari analisis PLS sebesar 0.0039 dan 0.0051. Model prediksi terbaik pada cupping test ditunjukkan oleh parameter body. Parameter body menunjukan bahwa R2 calibration dan R2 prediction dengan menggunakan preprocessing SNV memiliki hasil yang baik yaitu sebesar 0.8698 dan 0.7351. Kemudian nilai RMSEC dan RMSEP dari analisis PLS sebesar 0.1305 dan 0.2042
    corecore