10 research outputs found
Pengaruh Keragaman Tanaman Sela Pada Tanaman Kubis Bunga (Brassica Oleracea Var. Botrytis L.) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Dalam Sistem Rooftop Garden
Kebutuhan lahan untuk berbagai sektor semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan ekonomi terutama di
daerah perkotaan dan perindustrian. Ketahanan pangan saat ini menjadi isu
penting karena tidak ada satupun makhluk yang dapat bertahan tanpa adanya
makanan. Akan tetapi lahan yang digunakan untuk bercocok tanam semakin
terbatas. Sehingga inovasi budidaya pada lahan yang sempit sangat diperlukan
saat ini dan pada masa yang akan datang. Program urban farming salah satu
program Dinas Pertanian dalam upaya pemanfaatan lahan sempit untuk
menghasilkan bahan makanan segar sebagai upaya pemenuhan ketersediaan
pangan sehari-hari di daerah perkotaan. Kondisi perkotaan yang sangat minim
pekarangan, bahkan tidak ada halaman rumah maka rooftop garden bisa menjadi
solusi untuk menanam sayuran atau buah-buahan sehingga dapat meningkatkan
gizi keluarga. Salah satu bentuk efisiensi penggunaan lahan yang terbatas yaitu
dengan sistem tumpangsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
beberapa jenis tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga
dalam sistem rooftop garden.
Penelitian dilaksanakan di atap (rooftop) Gedung Sentral Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Kota Malang pada ketinggian ±460 m dpl. Penelitian
dilaksanakan pada Bulan Desember 2019 - Maret 2020. Atap gedung yang dipilih
berada pada lantai 6. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 perlakuan. Beberapa perlakuan yang akan digunakan yaitu monokultur
kubis bunga, tumpangsari kubis bunga (non legum) + buncis tegak (legum),
tumpangsari kubis bunga (C3) + jagung manis (C4), tumpangsari kubis bunga
(C3) + brokoli (C3), tumpangsari kubis bunga (vegetatif panjang) + pakcoy
(vegetatif pendek), tumpangsari kubis bunga (sekali panen) + kangkung (ratoon).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan
unit percobaan. Setiap perlakuan terdapat 2 sub perlakuan. Pengamatan yang
dilakukan terdiri dari pengamatan pertumbuhan dan hasil. Parameter pengamatan
pertumbuhan hanya dilakukan pada tanaman utama meliputi tinggi tanaman (cm),
jumlah daun (helai), luas daun pertanaman (cm2/tanaman), dan waktu muncul
bunga (HST). Pengamatan hasil pada tanaman utama antara lain yaitu diameter
bunga kubis bunga (cm), bobot segar total tanaman (g), bobot kering total
tanaman (g), bobot konsumsi total tanaman (g 0,4 m-2), dan nisbah kesetaraan
lahan. Sedangkan pengamatan hasil tanaman sela yaitu bobot konsumsi total
tanaman (g 0,4 m-2). Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analis ragam uji F dengan taraf 5%, jika diperoleh hasil yang
berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNJ dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan keragaman tanaman sela
pada tumpangsari kubis bunga berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter
yang diamati meliputi pengamatan pertumbuhan dan pengamatan hasil panen.
Perlakuan monokultur tanaman kubis bunga memiliki hasil pengamatan
ii
pertumbuhan paling tinggi yaitu parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas
daun, dan waktu muncul bunga. Pemberian tanaman sela juga menurunkan
diameter bunga kubis bunga, bobot segar total tanaman, bobot kering total
tanaman, dan bobot konsumsi kubis bunga tetapi meningkatkan NKL > 1 kecuali
kubis bunga yang ditumpangsarikan dengan pakcoy dan kubis bunga yang
ditumpangsarikan dengan kangkung. NKL > 1 yaitu pada tumpangsari kubis
bunga dengan jagung manis sebesar 1,74, tumpangsari kubis bunga dengan buncis
tegak sebesar 1,57, dan tumpangsari kubis bunga dengan brokoli sebesar 1,27.
Sehingga tumpangsari tersebut efisien diterapkan karena memiliki NKL > 1
sehingga meningkatkan produktivitas lah
Ekspresi Pertumbuhan Generatif Krisan (Chrysanthemum morifolium) Potong Tipe Spray Akibat Pencahayaan Buatan.
Tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan bunga potong yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena memiliki berbagai bentuk kelopak dan warna yang menarik. Produksi bunga krisan di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang makin meningkat. Pada tahun 2017, jumlah produksi bunga krisan sebesar 480,68 juta tangkai dan meningkat sebesar 1.56% di tahun 2018 menjadi 488,18 juta tangkai. Usahatani tanaman krisan yang baik akan menghasilkan bunga potong krisan yang memiliki mutu sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan standar mutu yaitu grade B atau lebih tinggi. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan budidaya tanaman untuk produksi bunga krisan hingga saat ini yaitu mengenai kualitas bunga, salah satu faktor yaitu penggunaan lampu yang digunakan dalam penambahan lampu yang kurang efisien. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan lampu saat tanaman krisan pada fase vegetatif yaitu dengan melakukan perbandingan antara lampu LED (9 watt) dan lampu CLF (20 watt) yang bewarna kuning dan untuk mengetahui kuantitas lampu dapat mempengaruhi hasil dari kualitas tanaman. Diperoleh respon yang berbeda dari fase pertumbuhan dan pembungaan tanaman krisan potong tipe spray terhadap perlakuan perbedaan kuantitas cahaya LED 9 watt dan CLF 20 watt yang diterapkan selama fase hari panjang tanaman krisan tipe spray.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2023 di Desa Semanding, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, provinsi Jawa Timur. Penelitan yang dilakukan dengan membandingkan antara lampu LED (9 watt) dan lampu CLF (20 watt) terhadap tanaman krisan tipe spray dengan varitas tanaman bacardi putih yang menggunakan metode uji-t. Variabel pengamatan yang diamati yaitu pengamatan kondisi lingkungan di dalam greenhouse dan di luar greenhouse dengan parameter pengamatan intensitas cahaya, kualitas cahaya, suhu, dan kelembapan, pengamatan kondisi lingkungan pada fase vegetatif dengan parameter pengamatan intensitas cahaya dan kualitas cahaya, tinggi tanaman, jumlah daun, indeks klorofil, luas daun, diameter bunga, jumlah total bunga, jumlah bunga mekar, jumlah kuncup bunga, dan diameter batang. Data pengamatan kemudian dilakukan analisis menggunakan uji-t 5% untuk membandingkan perbedaan terhadap rata-rata pada kualitas tanaman yang menggunakan lampu LED dan lampu CLF.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa lampu LED (9 watt) menghasilkan panjang tangkai yang lebih tinggi 7,37 % dibandingkan CLF (20 watt) pada krisan potong tipe spray, tetapi ekspresi sama pada variabel jumlah daun, luas daun, indeks klorofil, diameter bunga, diameter batang, jumlah total bunga, jumlah bunga mekar, jumlah kuncup bunga, dan vase life
Neraca Pertumbuhan, Hasil dan Betasianin Bit Merah (Beta vulgaris L.) pada Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk Nitrogen, Fosfor dan Kalium
Betasianin bit merah adalah antioksidan yang digunakan luas dalam industri makanan, kosmetik dan farmasi. Di Indonesia, bit merah mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan potensial dibudidayakan karena mempunyai adaptasi yang luas. Upaya peningkatan produktifitas terkendala oleh potensi penurunan kadar betasianin yang dapat menyebabkan rendahnya hasil betasianin yang dicapai. Unsur hara adalah faktor lingkungan yang paling sering menjadi pembatas produktivitas tetapi sangat memungkinkan dikelola. Aplikasi jenis dan dosis yang tepat diharapkan mampu mencapai hasil umbi dan hasil betasianin yang tinggi. Tujuan penelitian adalah 1) mempelajari pengaruh perbedaan jenis dan dosis N, P dan K pada pertumbuhan, hasil umbi dan betasianin bit merah. 2) mendapatkan neraca optimal antara hasil umbi dan betasianin pada perbedaan jenis dan dosis N, P dan K melalui pendekatan modeling pertumbuhan. 3) mempelajari korelasi komponen pertumbuhan, komponen hasil umbi dan kadar betasianin bit merah.
Penelitian dilaksanakan di greenhouse kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berada di Jatimulyo kecamatan Lowokwaru Kota Malang (7° 56’ 22” S, 112° 37’ 23” T) dengan ketinggian tempat ± 460 mdpl, pada bulan Januari – Desember 2021. Penelitian terdiri dari 3 seri percobaan yaitu 1) Optimasi dosis dari beberapa jenis pupuk nitrogen (N) di mana faktor jenis N terdiri dari 5 taraf yaitu Calcinit, NPK, NPKnit, ZA, dan Urea sedangkan faktor dosis N terdiri dari 3 taraf yaitu 75, 150 dan 225 kg N/ha. 2) Optimasi dosis dari beberapa jenis pupuk fosfor (P) di mana faktor jenis P terdiri dari 5 taraf yaitu Amofos, Biofosfat, Fertifosfat, Guano dan SP36 sedangkan faktor dosis terdiri dari 3 taraf yaitu 50, 100 dan 150 kg P2O5/ha. 3) Optimasi dosis dari beberapa jenis pupuk kalium (K) di mana faktor jenis K terdiri dari 4 taraf yaitu KCl, KNO3, PK dan ZK sedangkan faktor dosis terdiri dari 3 taraf yaitu 50, 100 dan 150 kg K2O/ha. Pada masing-masing seri percobaan ditambah satu perlakuan tanpa penambahan N, P dan K sebagai kontrol. Setiap seri percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan faktor pertama adalah jenis dan faktor kedua adalah dosis. Pengulangan dilakukan tiga kali. Analisis data terdiri dari 1) sidik ragam 2) uji beda nyata menggunakan BNT, 3) analisis korelasi, 4) efisiensi agronomi penggunaan unsur dan konsumsi pupuk 5) pemodelan dan persamaan regresi linier, polinomial, pemodelan logistik dan beta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemupukan meningkatkan pertumbuhan, hasil dan betasianin bit merah. 