49 research outputs found
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Berdasarkan Gaya hidup di Kota Semarang
Perkembangan Kota Semarang dipengaruhi oleh peranan yang dimilikinya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Proses perkembangan tersebut akan berdampak pada perubahan sosial masyarakatnya. Besarnya peranan Kota Semarang sebagai kota pemerintahan juga mempengaruhi proses urbanisasi, yang ditandai dengan berkembangnya pemikiran masyarakat. Berkembangnya pemikiran masyarakat ini merupakan bagian dari prilaku sosial seperti gaya hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk beraktivitas di ruang terbuka publik. Perubahan sosial berupa gaya hidup akan mempengaruhi pemanfaatan ruang terbuka publik yang ada. Demikian pula halnya dengan Kota Semarang yang dalam perkembangannya juga mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya fenomena pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat Kota Semarang sebagai salah wadah aktivita komunitas untuk memamerkan gaya hidupnya. Gaya hidup atau lifestyle merupakan suatu trend yang ada dimasyarakat mudah berubah sepanjang waktu. Penelitian mengenai pemanfaatan ruang terbuka publik terkait gaya hidup ini, diharapkan dapat memberikan arahan pemanfaatan ruang terbuka publik yang dapat mengakomodasikan aktivitas masyarakat sebagai ruang pamer
PERSEPSI PENGGUNA TAMAN TEMATIK KOTA BANDUNG TERHADAP AKSESIBILITAS DAN PEMANFAATANNYA
Peran penting ruang publik dalam pengembangan kota yaitu menekankan pada pentingnya ruang
terbuka hijau, di mana interaksi sosial sehari-hari di kehidupan perkotaan mengambil tempat seperti taman kota.
Aksesibilitas dan pemanfaatan kota cenderung menurun karena ruang publik berupa taman kota yang diabaikan
dalam perencanaan kota dan proses pembangunan. Dalam hal ini, struktur fisik dan fungsional antara isu-isu
yang negatif dipengaruhi oleh pesatnya pertumbuhan perkotaan. Terutama di daerah perkotaan, masyarakat di
ruang perkotaan jauh lebih berpengaruh dengan efek yang cepat terhadap perubahan fungsional dan struktur fisik
perkotaan. Taman kota yang dahulu berupa taman yang pemanfaatannya hanya sebgai estetika keindahan dan
pemecah kebisingan saja, saat ini perlu dikembangkan konsep supaya lebih menarik untuk dikunjungi dan
menjadikan taman kota memiliki nilai lebih
PENILAIAN DESAIN LINGKUNGAN KAWASAN KAMPUNG KALI CODE TERHADAP PENCEGAHAN KRIMINALITAS BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT
Kampung Kali Code yang terletak dipusat Kota Yogyakarta ini merupakan kampung yang berada di
sepanjang bantaran Sungai Code Kecamatan Gondokusuman. Kampung Kali Code telah ada sejak tahun
1960-an berkembang didaerah ilegal sempadan sungai dengan tanah kepemilikan Keraton Yogyakarta.
Kebutuhan penduduk untuk mencari pekerjaan di kota menyebabkan muncul perkampungan liar tepian
sungai. Pada tahun 1980-an ketika kawasan kampung Code Utara akan digusur muncul inovasi
pengembangan permukiman tepi sungai dengan program 3M (Mundur, Munggah, dan Madep) yang
diusulkan oleh Romo Mangun beserta swadaya masyarakat lainnya. Hingga saat ini berkembangan desain
lingkungan Kampung Kali Code yang ikut berkembang d isepanjang Sungai Code terus mengalami
peningkatan dengan pemeliharaan unsur fisik kawasan
Perancangan Kawasan Permukiman Tepi Sungai dengan Konsep Eco-Green Living di Kelurahan Peterongan, Semarang Selatan
The area directly adjacent to the waters is called the waterfront area. Waterfront area has many dvantages compared to other areas. Semarang city is one of the cities that have many spaces of the city whose growth starts from the development of the river corridor area, Semarang City should be able to take advantage of the potential becomes a distinct advantage. The principle of waterfront design is the basics of the arrangement of the city or region that includes various aspects of considerations and components of arrangement to achieve a good urban design. Micro area is one of the areas traversed by the East Canal River flood of Manggis River and included into the sub-district of Peterongan with an area of 10.5 hectares. The function of the micro area is as a residential and trade & services area. However, trading activities that located in designated areas dominated by street vendors who trade on the banks of rivers tend to be wild and unorganized, while the residential areas on the banks of the river can be said to be slum area. Therefore, by using the concept of "Eco Green Living" which is derived from the Sustainable Development concept and Ecologycal Riverfront concept with indicators of Economics, Green and Living is expected to overcome the existing problems in the existing regio
KAJIAN SHADOW UMBRELLA DI KORIDOR JALAN MALIOBORO YOGYAKARTA
Shadow umbrella adalah teknik yang digunakan dengan menggunakan bentuk fisik kota sebagai
pembentuk bayangan publik yang dapat diterapkan di daerah beriklim tropis. Konsep ini merupakan sebuah konsep
untuk mereduksi radiasi di luar ruangan agar mampu menciptakan iklim makro yang lebih dingin dan nyaman
(Emmanuel, 2005). Malioboro merupakan salah satu kawasan yang menjadi daya tarik wisata di Kota Yogyakarta.
