7 research outputs found

    Tingkat Kecemasan Performa Aktor pada Mahasiswa Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta

    Get PDF
    Terdapat faktor krusial yang luput dari pelatihan maupun kajian keaktoran, yaitu sisi kesiapan psikologis seorang aktor. Penelitian ini mengukur tingkat kecemasan performa yang dialami oleh mahasiswa teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta sebagai calon aktor profesional. Penelitian ini menjelaskan tingkat kecemasan performa aktor dan korelasinya dengan variabel lama waktu latihan serta variabel jenis kelamin. Tingkat kecemasan diukur dengan skala kecemasan performa aktor teater yang telah dikembangkan sebelumnya oleh penulis. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan performa yang signifikan antara mahasiswa yang telah berlatih teater selama 1 tahun, 2-3 tahun, dan >3 tahun (p = 0,322; p > 0,05). Tidak terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa dengan mahasiswi teater (p = 0,110; p > 0,05). Laki-laki dan perempuan mengalami kecemasan kategori sedang. Umumnya jam terbang latihan diyakini sebagai faktor kuat untuk menghilangkan atau mereduksi kecemasan performa. Penelitian ini membuktikan waktu latihan tidak menjamin seorang aktor terlepas dari kecemasan performa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan materi dan metode ajar pada mata kuliah keaktoran. Kata kunci: aktor, teater, kecemasan performa, mahasiswa, skala psikologi The Actor Performance Anxiety of Institut Seni Indonesia Yogyakarta Theatre Major StudentThis study measures the level of performance anxiety experienced by theater students at the Yogyakarta Art Institute as prospective professional actors. This study describes the actor's level of performance anxiety and its correlation with the variable length of training time and gender. The level of anxiety is measured by the theater actor's performance anxiety scale, which the author has previously developed. This study shows no significant difference in the level of performance anxiety between students who have practiced theater for one year, 2-3 years, and >3 years (p = 0.322; p > 0.05). There was no significant difference between male and female students (p = 0.110; p > 0.05). Both male and female students experience anxiety in the moderate category. This research proves that rehearsal time does not guarantee that an actor will be free from performance anxiety. This research is expected to be the basis for developing teaching materials and methods in acting courses. Keywords: actor, theater, performance anxiety, student, psychology scal

    EMPTY BENCH IN INDONESIAN PERFORMING ARTS STUDIES: AUDIENCE

    Get PDF
    Many Indonesian performing art experts have stated that audience studies were conducted in minimal numbers. However, the exact number of research on performing art audiences in Indonesia remains unclear. The factors that influence it are still not known in detail. This paper used a literature review on seven nationally accredited performing arts journals from art institutes in Indonesia over the past ten years. The results showed that only 3 out of 1034 journal titles focusing on performing art audiences in the last ten years. From these findings, we can conclude that the study on the audiences is so scarce. This research theme is not interesting for performing art experts in Indonesia. Indonesian performing art experts and academicians have left the importance of audience studies. This paper also discusses the factors that influence the negligible of performing arts audience studies in Indonesia

    Analisis Fungsi Karakter dalam Film Eternals dengan Teori Fungsi Narasi Vladimir Propp