2) Estimasi 170 kgN/ha Urea dan 210 kg N/ha Calcinit meningkatkan hasil umbi masing-masing sampai dengan 63% dan 39% dan meningkatkan hasil betasianin sampai dengan 35% dan 50% secara berturutan. 3) Estimasi 150 kg P2O5/ha SP36 meningkatkan hasil umbi sampai dengan 41% dan hasil betasianin 34%. 4) Sedikitnya dibutuhkan 50 kg K2O/ha untuk meningkatkan hasil umbi dan hasil betasinin sampai 29% dan 28% secara berurutan dibanding tanpa pemupukan. 5) Pertumbuhan berkorelasi positif terhadap hasil umbi sedangkan hasil umbi berkorelasi negatif dengan kadar betasianin
Aplikasi Eco-Enzyme Dan Dosis Pupuk Kandang Kambing Pada Pertumbuhan Dan Pembungaan Pacar Air New Guinea (Impatiens Hawkeri Bull) Di Roof Garden
Tanaman hortikultura merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai daya
tarik yang tinggi di masyarakat. Alih fungsi lahan yang semakin meningkat
mengakibatkan sulitnya melakukan kegiatan budidaya tanaman khususnya di
daerah perkotaan. Inovasi yang dapat dijadikan sebagai pengembangan pertanian
dalam waktu yang panjang yaitu dengan dengan melakukan pertanian kota dengan
konsep roof garden. Tanaman yang cocok dibudidayakan dengan konsep rooftop
salah satunya yaitu pacar air New Guinea (Impatiens hawkeri Bull), karena tanaman
tersebut tahan terhadap suhu yang tinggi dan sesuai dengan kondisi cuaca yang
terdapat di rooftop. Tingkat produktivitas tanaman pacar air di Indonesia telah
mengalami penurunan akibat luas lahan yang mulai menyempit, hama dan penyakit
yang menyerang, kesuburan tanah yang kurang optimal, pemupukan yang tidak
sesuai dengan dosis dan takaran serta modal yang dikeluarkan untuk menunjang
proses budidaya seperti pembelian pupuk anorganik seperti NPK dan pestisida yang
mahal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas tanaman
yaitu dengan melakukan penerapan budidaya secara organik dengan menggunakan
aplikasi eco-enzyme dan pemberian pupuk kandang kambing sebagai pengganti
pupuk anorganik. Tujuan penelitian ini ialah 1. Untuk mengetahui interaksi antara
konsentrasi eco-enzyme dan dosis pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan
dan pembungaan tanaman pacar air New Guinea (Impatiens hawkeri Bull), 2.
Mengetahui pengaruh eco-enzyme terhadap pertumbuhan dan pembungaan
tanaman pacar air New Guinea (Impatiens hawkeri Bull), 3. Mengetahui pengaruh
pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman pacar air New
Guinea (Impatiens hawkeri Bull).
Penelitian dilaksanakan pada 1 November 2021 hingga 15 Januari 2022 di
roof garden Gedung Sentral lantai 6 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kota
Malang. Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian meliputi pot ukuran lebar
10 cm, gunting, penggaris atau meteran jahit, timbangan analitik, LAM (Leaf Area
Meter), klorofil meter SPAD (Soil Plant Analysis Development ), spidol, label,
cetok, ember, buku tulis, alat tulis, sprayer dan kamera. Bahan yang digunakan
dalam kegiatan penelitian yaitu tanaman pacar air new guinea (Impatiens hawkeri
Bull) sebanyak 162 bibit, eco-enzym dan pupuk kandang sebagai bahan perlakuan,
sekam bakar, tanah, cocopeat sebagai media tanam, dan pestisida. Rancangan yang
digunakan yaitu RAK (Faktorial) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu faktor
pertama eco-enzyme dan faktor kedua pupuk kandang kambing. Konsentrasi
pemberian eco-enzyme diberikan setiap satu minggu dengan taraf yaitu 0 ml l-1, 5
ml l-1, 10 ml l-1 serta untuk dosis pupuk kandang dengan taraf yakni 50 % (22 g.tan-
1), 75% (33 g.tan-1), 100% (44 g.tan-1). Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali,
sehingga terdapat 27 satuan percobaan dan terdapat 6 tanaman sehingga terdapat
162 tanaman. Parameter pengamatan yang diamati yaitu panjang tanaman (cm),
jumlah daun (helai tan-1), jumlah cabang (cabang tan-1), waktu muncul bunga (hst),
lebar kanopi (cm), jumlah bunga (kuntum tan-1), luas daun (cm2tan-1), indeks
klorofil (unit), bobot segar total (g tan-1), bobot kering total (g tan-1), bobot segar atas dan bawah (g tan-1), bobot kering atas dan bawah (g tan-1). Analisis data
dilakukan dengan cara menganalisis menggunakan analisis Anova pada data
pengamatan yang telah dikumpulkan untuk mengetahui pengaruh nyata dari
perlakuan dengan menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) dan taraf 5% untuk
mengetahui perbedaan diantara perlakuan.
