30 research outputs found
Pengaruh Perendaman dalam Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Klorida (NaCl) pada Variasi Konsentrasi terhadap Sifat Mekanik Cangkang Kemiri (Aleurites moluccana Willd).
Luasnya lahan perkebunan kemiri di Indonesia akan
diiringi dengan meningkatkan produktivitas kemiri. Namun
dengan besarnya tingkat produktivitas kemiri tersebut tidak
dibarengi dengan berkembangnya metode pemecahan kemiri.
Petani cenderung memilih menggunakan metode sederhana
dalam pemecahan biji kemiri dengan memukulkan kemiri pada
batu dengan bantuan pegangan rotan. Hal ini akan
meningkatkan persentase kemiri yang hancur atau tidak utuh.
Biji kemiri dikategorikan sebagai buah batu karena memiliki kulit
keras dan berlekuk dan memiliki kulit yang menyerupai
tempurung. Tempurung kemiri memiliki tebal sekitar 3-5 mm,
berwarna coklat atau kehitaman. Buah kemiri secara
keseluruhan memiliki bagian kulit luar, daging buah, lapisan
kayu, kulit biji (tempurung), dan daging biji.
Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap
(RAL) yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah
perendaman dengan NaOH (N1) dan perendaman dengan NaCl
(N2). Faktor yang kedua adalah yang terdiri dari 4 variasi
konsentrasi yaitu K1= 4%, K2= 5%, K3= 6% dan K4= 7%.
Dalam percobaan ini perlakuan dibandingkan dengan kontrol.
Secara keseluruhan kombinasi perlakuan diatas masing-masing
diulang sebanyak 3 kali. Data dianalisis dengan analisis ragam yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara taraf
perlakuan.
Perendaman dengan menggunakan NaOH dan NaCl
berpengaruh sangat nyata terhadap kekuatan tekan. Bahan
perendam terbaik yaitu NaOH karena memiliki tingkat keutuhan
kemiri yang lebih baik. Variasi konsentrasi berpengaruh sangat
nyata terhadap kelengketan dan energi potensial. Konsentrasi
terbaik adalah 7%. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan
maka semakin banyak persentase kemiri yang utuh
Rancang Bangun dan Pengujian Implemen Kepras Tebu (Saccharum Officinarum L.) Tipe Rotari dengan Menggunakan Traktor Tangan
Tebu (Saccharum Officinarum L.) adalah tanaman jenis
rumput - rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula dan
vetsin. Umur tanaman tebu sejak ditanam hingga dipanen kurang
lebih 1 tahun. Setelah dipanen, tebu memiliki kemampuan untuk
memproduksi tunas-tunas baru yang dihasilkan dari tunggul
dalam tanah. Menurut Oktavia (2015), menyebutkan bahwa
tanaman tebu dapat tumbuh di lahan basah maupun kering.
Tanah yang tidak terlalu kering dan basah adalah kondisi tanah
yang baik untuk pertumbuhan tebu. Oleh karena itu irigasi dan
drainase harus diperhatikan. Tebu dapat tumbuh dengan baik
pada ketinggian 0 - 1400 mdpl dengan berbagai macam tanah
seperti alluvial, grumusol, latosol, dan regusol. Tebu paling ideal
berada pada ketinggian <500 mdpl. Dalam penelitian yang
dilakukan Gantina (2011), budidaya tanaman tebu terbagi
menjadi beberapa kegiatan, salah satunya adalah proses
penanaman. Ada dua cara dalam penanaman tebu yaitu dengan
cara bongkar ratoon maupun dengan cara kepras.
Pengeprasan tebu adalah kegiatan pemotongan sisa-sisa
tebangan yang masih tinggi dengan tujuan untuk memacu
tumbuhnya tunas keprasan dari dongkelan dibagian bawah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang, membuat dan
menguji imlemen kepras tebu tiper rotari dengan menggunakan
traktor tangan. Terdapat dua tahap pada penelitian ini yaitu tahap
perancangan & pembuatan implemen, dan tahap pengujianx
implemen. Dalam tahap perancangan dan pembuatan, mulai dari
pemilihan bentuk, perhitungan dimensi, dan bahan yang akan
digunakan untuk pembuatan implemen. Tahap kedua adalah
pengujian implemen kepras tebu tipe rotari. Pada tahap ini akan
diuji kecepatan kecepatan maju pengeprasan, kecepatan putar
pemotongan, dan pengamatan hasil keprasan dengan
melakukan: a) pengukuran jumlah persentase tunggul yang utuh,
tunggul yang pecah dan tunggul yang terbongkar b) pengamatan
jumlah tunas yang tumbuh, setelah 2 minggu pengeprasan.