    Get PDF
    AbstrakFilm Eternals mengisahkan tokoh-tokoh Eternals sebagai ras kosmik hampir abadi yang ditugaskan Celestial bernama Arishem untuk melindungi bumi dari serangan Deviants. Sejak pertama kali diutus ke Bumi, Eternals dilarang oleh Arishem untuk terikat dengan manusia, namun akhirnya larangan tersebut dilanggar dan menyisakan konflik-konflik yang membawa Eternals dalam keadaan yang pelik. Kesepuluh anggota Eternals sebagai tokoh-tokoh utama mengalami perubahan fungsi karakter dalam narasi film Eternals. Eternals yang semula bersatu menjalankan prinsip persamaan visi dan misi, akhirnya menjadi saling beroposisi karena perbedaan pandangan terhadap kemanusiaan dan tujuan penciptaan mereka. Penelitian ini menganalisis fungsi karakter dalam film Eternals menggunakan teori fungsi narasi Vladimir Propp dengan menemukan 31 fungsi karakter dan 7 karakter dalam film Eternals. Hasil menunjukkan bahwa dalam film Eternals ditemukan tiga puluh dari tiga puluh satu fungsi narasi menurut teori Vladimir Propp. Berdasarkan ketiga puluh puluh fungsi narasi pada film Eternals, terdapat lima karakter, yaitu Penjahat, Penderma, Pahlawan, Pengirim, dan Pahlawan Palsu. Perubahan utama dalam fungsi karakter terjadi pada tokoh Ikaris dan Sprite. Kata kunci: Film, Eternals, Fungsi Narasi, Vladimir Propp   AbstractThe film Eternals tells the story of the Eternals as a near-eternal cosmic race assigned by a Celestial named Arishem to protect Earth from Deviants' attacks. Since they were sent to Earth, Arishem has forbidden the Eternals to bond with humans. However, in the end, the prohibition was violated and left conflicts that brought the Eternals into a complicated situation. The ten members of Eternals as the main characters experience changes in the function of characters in the Eternals film narrative. The Eternals, who initially held the same vision and mission, eventually became opposed to each other because of their different views on humanity and the purpose of their creation. This study analyzes the function of characters in the film Eternals using the narrative function theory of Vladimir Propp by finding 31 character functions and seven characters in the film Eternals. The results show that in the film Eternals, thirty out of thirty-one narrative functions according to Vladimir Propp's theory. Based on the thirty narrative functions in the film Eternals, there are five characters: the Villain, the Donor, the Hero, the Dispatcher, and the False Hero. The main changes in character function occur in Ikaris and Sprite. Keywords: Film, Eternals, Narrative Functions, Vladimir Prop

    Telaah Atas Kajian Penonton Seni Pertunjukan Indonesia (Refleksi Dari 7 Jurnal Seni Pertunjukan Di Indonesia)

    Get PDF
    Penonton adalah faktor determinan suatu peristiwa yang kita sebut dengan seni pertunjukan. Bahkan penonton didapuk menjadi ‘pencipta keempat’ pada tiap penciptaan karya seni pertunjukan. Namun demikian, kajian dan publikasi penelitian yang berfokus pada penonton seni pertunjukan jarang sekali ditemukan. Penelitian ini secara bertahap hendak membedah dan menguraikan, bagaimana usaha para pengkaji seni pertunjukan dalam menelaah penonton. Pertama-tama penelitian ini akan menganalisis data frekuensi penelitian yang berfokus pada penonton melalui analisis kuantitatif deskriptif dengan metode pustaka pada tujuh lembaga penerbitan jurnal kajian seni pertunjukan di tujuh institut seni Indonesia, yang terpublikasi dan bebas akses selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya terdapat tiga penelitian dari total 1034 judul dari data yang ditelaah. Faktor-faktor yang mempengaruhi minimnya jumlah penelitian penonton seni pertunjukan antara lain: a) ambiguitas konsep ‘penonton’; b) kurangnya wacana penelitian penonton dalam kurikulum pendidikan institut seni; dan c) faktor dukungan sponsor dan pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi pada ekosistem kajian seni pertunjukan di Indonesia pada khususnya dan pengembangan seni dan kebudayaan pada umumnya

    Pekan Budaya Difabel 2019: Ruang Pertunjukan untuk Seniman Penyandang Disabilitas di Yogyakarta