Aplikasi eco-enzyme 10 ml l-1 dan dosis pupuk kandang kambing 100 %
menunjukkan interaksi terhadap panjang tanaman, jumlah daun, indeks klorofil,
jumlah cabang, waktu muncul bunga, dan total bunga per tanaman. Jumlah bunga
mengalami peningkatan sebesar 16 % bila mengunakan pupuk kandang 50 % dan
eco-enzyme 5 ml l-1 dan mengalami peningkatan sebesar 56 % bila pupuk kandang
100 % dan eco-enzyme 10 ml l-1. Aplikasi eco-enzyme 10 ml l-1 mampu
meningkatkan pertumbuhan pada parameter luas daun, lebar kanopi, bobot segar
atas, dan bobot segar bawah dari tanaman pacar air dibandingkan dengan tanpa eco-
enzyme dan eco-enzyme 5 ml l-1. Dosis pupuk kandang 100 % mampu
meningkatkan pertumbuhan pada parameter panjang tanaman, jumlah daun, lebar
kanopi, dan luas daun tanaman pacar ai
Pengaruh Orientasi Dinding Dan Pemupukan Npk Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Moss-Rose (Portulaca Grandiflora Hook) Pada Sistem Tanam Wall Growing Bag
Salah satu jenis tanaman hias yang banyak diminati dan dibudidayakan yaitu
moss-rose (Portulaca grandiflora Hook) karena memiliki daya tarik pada
keindahan warna bunganya yang beragam. Namun salah satu kendala dari
penanaman moss-rose secara konvensional di pekarangan terutama di daerah
perkotaan adalah keterbatasan lahan, sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah
penggunaan sistem vertikultur dengan menggunakan media wall growing bag.
Sementara itu untuk memberikan hasil pertumbuhan yang optimal maka
diperlukan perhatian pada pemenuhan nutrisi tanaman. Tujuan pada penelitian ini
adalah mempelajari pengaruh antara orientasi dinding dan dosis pupuk NPK
terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman moss-rose.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2021 di “Kampung
Glintung Go Green”, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang,
Jawa Timur. Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini
meliputi wall growing bag, soil moisture meter, alat tulis, kamera, ember, gayung,
penggaris atau meteran, timbangan, cangkil, paku, palu, stek batang tanaman
moss-rose, air, pupuk dekastar 12:25:6, serta media tanam yang terdiri dari arang
sekam, cocopeat dan pupuk kandang kambing dengan perbandingan 1:1:1.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak tersarang (Nested Design) dengan
orientasi dinding sebagai faktor bebas dan dosis pemupukan sebagai faktor
tersarang. Penelitian ini diulang sebanyak 3 kali dengan jumlah 16 satuan
percobaan dan total tanaman berjumlah 720 stek tanaman moss-rose. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan meliputi pemilihan dinding,
persiapan media tanam, penanaman dan perawatan. Parameter pengamatan terdiri
dari parameter pertumbuhan, parameter hasil dan parameter lingkungan. Data
yang telah diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan Analysis of
Variance (ANOVA) pada taraf 5%. Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata,
maka dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf
5%.
Perlakuan dosis pemupukan NPK dan orientasi dinding berpengaruh dalam
memberikan hasil pertumbuhan dan pembungaan tanaman moss-rose. Orientasi
dinding Utara, Timur dan Barat dengan perlakuan pupuk 5 g kantung tan-1 mampu
memberikan panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah stomata,
jumlah bunga, diameter bunga, vase life, berat segar dan berat kering yang lebih
tinggi dibandingkan orientasi dinding Selatan, namun orientasi dinding Utara dan
Barat memperoleh nilai kadar klorofil yang lebih rendah. Sedangkan orientasi
dinding Selatan menghasilkan kadar klorofil yang lebih tinggi dibandingkan
orientasi Utara, Barat dan Selatan, namun menurunkan hasil pada parameter
lainnya. Total bunga selama penelitian pada orientasi dinding Utara, Timur dan
Barat meningkat hingga lebih dari 15 kali lipat dibandingkan tanpa pemupukan,
sedangkan total bunga yang dihasilkan pada orientasi dinding Selatan lebih rendah
dan meningkat 8 kali lipat dibandingkan tanpa pemupukan
Pengaruh Kuantitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Krisan Potong (Chrysanthemum morifolium) Tipe Standar.
Krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan bunga potong yang
banyak dikenali. Krisan sering dijadikan tanaman hias untuk memperindah
lingkungan atau menjadikan halaman rumah menjadi lebih berwarna. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan pembungaan tanaman krisan akibat
kuantitas cahaya lampu. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan budidaya
tanaman untuk produksi bunga krisan hingga saat ini yaitu mengenai kualitas
bunga, salah satu faktor yaitu penggunaan lampu yang digunakan dalam
penambahan lampu yang kurang efisien. Untuk mengetahui keefektifan
penggunaan lampu saat tanaman krisan pada fase vegetatif yaitu dengan melakukan
perbandingan antara Lampu LED (9 watt) dan Lampu CLF (20 watt) yang bewarna
kuning dan untuk mengetahui kuantitas lampu dapat mempengaruhi hasil dari
kualitas tanaman. Hipotesis pada penelitian ini adalah kuantitas cahaya lampu LED
9 watt dengan CLF 20 watt berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaan
tanaman krisan.
Kegiatan ini dilaksanakan Bulan Januari hingga Maret 2023 di Desa
Semanding, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Penelitian yang dilakukan dengan membandingkan antara lampu LED (9 watt) dan
lampu CLF (20 watt) terhadap tanaman krisan tipe standar dengan varietas tanaman
fiji white yang menggunakan metode uji-t. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode Uji - t dengan pengamatan sampel sebanyak 15 tanaman
krisan dalam satu plot. Pada satu plotnya terdapat 231 tanaman krisan dengan
varietas yang sama dan menggunakan lampu CLF 20 watt dan lampu LED 9 watt
dengan warna lampu bewarna kuning. Variabel pengamatan yang diamati yaitu
pengamatan kondisi lingkungan di dalam greenhouse dan di luar greenhouse
dengan parameter pengamatan intensitas cahaya, kualitas cahaya, suhu, dan
kelembapan, pengamatan kondisi lingkungan pada fase vegetatif dengan parameter
pengamatan intensitas cahaya dan kualitas cahaya, tinggi tanaman, jumlah daun,
indeks klorofil, luas daun, diameter bunga, diameter batang, dan lama kesegaran
bunga. Data pengamatan kemudian dilakukan analisis menggunakan uji-t 5% untuk
membandingkan perbedaan terhadap rata-rata pada kualitas tanaman yang
menggunakan lampu LED dan lampu CLF.
Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan Uji t diperoleh bahwa tanaman
krisan potong perlakuan lampu LED 9 watt memilki tinggi tanaman, jumlah daun,
dan luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan CLF 20 watt dengan
persentase secara berurutan yaitu 4,03%; 6,66%; dan 15,18%, tetapi keduanya
masih memenuhi standar mutu tanaman krisan potong. Namun pada beberapa
parameter yaitu indeks klorofil, diameter bunga, diameter batang, dan lama
kesegaran bunga (vase life) memiliki nilai yang sama antara perlakuan LED 9 watt
maupun CLF 20 watt
Pengaruh Kombinasi Pupuk Majemuk Npk Dan Pupuk Organik Cair Pada Pertumbuhan Dan Hasil Kubis Bunga (Brassica Oleraceae) Var. Botrytis
Kubis bunga (Brassica oleraceae) var. Botrytis merupakan tanaman
sayuran yang populer di Indonesia. Kandungan gizi yang terdapat pada kubis
bunga yaitu senyawa anti kanker dan sumber vitamin C, vitamin A, vitamin B1,
mineral, kalsium, kalium, klor, fosfor, sodium, dan sulfur. Potensi tanaman kubis
bunga yang mempunyai berbagai manfaat dan keuntungan karena mempunyai
nilai ekonomis tinggi serta pemenuhan kebutuhan konsumen semakin meningkat
sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan secara kualitas produksi. Peluang
pasar kubis bunga terbuka lebar seiring dengan meningkatnya permintaan
permintaan di dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian ini bertujuan
mempelajari pengaruh POC dan NPK pada pertumbuhan dan hasil tanaman kubis
bunga. Dengan hipotesis pengurangan dosis pupuk NPK dari 15 gram tan-1 secara
bertahap dengan penambahan POC 20 ml L-1 memiliki pertumbuhan dan hasil
yang sama.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pandantoyo Kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juni. Ketinggian
Kecamatan Ngancar ± 490 mdpl. Suhu 23oC - 31oC dengan tingkat curah hujan
rata-rata sekitar 1.652 mm per hari. Alat yang digunakan pada pelaksanaan
penelitian adalah cangkul, penggaris, meteran, timbangan, alat tulis, kalkulator,
gembor. Bahan yang digunakan adalah benih kubis bunga, pupuk majemuk NPK
Mutiara 16-16-16, pupuk organik cair Super Nasa, planter bag dan papan label.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acaak Kelompok (RAK) yang terdiri dari
6 perlakuan NPK 15 g tan-1, NPK 13,8 g tan-1 + POC 4 ml L-1, NPK 12,6 g tan-1 +
POC 8 ml L-1, NPK 11,4 g tan-1 + POC 12 ml L-1, NPK 10,2 g tan-1 + POC 16 ml
L-1 dan NPK 9 g tan-1 + POC 20 ml L-1 dengan ulangan sebanyak 4. Hasil
pengamatan pada penelitian dilakukan uji analisa ragam (uji F) pada taraf 5%.
Apabila terdapat hasil berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf
5%. Pengamatan dilakukan pada 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST dan 42 HST
meliputi pengamatan fase vegetatif dan fase generatif.