Implemen kepras tebu ini bekerja pada kedalaman
pengeprasan berkisar antara 2,64 β 11,8 cm dengan rata-rata 6,5
cm. Kecepatan putar pisau pemotong yang digunakan untuk
melakukan pengeprasan sebesar kisaran 300 rpm. Bentuk
guludan yang dihasilkan dari pengeprasan menggunakan
implemen kepras memiliki bentuk keprasan rata. Pengeprasan
menggunakan implemen kepras menghasilkan tunggul tebu yang
pecah lebih banyak daripada tunggul yang utuh. Rata-rata hasil
keprasan tunggul yang utuh sebesar 42,3%, tunggul yang pecah
47,3% dan tunggul yang terbongkar sebesar 10,4%. Pengamatan
tunas yang tumbuh pada guludan yang menggunakan implemen
kepras lebih banyak dibandingkan dengan guludan yang
menggunakan cangkul. Tunas yang tumbuh pada guludan 1, 2,
dan 3 yang menggunakan implemen kepras sebanyak 259, 236,
dan 252 dengan rata-rata 249. Sedangkan pada guludan 4 yang
menggunakan cangkul sebanyak 191 tuna
Pengaruh Larutan Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dan Variasi Ketebalan Terhadap Karakteristik Fisik Chips Umbi Porang Kuning (Amorphophallus muelleri Blume) Dengan Pengeringan Menggunakan Sinar Matahari
Tanaman porang merupakan salah satu jenis tanaman yang tergolong ke dalam jenis umbi-umbian yang terdapat di Indonesia. Umumnya tanaman porang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis maupun sub-tropis, hidup secara liar dan dapat ditemukan di bawah naungan pada pepohonan di hutan, di bawah rumpun bambu, ataupun di kaki gunung dan tepian sungai. Umbi porang (Amorphophallus) memiliki nilai ekspor yang tinggi karena glucomannan dan gizi yang terkandung di dalamnya sangat bermanfaat bagi tubuh. Petani porang kerap dijumpai hanya memasarkan hasil panen dalam bentuk umbi basah, yang harga jualnya di pasaran cenderung lebih murah dibandingkan umbi yang telah diproses lebih lanjut. Meskipun ada pula petani yang memasarkan hasil panennya dalam bentuk irisan umbi yang dikeringkan (chips), namun hasil pengeringan terkadang belum maksimal
Dilatarbelakangi dari hal tersebut dan beberapa penelitian serupa yang sudah dilakukan, penulis berusaha untuk menciptakan solusi alternatif untuk mengoptimalkan penurunan
kandungan air dan ketebalan pada irisan umbi porang dengan menggunakan metode perendaman irisan umbi porang yang akan dijadikan chips ke dalam larutan natrium bikarbonat (NaHCO3), zat yang relatif mudah didapatkan di pasaran dengan harga terjangkau, pada konsentrasi 6000 ppm, 8000 ppm dan 10000 ppm dengan variasi ketebalan irisan sebesar 3 mm, 5 mm dan 7 mm. Chips yang melalui proses perendaman dalam larutan NaHCO3 dibandingkan dengan chips yang tidak melalui proses perendaman dalam larutan NaHCO3 (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan kadar air akhir terendah chips didapatkan pada sampel dengan ketebalan 3 mm dan konsentrasi larutan NaHCO3 10000 ppm (T1C3) yaitu sebesar 7,979191%. Sementara untuk parameter penurunan ketebalan, hasil penurunan ketebalan paling besar didapatkan pada sampel dengan ketebalan 5 mm dan konsentrasi larutan 10000 ppm (T2C3), yaitu sebesar 24,6128% penurunan. Kadar air akhir pada sampel yang melalui perendaman dalam larutan NaHCO3 di sebagian besar data memiliki hasil yang cenderung lebih rendah dari sampel yang tanpa melalui perendaman dalam larutan NaHCO3 atau yang disebut kontrol. Begitu pula pada parameter penurunan ketebalan, sampel yang direndam dalam larutan NaHCO3 cenderung memiliki persentase penurunan ketebalan yang lebih besar dibandingkan sampel kontrol
Pengaruh Variasi Bahan Organik Tanah Terhadap Sifat Fisika Dan Sifat Mekanik Tanah Lempung
Bahan organik merupakan faktor penting dalam tanah, bahan organik tanah
memegang peranan penting dalam meningkatkan dan mempertahankan kesuburan
kimia, fisika dan fisiko-kimia serta biologi tanah, yang akan menentukan produktivitas
tanaman dan keberlanjutan penggunaan lahan untuk pertanian. Penambahan bahan
organik dapat memperbaiki keadaan struktur pada tanah, aerasi, kapasitas menahan