Di sepanjang Jalan Malioboro terdapat deretan pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam barang, seperti
pakaian batik, asesoris, kerajinan tangan serta kerajinan tangan lain yang menjadi ciri khas Kota Yogyakarta
Pemenuhan Kebutuhan Lapangan Olahraga di Lingkungan Permukiman Kota Slawi Kabupaten Tegal
Keberadaan lapangan olahraga di lingkungan permukiman kota Slawi pada saat ini mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan adanya alih fungsi lahan seperti yang terjadi di Kelurahan Pakembaran yang sebelumnya lapangan olahraga berubah fungsi menjadi rumah tinggal. Sedangkan alih fungsi lahan pada lapangan olahraga di Desa Kalisapu berubah fungsi menjadi Taman Kanak-Kanak (TK). Alih fungsi lahan ini dikarenakan lahan yang dijadikan lapangan olahraga tersebut merupakan lahan pribadi milik salah satu warga, sehingga dapat berubah fungsi sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Untuk itu agar kebutuhan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi dapat terpenuhi, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya keterkaitan dalam persepsi masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis karakteristik sosial ekonomi masyarakat, analisis pemenuhan kebutuhan lapangan olahraga, dan analisis keterkaitan dalam persepsi masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi. Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara terstruktur, penyebaran kuisioner, dan telaah dokumen. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah penyediaan lapangan olahraga di lingkungan permukiman Kota Slawi tidah hanya dilihat dari peraturan normatif maupun jumlah penduduk yang terlayani, namun dilihat juga dari persepsi masyarakat sehingga dalam penyediaannya tersebut dapat disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat
PENGEMBANGAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN TOD DUKUH ATAS JAKARTA
Transit Oriented Development (TOD) merupakan salah satu konsep pengembangan transportasi berkelanjutan yang mempertimbangkan integrasi tinggi antar kawasan dan meningkatkan peluang pergerakan masyarakat kota. Dukuh Atas menjadi embrio pembanguan TOD di Indonesia dengan konsep walkable city dengan sistem road diet yang menekanakan kepada aspek lingkungan dan kenyamanan individu. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan variabel pengembangan jalur pejalan kaki yang dapat mempengaruhi frekuensi seseorang untuk berjalan di TOD Dukuh Atas dari aspek lingkungan maupun karakteristik individunya. Pengumpulan data karakteristik individu dilakukan dengan metode pengumpulan data primer menggunakan kusioner yang disebar secara acak ke 300 responden kawasan TOD Dukuh Atas Jakarta. Data karakteristik lingkungan didapatkan dengan pengumpulan data sekunder dan data spasial melalui citra satelit untuk melihat kondisi terkini. Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif statistik dan regresi linier uji T parsial didapatkan hasil berupa pendapatan, maksud perjalanan, dan kepadatan permukiman dapat mempengaruhi frekuensi pejalan kaki di kawasan TOD Dukuh Atas Jakarta
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN MODA TRANSPORTASI UNTUK PERJALANAN KERJA DI KAWASAN DUKUH ATAS, KOTA JAKARTA
Transportasi umum yang telah disediakan Pemerintah Kota Jakarta diduga masih belum mampu
menampung berbagai aktivitas masyarakat Kota Jakarta terutama untuk tujuan perjalanan kerja. Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan moda
transportasi untuk perjalanan kerja khususnya pada Kawasan Dukuh Atas. Kawasan Dukuh atasi ini yang
merupakan jantung Kota Jakarta. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010
– 2030 dan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan Peraturan Zonasi, Kawasan Dukuh Atas