Perlakuan NPK 9 gram tan-1 + POC 20 ml L-1 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan NPK 15 gram tan-1. Pada fase vegetatif tanaman perlakuan ini tidak
berpengaruh nyata kecuali pada parameter jumlah daun 42 hst. Pada fase generatif
perlakuan ini tidak berpengaruh nyata pada bobot segar bunga dan diameter
bunga. Pemberian pupuk organik cair dapat berpengaruh pada pengurangan dosis
NPK, bahwa dengan penggunaan POC dapat mensubtitusikan dosis NPK yang
dikurangi. Masing-masing perlakuan mulai dari perlakuan pertama sampai dengan
perlakuan keenam memiliki bobot rata-rata 210 g, 167,5 g, 187,5 g, 190 g, 170 g,
150 g. Dengan bobot tersebut perlakuan yang aplikasikan tidak memberikan hasil
yang berbeda nyata
Pengaruh Berbagai Konsentrasi Eco enzyme dan Pinching Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Pacar Air (Impatiens hawkeri Bull) Pada Vertical Pipe
Tanaman pacar air (Impatiens hawkeri Bull) merupakan tanaman dengan ciri
khas pada keindahan mahkota bunga yang memiliki warna beragam. Potensi
penggunaan tanaman ini sangat baik sebagai tanaman hias. Produksi tanaman pacar
air dapat terganggu oleh musim. Penurunan produksi dapat terlihat pada tahun 2016
di musim penghujan produktivitas menurun hingga mencapai 4.405,6 ton.ha-1 dari
angka 5.632,3 ton.ha-1. Rendahnya produksi tersebut dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan tentang teknologi, teknik budidaya, dan kualitas lahan konversi.
Upaya yang dilakukan yaitu menerapkan sistem vertikultur menggunakan pipa
paralon dan memberikan perlakuan khusus seperti penggunaan eco enzyme dan
perlakuan pinching.
Penelitian ini dilakukan bulan Desember 2021 hingga April 2022 bertempat
di Greenhouse lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan ketinggian
tempat 460 mdpl. Alat yang digunakan adalah pipa paralon dengan diameter 10 cm
dan panjang 100 cm, penyangga besi, gelas ukur, selang air, oven, leaf area meter
(LAM), gunting, hand sprayer, cetok, botol plastik, timbangan analitik, kertas label,
alvaboard, kamera, penggaris, amplop kertas, dan alat tulis. Bahan yang digunakan
adalah 288 bibit tanaman Impatiens hawkeri Bull dengan panjang sekitar 4 cm,
tanah, arang sekam, cocopeat, pupuk NPK Mutiara (16:16:16), eco enzyme, air,
fungisida, dan insektisida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Faktorial (RAKF) dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu E1: tanpa eco
enzyme, E2: konsentrasi eco enzyme 5 ml.l-1, dan E3: konsentrasi eco enzyme 10
ml.l-1. Faktor kedua yaitu perlakuan pinching berupa P1: tanpa pinching, P2: single
pinching, dan P3: double pinching. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali
sehingga didapatkan total 27 kombinasi perlakuan. Variabel pertumbuhan yaitu
panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, kandungan klorofil,
bobot kering total tanaman, bobot kering tanaman bagian tajuk, dan bobot kering
tanaman bagian akar. Variabel hasil berupa waktu muncul bunga dan jumlah bunga.
Data yang diperoleh dari pengamatan dianalisa menggunakan analisa ragam
ANOVA pada taraf 5% apabila terdapat interaksi atau berpengaruh nyata dapat
dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi nyata terjadi pada pemberian
eco enzyme dan perlakuan pinching disemua variabel pengamatan. Pertumbuhan
dan hasil tanaman pacar air terbaik didapatkan pada perlakuan eco enzyme dengan
konsentrasi 10 ml.l-1 dan perlakuan double pinching. Pemberian eco enzyme pada
konsentrasi 10 ml.l-1 dengan perlakuan double pinching mampu meningkatkan
panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, indeks klorofil, bobot
kering tanaman, dan jumlah bunga dibandingkan dengan tanpa eco enzyme dan
tanpa perlakuan pinching. Bobot kering total tanaman pacar air pada perlakuan
tersebut dapat meningkat 4,99 kali lipat dan jumlah bunga tanaman pacar air dapat
meningkat sebesar 2,95 kali lipat dibandingkan dengan tanpa eco enzyme dan tanpa perlakuan pinching. Pada komponen waktu muncul bunga tanaman pacar air
menunjukkan interaksi nyata pada pemberian eco enzyme konsentrasi 5 ml.l-1
dengan perlakuan double pinching karena rata-rata waktu muncul bunga lebih
lambat 9,44 hari dibandingkan perlakuan tanpa eco enzyme dan tanpa pinching
Pengaruh Konsentrasi Eco-Enzyme Dan Perbedaan Diameter Pot Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Tanaman Pacar Air (Impatiens Hawkeri Bull)
Tanaman pacar New Guinea (Impatiens hawkeri Bull) merupakan salah satu
tanaman hias yang berasal dari Asia selatan dan Asia tenggara. New Guinea
Impatiens memiliki warna bunga yang cerah dan menarik dan beranekaragam mulai
dari merah muda, merah, putih jingga. Selain digunakan untuk mempercantik /
memperindah pemandangan tanaman pacar air juga mempunyai maanfaat sebagai
tanaman obat. Tanaman New Guinea Impatiens dapat digunakan sebagai obat luka,
mengatasi tekanan darah tinggi, radang kulit, sakit pinggang. Produksi panen
semakin hari semakin menurun hal ini dikarenakan petani belum bisa mengatasi
produksi yang bibit yang kurang bagus atau tidak sesuai keinginan petani. Sehingga
untuk mengatasi hal tersebut upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan aplikasi eco-
enzyme.