air tanah, mempengaruhi atau mengatur keadaan temperatur tanah dan menyediakan
suatu zat hasil perombakan yang dapat membantu pertumbuhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi bahan organik terhadap sifat fisika dan
sifat mekanik tanah lempung berliat. Pada penelitian ini menggunakan 5 taraf
perlakuan yaitu A1=2,0% bahan organik, A2=2,5% bahan organik, A3=3,0% bahan
organik, A4=3,5% bahan organik, dan A5=4,0% bahan organik dan dilakukan
sebanyak 2 ulangan. Parameter yang diamati yaitu bulk density, porositas, kadar air
tanah, batas lekat, batas plastis, dan tegangan geser. Pada parameter bulk density
nilai terendah pada perlakuan A5 (1.2g/cm3) sedangkan nilai tertinggi pada perlakuan
A1 (1.245g/cm3). Pada parameter porositas nilai tertinggi pada perlakuan A1 (94%)
sedangkan nilai terendah pada perlakuan A5 (81%). Pada parameter kadar air nilai
terendah pada perlakuan A1 (6,38%) sedangkan nilai tertinggi pada perlakuan A5
(19.796%). Pada parameter batas lekat nilai tertinggi pada perlakuan A1 (24,6%)
sedangkan nilai terendah pada perlakuan A5 (16,6%). Pada parameter batas plastis
nilai terendah pada perlakuan A1 (23,31%) sedangkan nilai terendah pada perlakuan
A5 (17,915%). Pada parameter tegangan geser nilai terendah pada perlakuan A5 (6
kPa) sedangkan nilai tertinggi pada perlakuan A1 (13 kPa). Tegangan geser,
Porositas, Batas Lekat, Batas Plastis hasil penelitian berbanding terbalik dengan
konsentrasi bahan organik. Sedangkan pada parameter kadar air hasil penelitian
berbanding lurus dengan konsentrasi bahan organi
Rancang Bangun Alat RH Meter Digital dengan Sensor DHT22 pada Ruang Pengering Tepung Efek Rumah Kaca Berbasis IoT (Internet of Things)
Internet of Things (IoT) merupakan sebuah platform dimana sebuah perangkat,
memproses, dan komunikasi setiap hari menjadi cerdas. Karena penerapan IoT ini sangat bisa
diandalkan dimana sensor yang digunakan memiliki keakuratan data yang tinggi, sehingga para
petani dapat memonitoring maupun mengontrol suatu perangkat yang telah dipasang. Salah satu
contoh proses kegiatan mengontrol suatu bahan pertanian adalah proses pengeringan. Proses
pengeringan dilakukan untuk melakukan mengurangi kadar air bahan yang dikeringkan dan
mempermudah proses pengolahan selanjutnya serta meningkatkan kualitas dari bahan pertanian.
Proses pengeringan yang digunakan yaitu ruang pengering tepung tenaga surya atau efek runah
kaca (ERK). Untuk mengukur kelembapan udara pada suatu ruang pengering tepung maupun
tempat terbuka diperlukan alat yang disebut hygrometer. Hygrometer yang digunakan yaitu
hygrometer digital, dimana hygrometer ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kelembapan udara dalam bentuk digital yang dilengkapi dengan pembacaan suhu pada alat
tersebut. Kelemahan hygrometer digital tersebut yaitu tidak dapat digunakan secara langsung pada
ruang pengering efek rumah kaca, melainkan harus menggunakan kabel dan batang sensor yang
harus diletakkan diluar ruang pengering, kelemahan lainnya yaitu pada hygrometer digital tidak
terdapat jaringan internet yang digunakan untuk mengontrol ruang pengering tepung dengan jarak
jauh. Dasar dari perancangan alat ini yaitu membuat atau merancang bangun alat RH meter digital
berbasis IoT (Internet of Things) pada ruang pengering tepung efek rumah kaca dengan sensor
DHT22 dan menganalisa kelembapan udara menggunakan alat RH meter digital berbasis IoT pada
ruang penegering tepung efek rumah kaca dengan sensor DHT22
Uji Performansi Destilator Surya Tipe Piramida Bak Tunggal dengan Pemanas Matahari Eksternal
Destilasi merupakan suatu cara memanfaatkan energi
panas matahari dan proses kondensasi dalam upaya
memperoleh air tawar. Pada prinsipnya destilasi air tenaga
surya yaitu menempatkan air di dalam wadah tertutup tembus
cahaya dengan atap berkemiringan tertentu sehingga energi
surya akan menembus dan panas akan terkumpul dalam
ruangan tersebut sehingga menyebabkan air di dalamnya