    Get PDF
    AbstrakPenyandang disabilitas belum menjadi aktor utama dalam kehidupan sosial khususnya pada panggung-panggung acara kebudayaan dan kesenian. Kondisi ini membuat para penyandang disabilitas menjadi asing dan termarjinalkan. Butuh upaya bersama untuk memperkenalkan siapa dan apa potensi para penyandang disabilitas ini ke ruang-ruang publik. Pekan Budaya Difabel 2019 sebagai kelanjutan acara Jambore Difabel merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta bersama Pemerintah Daerah dalam membuka sekat-sekat sosial terhadap para penyandang disabilitas. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan art-based research hendak menjabarkan rangkaian acara Pekan Budaya Difabel 2019. Acara ini menjadi ruang bagi masyarkat difabel untuk unjuk kebolehan, potensi, hasil kreasi, menampilkan eksistensi, mengomunikasikan pandangan dan pengalaman, melebarkan jejaring melalui kegiatan antar komunitas, membuka akses dan peluang kerjasama dan ekonomi, serta apresiasi dari masyarakat luas. Kata kunci: disabilitas, seniman, pertunjukan, pekan budaya difabel   AbstractPersons with disabilities have not become the main actors in social life, especially on the stages of cultural and artistic events. This condition makes people with disabilities become strangers and marginalized. It takes a concerted effort to introduce who and what the potential of persons with disabilities is in public spaces. The Difabel Culture Week 2019, as a continuation of the Difabel Jambore, is one of the efforts made by the people of Yogyakarta and the Regional Government to open social barriers to people with disabilities. This research is a descriptive qualitative method with an art-based research approach to describe the series of events for the 2019 Difabel Culture Week. This event is a space for people with disabilities to show their skills, potential, and art product, show their existence and share their views and experiences as disabled people. Through this event, the disabled community may expand networks, opening access and opportunities for cooperation and economy, as well as appreciation from the wider community. Keywords: disability, artist, performing art, disabled cultural wee

    Gandara: Antologi Artikel Mahasiswa MBKM Program Studi Musik 2022-2023

    Get PDF
    Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari mahasiswa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Program Studi S-1 Musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta beserta beberapa tulisan dari peneliti dan Praktisi Mengajar pada program MBKM tahun 2022-2023. Para penulis, khususnya mahasiswa yang mengikuti program MBKM ini, menganalisis berbagai fenomena musik yang hadir di sekeliling mereka melalui keahlian teoritis dan praktis dalam rangka mengaktualisasikan diri sebagai sosok yang akan berkecimpung di dunia musikologi. Musikologi sebagai suatu bidang kajian khas, menginvestigasi fenomena musik melalui kekayaan perspektif yang tidak terbatas pada wacana teoritis yang anya menyoroti aspek sistematis, komparatif, dan historis saja, akan tetapi juga penting untuk melibatkan berbagai sudut pandang yang mampu memperkaya kajiannya. Untuk itu harapan dari diterbitkannya antologi artikel ini secara utama hendak melihat bahwa kajian tentang musik telah menjelajahi banyak hal dan berbagai kemungkinan yang terbuka dengan begitu luas

    Tingkat Kecemasan Performa Mahasiswa Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta

    Get PDF
    Tujuan perkuliahan teater serta pelatihan panjang pemeranan secara sistematis adalah untuk menghasilkan aktor yang siap berkarya secara profesional. Seperti halnya keahlian atau kemahiran di bidang seni, bidang teknis mekanik, hingga olah raga, terdapat suatu adagium atau pepatah yang menyebutkan practice makes perfect (latihan menghasilkan kesempurnaan). Namun demikian, pelatihan panjang tidak serta merta menjamin performa seorang aktor menjadi sempurna. Terdapat faktor krusial yang luput dari kajian pertunjukan keaktoran, yaitu sisi kesiapan psikologis seorang aktor. Penelitian ini secara spesifik mengukur tingkat kecemasan yang dialami oleh mahasiswa teater sebagai calon aktor profesional. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan psikometri yang memberikan deskripsi tingkat kecemasan performa aktor dan korelasinya dengan variabel lama waktu latihan serta variabel jenis kelamin. Tingkat kecemasan diukur dengan skala kecemasan performa aktor teater yang telah dikembangkan sendiri oleh peneliti. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara mahasiswa yang telah berlatih teater selama 1 tahun, 2-3 tahun, dan >3 tahun serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara kecemasan di antara aktor dengan aktris teater. Hal ini merupakan temuan yang unik, karena umumnya jam terbang latihan diyakini sebagai satu faktor kuat yang dapat menghilangkan atau paling tidak mereduksi kecemasan performa. Keyakinan mengenai perbandingan terbalik antara waktu latihan dan kecemasan performa, yaitu semakin lama pengalaman latihan akan mengurangi kecemasan performa dan sebaliknya semakin sedikit waktu latihan akan semakin tinggi kecemasan performa, terbukti tidak benar. Penelitian ini membuktikan bahwa waktu latihan tidak menjadi jaminan seorang aktor akan terlepas dari kecemasan performa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan materi dan metode ajar pada mata kuliah keaktoran
    corecore