dijadikan sebagai pusat kegiatan primer dengan fungsi stasiun terpadu dan titik perpindahan antara moda
transportasi dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang memiliki moda transportasi umum yang
paling lengkap dibandingkan dengan kawasan yang lain di Kota Jakarta. Kawasan Dukuh Atas ini juga berada
tepat di sisi utara Sudirman Central Business District (SCBD) yang mana kawasan tersebut didominasi oleh
aktivitas pekerja dan menjadi salah satu titik lokasi kemacetan yang terjadi di Kota Jakarta
Pendekatan Responsif Gender Dalam Penyediaan Sarana Lingkungan Perkotaan
Peran perencana kota dalam penyediaan infrastruktur perkotaan adalah perlunya memahami penyediaan infrastruktur berdasarkankebutuhanpenggunanya. Disinilah, pendekatanresponsif gender menjadi penting karena pendekatan ini menekankan pada upaya untuk mengetahui bagaimana keadilan dapat diterapkan dengan menemukenali relasi gender yang membentuk sistem aktivitas, yang diamati pada semua kelompok masyarakat pengguna infrastruktur perkotaan. Artikel ini ditulis dengan membandingkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 534/KPTS/M/2001 Tanggal: 18 Desember 2001 tentang jenis sarana lingkungan perkotaan dan observasi yang dilakukan di sekitar KecamatanTembalang, Semarang. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada penyediaan sarana lingkungan perkotaan yang terdiri dari sarana niaga, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana pelayanan umum, sarana sosial budaya dan ruang terbuka hijau dapat diketahui beberapa indikator pelayanan yang harus dipenuhi. Indikator yang dimaksud adalah jangkauan pelayanan, pengguna usia produktif dan tidak produktif, tata guna lahan eksisting dan rencana, dan kondisi sistem social masyarakat
KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG IDENTIFY LAND USE CHANGING IN PEDURUNGAN, SEMARANG CITY
Pertumbuhan penduduk kota cenderung meningkat disebabkan oleh laju urbanisasi dan migrasi yang tinggi. Laju urbanisasi tersebut mengakibatkan terjadinya pertumbuhan kota menuju ke arah pinggiran kota (peri-urban). Saat ini, Kota Semarang mengalami perkembangan kota ke arah pinggiran salah satunya ke arah timur Kota Semarang yakni di Kecamatan Pedurungan. Kecamatan Pedurungan merupakan Kecamatan yang secara administratif berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak. Berdasarkan RTRW Kota Semarang Tahun 2010 – 2030, Kecamatan Pedurungan ditetapakan sebagai Pembagian Wilayah Kota V (BWK V). BWK V merupakan wilayah yang direncanakan sebagai lokasi pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan sedang hingga tinggi dan sebagai sub pusat pelayanan kota yang dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan meliputi: sarana perdagangan dan jasa, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana pelayanan umum.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Pedurungan yang terjadi pada tahun 2003 – tahun 2011. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini ialah pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder dengan teknik overlay menggunanakan ArcGIS 10.2. Hasil dari penulisan adalah terjadi peningkatan untuk lahan terbangun diantaranya peningkatan untuk perdagangan dan jasa (58%), permukiman (3%), perkantoran (33%), kawasan transportasi (56%), industri (27%), pergudangan (53%), dan sarana olahraga (23%). Sedangkan untuk penggunaan lahan pertanian dan tegalan mengalami penurunan yang cukup drastis. Pertanian mengalami penurunan sebesar 52% dan tegalan sebesar 53%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Pedurungan yang sangat relatif besar, sedangkan lahan yang tersedia tidak akan mengalami peningkatan sehingga menyebabkan permintaan terhadap lahan terbangun melebihi jumlah lahan yang tersedia di Kecamatan Pedurungan, Semarang