menguap. Uap mengembun pada bagian dalam dari penutup
karena ada perbedaan suhu dengan udara luar. Embun
tersebut kemudian mengalir pada dinding dan aliran air embun
akan di salurkan ke penampung air tawar. Untuk mempercepat
pemanasan, 4 liter air laut di bagi menjadi 2 bagian, 2 liter
ditempatkan pada destilator dan 2 liter dimasukkan ke dalam
radiator. Pada pemanas eksternal matahari berupa radiator, air
laut dipanaskan dengan sinar matahari secara konveksi hingga
suhu mencapai 50oC kemudian dimasukkan ke dalam
destilator. Proses destilasi bertujuan untuk mengetahui
pengaruh intensitas matahari terhadap kecepatan pemanas
eksternal serta mengetahui banyaknya hasil air tawar dan
efisiensi destilator. Hasil kinerja pemanas eksternal matahari
dengan radiator, pada hari pertama dengan total intensitas
matahari sebesar 8794,64 W/m2, pemanas eksternal dapat
memanaskan air hingga suhu 50oC dalam waktu 4 jam. hasil
air tawar yang didapatkan pada hari pertama sebanyak 800 ml,
hari kedua sebanyak 662 ml dan hari ketiga sebanyak 319 ml
viii
dari 4000 ml tiap harinya dan di dapattkan efisiensi rata-rata
destilator sebesar 14,36%. Adanya rancangan rumah kaca
dengan pemanasan eksternal matahari diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam upaya menyediakan air tawar
dan garam lebih cepat, khususnya masyarakat di pesisir panta
. Rancang Bangun Alat RH Meter Digital dengan Sensor DHT22 pada Ruang Pengering Tepung Efek Rumah Kaca Berbasis IoT (Internet of Things)
Internet of Things (IoT) merupakan sebuah platform dimana sebuah perangkat,
memproses, dan komunikasi setiap hari menjadi cerdas. Karena penerapan IoT ini sangat bisa
diandalkan dimana sensor yang digunakan memiliki keakuratan data yang tinggi, sehingga para
petani dapat memonitoring maupun mengontrol suatu perangkat yang telah dipasang. Salah satu
contoh proses kegiatan mengontrol suatu bahan pertanian adalah proses pengeringan. Proses
pengeringan dilakukan untuk melakukan mengurangi kadar air bahan yang dikeringkan dan
mempermudah proses pengolahan selanjutnya serta meningkatkan kualitas dari bahan pertanian.
Proses pengeringan yang digunakan yaitu ruang pengering tepung tenaga surya atau efek runah
kaca (ERK). Untuk mengukur kelembapan udara pada suatu ruang pengering tepung maupun
tempat terbuka diperlukan alat yang disebut hygrometer. Hygrometer yang digunakan yaitu
hygrometer digital, dimana hygrometer ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
kelembapan udara dalam bentuk digital yang dilengkapi dengan pembacaan suhu pada alat
tersebut. Kelemahan hygrometer digital tersebut yaitu tidak dapat digunakan secara langsung pada
ruang pengering efek rumah kaca, melainkan harus menggunakan kabel dan batang sensor yang
harus diletakkan diluar ruang pengering, kelemahan lainnya yaitu pada hygrometer digital tidak
terdapat jaringan internet yang digunakan untuk mengontrol ruang pengering tepung dengan jarak
jauh. Dasar dari perancangan alat ini yaitu membuat atau merancang bangun alat RH meter digital
berbasis IoT (Internet of Things) pada ruang pengering tepung efek rumah kaca dengan sensor
DHT22 dan menganalisa kelembapan udara menggunakan alat RH meter digital berbasis IoT pada
ruang penegering tepung efek rumah kaca dengan sensor DHT22.
Penelitian rancang bangun alat ini yaitu alat yang akan dirancang berukuran 12cm x
5cm x 12cm menggunakan acrylic berwarna hitam dengan ketebalan 2mm dan peracangan
sistem elektronika yaitu Node MCUESP8266, DHT22, LCD I2C 2x16, power bank, kabel
charger, kabel jumper female to female. Pada pengamatan alat RH meter digital pada ruang
pengering tepung efek rumah kaca dilakukan tiga pengamatan yaitu pengamatan suhu dan
kelembapan udara (RH) dan kalibrasai suhu dan kelembapan udara menggunakan WiFi.
Kemudian data kelembapan udara dan suhu akan diolah menjadi grafik untuk mendapatkan
nilai R2. Apabila nilai R2 grafik dari alat β₯ 0,8, maka alat tersebut dinyatakan akurat.