Eco-enzyme merupakan hasil fermentasi limbah dapur yang berasal dari
sisa sampah dapur yang berasal dari bahan organik seperti ampas buah, kulit buah,
dan sayuran. Eco-enzyme dapat membantu tanaman dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman, membantu ternak tetap sehat, dapat mengurangi sampah,
serta dapat digunakan sebagai sabun cuci piring. Untuk tanaman sendiri eco-
enzyme dapat digunakan sebagai pupuk alami yang ramah lingkungan. Lahan
pertanian di daerah perkotaan yang semakin hari semakin sempit dikarenakan
pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan pemukiman sehingga perlu dilakukan upaya budidaya tanaman yang
membutuhkan tempat yang sempit dan bisa dilakukan dimana saja. Oleh sebab itu
dibutuhkan solusi penanaman tanaman New Guinea Impatiens di lahan yang sempit
dengan salah satu cara dengan budidaya tanaman New Guinea dengan penanaman
menggunakan pot.
Budidaya dengan menggunakan pot dapat memaksimalkan lahan yang
sempit yang dapat ditanam dengan tanaman budidaya yang berupa tanaman hias
pacar air sehingga dapat memberikan kesan yang indah pada lahan yang yang
berukuran sempit. Akan tetapi permasalahan dalam menentukan volume pot yaitu
belum diketahui volume diameter pot yang dapat menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pacar air secara maksimal. Dengan demikian penelitian ini
dilakukan untuk dapat mengetahui pengaruh konsentrasi eco-enzyme dan
perbedaan volume pot yang dapat memaksimalkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman New Guinea Impatiens.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2021 yang berlokasi
di Roof Garden GS lantai 6, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Kecamatan
Ketawangede, Kota Malang, Jawa Timur. Untuk alat dan bahan yang digunakan
penelitian ini antara lain bahan: bibit New Guinea Impatiens sebanyak 162 bibit,
pupuk NPK, oven, SPAD meter, tanah, arang sekam, cocopeat, eco-enzyme dan pot
ukuran 10 cm, 15 cm, 20 cm. Sedangkan untuk alat yang digunakan yaitu penggaris,
gunting, plastik, alat tulis, label, sprayer, ember, cetok, cangkul, timbangan analitik,
dan kamera. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan RAK(Rancangan
Acak Kelompok) Faktorial sendiri terdiri dari 2 perlakuan yaitu eco-enzyme dan
diameter pot. Faktor pertama eco-enzyme dengan menggunakan tiga taraf
sedangkan untuk faktor kedua yaitu diameter pot terdiri dari tiga taraf. Dengan 8
sub bab ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan dengan total populasi 162
tanaman. Faktor pertama yakni eco-enzyme terdiri dari 3 taraf: E1 = 0 ml / L, E2 =
5 ml/ L E3 = 10 ml/ L. Faktor kedua yaitu diameter pot yang terdiri dari 3 taraf P1
= 10 cm, P2 = 15 cm, P3 =20 cm. Parameter pertumbuhan dan parameter hasil.
Parameter pengamatan pertumbuhan terdiri dari panjang tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang tanaman, lebar kanopi, jumlah muncul bunga, jumlah bunga.
Parameter hasil terdiri dari panjang akar berat segar total tanaman, berat kering total
tanaman, berat segar bagian bawah, berat segar bagian atas dan berat kering
tanaman. Tanaman Hasil pengujian apabila didapatkan hasil dengan pengaruh nyata
maka akan dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan dengan
menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) dengan menggunakan taraf 5 % untuk
mengetahui perbedaan diantara perlakuan.
