84 research outputs found

    Jokowi dalam pemberitaan media Pro-Prabowo: Kajian analisis wacana kritis

    Get PDF
    Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana Jokowi digambarkan oleh media yang pro kepada Prabowo pada pemilihan Presiden 2014 lalu dengan menggunakan pendekatan analisis wacana berparadigma kritis (Critical Discourse Analysis) model van Dijk. Berdasarkan analisis data, diperoleh simpulan bahwa strategi derogasi dan eufemisasi digunakan dalam praktik berwacana (discursive practice). Derogasi dan eufemisasi sangat terkait dengan siapa yang oleh media dianggap sebagai pihak ‘kita’ dan ‘mereka’. Jokowi yang dianggap sebagai ‘mereka’ akan diberitakan secara negatif dengan menggunakan kata-kata derogatoris, sebaliknya, Prabowo yang dianggap sebagai ‘kita’ akan dipresentasikan secara positif dengan menggunakan kata-kata eufemistis. Media pro-Prabowo menggunakan kata-kata mengemis dan tidak amanah ketika memberitakan Jokowi. Sementara ketika memberitakan lawan politik Jokowi, media lebih memilih menggunakan gaya bahasa eufemisme seperti gotong royong dan keinginan masyarakat, untuk menggambarkan realitas yang sama yakni membuka rekening pengumpulan dana. Pelabelan positif pada pihak yang dianggap sebagai bagian dari ‘kita’ (positive self-presentation) dan siapa yang dianggap sebagai ‘mereka’ (negative other-presentation) diwujudkan melalui beberapa langkah diskursif tertentu. Dalam tulisan ini, ditemukan bahwa media pro-Prabowo menggunakan strategi pembebanan (burden), strategi permainan angka (number game), strategi pemuliaan diri (self-glorification), serta strategi pengajuan argumentasi otoritatif (authority) ketika memberitakan Jokowi

    Code mixing in Indonesian television program: a case of Opera van Java

    Get PDF
    This paper aims at exploring the use of code mixing in the comedy program of Opera Van Java (abbreviated OVJ). The results show that there are two forms of code mixing used, namely lexical and phrasal code mixing. Besides, this study reveals the use of two types of code mixing, namely outer code mixing and inner code mixing. The inner code mixing in that program can be divided into Indonesian informal variety, Jakarta Indonesian dialects, Sundanese code mixing, and Javanese code mixing. While the outer code mixing found in OVJ are English and Arabic code mixing. Further analysis also shows that that there are some causes of code-mixing in OVJ, namely code mixing that occurs due to the background of the speaker, the relationship between the narrator and hearer, and due to the situation of speech. The underlying forces affecting the occurrence of code mixing in OVJ are the area of origin and religious background of speakers. Additionally, an intimate relationship between the speaker and the hearer also triggers code mixing because those speakers may be more relaxed and comfortable in choosing which language code to use

    A Study of The Rhetorical Strategy Used by Shabir Ally and Nabeel Qureshi in Interfaith Debates

    Get PDF
    Kasus penistaan agama kerap kali terjadi di Indonesia. Bukan disebabkan karena terjadi sebuah kekerasan fisik atau pun teror yang meresahkan, melainkan karena penggunaan wacana yang kurang tepat oleh penutur. Dalam penelitian ini, debat antar agama menjadi objek penelitian karena ketertarikan peneliti untuk mengetahui strategi apa saja yang digunakan oleh pembicara untuk menjelaskan doktrin Agama mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembicara menggunakan strategi tersebut dalam meningkatkan kualitas argumen mereka. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan kedua kandidat debat dalam sesi presentation dan refutation, yaitu Dr. Qureshi dan Dr. Ally. Data dikumpulkan dengan cara menonton video live-streaming debat tersebut, mentranskrip, memilih data yang sesuai, dan mengelompokkannya sesuai dengan kategori masing-masing. Data dianalisis menggunakan analisis kualitatif untuk menentukan kategori dan cara pengaplikasian strategi retorika. Hasil penelitian setelah menganalisis dan membahas data adalah strategi retorika yang di tawarkan oleh Van Dijk dalam sesi presentation digunakan seluruhnya. Sedangkan dalam sesi refutation, kategori yang digunakan ialah evidentiality, example/illustration, norm expression, number game, reasonableness, dan religion self-glorification. Kedua pembicara menggunakan cara yang sama dalam pengaplikasian strategi tersebut di kedua sesi. Namun, strategi yang paling dominan digunakan ialah kategori evidentiality.(Religion blasphemy often occurs in Indonesia. It is not because of physical violence or disturbing terror occurred, but it causes the use of discourse which is not appropriate. In this study, the interfaith debate is the object of research because the researchers are interested in knowing what strategies are used by speakers to explain their religious doctrine. The purpose of this study is to find out how the speaker uses the strategy to support their arguments. Data and data source in this study is the utterances of the two debate candidates in the presentation and refutation sessions, those are Dr. Qureshi and Dr. Ally. The data is collected by watching the debate live-streaming video, transcribing, selecting the appropriate data, and grouping them according to their respective categories. The result of the study after analyzing and discussing the data is the rhetorical strategies offered by Van Dijk used by the speakers in the presentation session is all the categories, while in the refutation session, the categories used are evidentiality, example/illustration, norm expression, number game, reasonableness, and religion self-glorification. Both speakers used the same method in applying the strategy in both sessions. However, the most dominant strategy used is the evidentiality category)