Berdasarkan analisa hasil pengamatan kelembapan udara dan suhu pada ruang
pengering efek rumah kaca tersebut. nilai Adjusted R squared alat RH meter digital sebesar
0,9716 pada pengamatan suhu dan nilai Adjusted R squared sebesar 0,9603 pada pengukuran
kelembapan udara. Sedangkan pada pengamatan menggunakan WiFi dengan aplikasi blynk
pada pengamatan suhu nilai Adjusted R squared sebesar 0,9716 dan pada pengamatan
kelembapan udara nilai Adjusted R squared sebesar 0,9603
Pengaruh Ketinggian Air Pada Sistem Hidroponik Metode Dft (Deep Flow Technique) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada Daun (Lactuca Sativa)
Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian yang memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol. Pengembangan teknologi serta kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah terutama pada tanaman berumur pendek. Sistem hidroponik dapat dengan mudah diterapkan di halaman rumah, dinding luar rumah maupun atap rumah sebagai lahan pertanian. Namun dalam kenyataannya sistem hidroponik memerlukan penelitian lebih mendalam agar dapat bertani lebih efektif dan efisien. Salah satunya adalah ketinggian air pada sistem hidroponik metode DFT (Deep Flow Technique). Sehingga dilakukan penelitian pada tanaman selada daun untuk mengetahui pertumbuhan tanaman terbaik pada pemberian ketinggian air yang berbeda dan untuk mengetahui kebutuhan air terbaik pada tanaman selada daun sistem hidroponik metode DFT.
Pada penelitian ini menggunakan sistem hidroponik metode DFT (Deep Flow Technique) pada tanaman selada daun dengan tiga variasi ketinggian air yaitu 2 cm, 3 cm dan 4 cm dengan paralon berukuran 4 inchi. Didapatkan hasil pertumbuhan tanaman selada daun terbaik pada ketinggian air 4 cm dengan rata-rata berat basah sebesar 93,087 gram dan rata-rata jumlah daun 14,125. kebutuhan air terbanyak pada ketinggian air 4 cm dengan rata-rata per hari 856,4 ml/hari
Pengaruh Variasi Kecepatan Blower Terhadap Kinerja Mesin Pengupas Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) Tipe SiIinder Tonjol
Kacang tanah merupakan komoditas pertanian terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabat
Pengaruh Variasi Bahan Organik Tanah Terhadap Sifat Fisika dan Mekanika Tanah Lempung Berliat
Bahan organik merupakan faktor perting dalam
pertumbuhan tanaman yang dapat mengoptimalkan kualitas fisik
tanah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan optimal.
Penambahan bahan organik dapat memperbaiki keadaan
struktur pada tanah, aerasi, kapasitas menahan air tanah,
mempengaruhi atau mengatur keadaan temperatur tanah dan
menyediakan suatu zat hasil perombakan yang dapat membantu
pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi bahan organik terhadap sifat fisika dan sifat
mekanik tanah lempung berliat. Pada penelitian ini menggunakan
5 taraf perlakuan yaitu A1=2,0% bahan organik, A2=2,5% bahan
organik, A3=3,0% bahan organik, A4=3,5% bahan organik, dan
A5=4,0% bahan organik dan dilakukan sebanyak 2 ulangan.
Parameter yang diamati yaitu bulk density, porositas, kadar air
tanah, batas lekat, batas plastis, dan tegangan geser. Pada
parameter bulk density nilai terendah pada perlakuan A5 (1.11
g/cm3) sedangkan nilai terendah pada perlakuan A1 (1.19 g/cm3).
Pada parameter porositas nilai terendah pada perlakuan A1 (79.70%) sedangkan nilai terendah pada perlakuan A5 (87.95%).
Pada parameter kadar air nilai terendah pada perlakuan A1
(9.89%) sedangkan nilai terendah pada perlakuan A5 (19.76%).
Pada parameter batas lekat nilai terendah pada perlakuan A1
(15.20%) sedangkan nilai terendah pada perlakuan A5 (35.70%).
Pada parameter batas plastis nilai terendah pada perlakuan A1
(21.90%) sedangkan nilai terendah pada perlakuan A5 (30.90%).
Pada parameter tegangan geser nilai terendah pada perlakuan
A5 (13 kPa) sedangkan nilai terendah pada perlakuan A1 (23
kPa). Pada perlakuandan tegangan geser, hasil penelitian
berbanding terbalik dengan konsentrasi bahan organik.
Sedangkan pada parameter porositas, kadar air, batas lekat, dan
batas plastis, hasil penelitian berbanding lurus dengan
konsentrasi bahan organi