Aplikasi konsentrasi eco-enzyme 10 ml l-1 dengan penggunaan pot 20 cm
menunjukkan interaksi terhadap pertumbuhan dan permbungaan dan jumlah bunga
tanaman pacar air. Tanaman pacar air dengan perlakuan eco-enzyme dan
penggunaan diameter pot 20 cm meningkatkan panjang tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang, luas daun, lebar kanopi, tanaman, indeks klorofil, jumlah bunga,
berat segar tanaman, berat kering tanaman, dan panjang akar per tanaman
dibandingkan tanpa pemberiaan eco-enzyme dan penggunaan pot 10 cml. Akan
tetapi pada parameter awal muncul bunga pemberian eco-enzyme dan penggunaan
pot 10 cm dapat meningkatkan waktu muncul bunga yang lebih cepat dibandingkan
dengan penggunaan pot 20 cm. Penambahan dengan konsentrasi eco-enzyme 10ml
l-1 dapat meningkatkan bobot kering total tanaman 1,14x dibandinhkan tanpa eco-
enzyme. Penambahan dengan konsentrasi eco-enzyme 10ml l-1 dapat meningkatkan
jumlah bunga tanaman 24,03 % dibandingkan tanpa eco-enzym
Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol Pada Berbagai Tingkat Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Pertumbuhan Dan Kecerahan Warna Daun Tanaman Coleus (Coleus Scutellarioides
Keberadaan Desa wisata di Indonesia kini semakin dikenal oleh masyarakat.
Desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang memiliki beberapa
karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata salah satunya adalah
desa wisata Mejono. Coleus (Coleus scutellarioides) adalah salah satu jenis
tanaman hias daun, dengan nilai estetika terdapat pada warna daun yang
beragam dan menarik. Desa wisata Mejono memiliki banyak pohon-pohon besar
yang teduh dan rindang serta banyak ditemukan tanaman bambu sehingga
daerah wisata mendapatkan intensitas cahaya yang lebih sedikit. Penanaman
coleus pada tempat wisata dapat meningkatkan nilai estetika, namun
penanaman tanaman coleus pada daerah yang memiliki intensitas cahaya
rendah menyebabkan penampilan tanaman menjadi kurang optimal (warna daun
kurang cemerlang atau sedikit memudar dan cenderung lebih cepat bertambah
tinggi). Upaya yang dilakukan untuk dapat menghambat tinggi tanaman serta
mampu mempertahankan warna daun tanaman adalah dengan mengaplikasikan
zat pengatur tumbuh (Paclobutrazol). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah pemberian paclobutrazol pada tanaman coleus yang ternaungi mampu
mempertahankan pertumbuhan tanaman dan dapat mempertahankan kecerahan
warna daun tanaman.
Penelitian dilaksanakan di Desa Wisata Mejono yang terletak pada RT 002/
RW 005, Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
pada bulan Juni hingga September 2020. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor
yaitu intensitas cahaya sebagai petak utama dan konsentrasi paclobutrazol
sebagai anak petak. Petak Utama terdiri dari 3 taraf yaitu I100 (Intensitas cahaya
matahari 100%), I75 (Intensitas cahaya matahari 75%) dan I50 (Intensitas cahaya
matahari 50%) sedangkan anak petak terdiri dari P0 (Tanpa Paclobutrazol), P40
(Konsentrasi paclobutrazol 40 ppm), P80 (Konsentrasi paclobutrazol 80 ppm) dan
P120 (Konsentrasi paclobutrazol 120 ppm. Parameter yang diamati adalah Tinggi
tanaman, Jumlah tunas samping, Jumlah daun, Diameter Batang, Bobot kering
tanaman, Laju pertumbuhan absolut (LPR), Luas Daun Spesifik, Warna daun,
Kerapatan stomata, Kandungan klorofil, Kandungan antosianin, Radiation Use
Efficiency (RUE) dan Intensitas cahaya. Hasil pengamatan dianalisis
menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji
BNJ pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi dari perlakuan konsentrasi
paclobutrazol pada berbagai intensitas cahaya terhadap parameter Tinggi
Tanaman, Jumlah Tunas Samping, Luas Daun, Diameter Batang, Bobot Kering,
Laju pertumbuhan absolut, Luas Daun Spesifik, Warna Daun, Kerapatan
Stomata, Kandungan Klorofil, Kandungan Antosianin, Radiation Use Efficiency
(RUE). Penurunan intensitas radiasi matahari 75% hingga 50% menghasilkan
nilai Radiation Use Efficiency yang tinggi. sehingga memberikan nilai diameter
batang tanaman, jumlah tunas samping, luas daun tanaman, kerapatan stomata,
bobot kering tanaman, laju dan pertumbuhan relatif tanaman yang sama dengan
perlakuan intensitas radiasi matahari 100% tanpa aplikasi paclobutrazol. Namun
penurunan intensitas radiasi matahari 75% mampu menurunkan kandungan antosianin dan memudarkan warna daun. Pengaplikasian paclobutrazol dengan
konsentrasi 80 ppm mampu meningkatkan kandungan antosianin dan
mencerahkan warna daun seperti tanaman dengan intensitas cahaya matahari
100% dan tanpa aplikasi paclobutrazol. Sedangkan penurunan intensitas radiasi
matahari 50% meningkatkan tinggi tanaman coleus, menurunkan kandungan
antosianin dan memudarkan warna daun. Pengaplikasian paclobutrazol 80 ppm
mampu menekan tinggi tanaman, meningkatkan kandungan antosianin dan
mencerahkan warna daun tanaman coleus sehingga sama dengan intensitas
cahaya 100% tanpa pengaplikasian paclobutrazol