    Pengantar analisis wacana

    Get PDF
    Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna (Darma, 2009: 15). Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis. Analisis wacana juga cenderung tidak merumuskan kaidah secara ketat seperti tata bahasa (Rani dkk, 2006: 10)

    Analisis wacana pemberitaan artis pada media portal: Studi kasus berita Marshanda di Merdeka.com

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tekstual yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu dalam pemberitaan artis pada media portal. Penelitian ini terfokus pada berita mengenai konflik antara Marshanda dengan mantan pengacaranya -sebagai sumber data- untuk dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis wacana berparadigma kritis model Noman Fairclough. Menurut Fairclough, setiap teks pada dasarnya dapat diuraikan dan dianalisis berdasarkan tiga unsur: representasi, relasi, dan identitas. Pada teks berita artis di merdeka.com, wacana kedurhakaan dan ketegaan Marshanda sebagai seorang anak (kepada Ibunya) dan seorang klien (kepada pengacaranya) dapat dilihat dari bagaimana Marshanda direpresentasikan. Marshanda diberitakan dengan menggunakan kata-kata yang buruk seperti “melawan Ibu”. “seorang anak yang melaporkan ibunya”, “melawan orang tuanya”, “Marshanda pecat pengacara”, dan “Chaca malah menuduh Afdal”. Analisis selanjutnya adalah tentang relasi, yaitu bagaimana partisipan dalam media berhubungan dan ditampilkan dalam teks. Dalam teks berita pada penelitian ini, yang diterangkan secara jelas ada dua: Marshanda dan mantan pengacaranya. Kedua pihak itu bukan hanya digambarkan secara bertolak belakang, tetapi juga relasi yang dibuat. Mantan pengacara Marshanda berusaha untuk menasehati agar tidak melawan Ibunya, sementara Marshanda adalah anak durhaka yang malah “menghukum” orang baik yang memberinya nasehat. Aspek yang terakhir adalah identitas. Teks tersebut menggambarkan bagaimana pembaca diletakkan pada posisi orang baik (mantan pengacara Marshanda) dan bukan pada posisi Marshanda. Oleh karena itu, dalam teks berita itu dari awal sampai akhir berisi tentang keburukan Marshanda. Dia seakan menjadi musuh bersama bukan hanya mantan pengacaranya (karena dipecat), tetapi juga musuh masyarakat (Marshanda sebagai anak durhaka yang berani melawan Ibunya)

    Derogasi dan eufemisasi pada film Crash

    Get PDF
    Tulisan ini mengkaji penggunaan strategi derogasi dan strategi eufemisasi yang digunakan oleh para tokoh pada film Crash. Secara etiomologis, derogasi berarti merendahkan, tidak menghormati, mencela, meremehkan orang lain, dan melihat mereka sebagai pihak yang inferior (Anne, 1999). Oleh karena itu, derogasi memiliki fungsi yang sama sebagai disfemisme. Sedangkan eufemisme berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti bagus dan phemeoo yang berarti berbicara. Jadi, eufemisme berarti berbicara dengan menggunakan perkataan yang baik atau halus, yang memberikan kesan baik. Eufemisasi dikenal sebagai presentasi diri-positif (positive-self presentation), kebalikannya derogasi adalah presentasi negatif terhadap pihak lain (negative other-presentation). Derogasi adalah strategi polarisasi antara ‘yang termasuk’ dalam kelompok dan ‘yang tidak termasuk’. Data pada tulisan ini adalah tuturan yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam film Crash. Secara praktis, tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai derogasi dan eufemisasi sehingga penggunaan segala sesuatu, khususnya bahasa yang bersifat diskriminatif bisa tereduksi

    Language functions used by the caretakers of autistic children in “Miracle Run”

    Get PDF
    This study investigates language functions used by the caretakers of autistic children in "Miracle Run". The objectives of the study are to find out the kinds and the effectiveness of language functions used by caretakers in the film. This study uses descriptive qualitative approach. It is categorized as discourse analysis because this study analyzes phenomena of talk in interaction. The data are collected from the utterances used by the caretakers; they are mother, doctor, teacher, and therapist when talk to the autistic children and those are analyzed by using M.A.K Halliday theory on language functions

    Sejarah Pragmatik (The History of Pragmatics)

    Get PDF
    Pragmatik merupakan bagian dari ilmu tanda (semiotik). Dikemukakan oleh seorang filsuf bernama Charles Morris. Menurutnya, dalam kaitannya dengan ilmu bahasa, semiotik memiliki cabang: yakni sintaktika ‘studi relasi formal tanda-tanda’ dan semantika ‘studi relasi tanda dengan penafsirnya'. Akan tetapi, pragmatik yang berkembang saat ini, yang mengubah orientasi linguistik di Amerika pada tahun 1970-an, sebenarnya diilhami oleh karya-karya filsuf seperti Austin (1962) dan Searle (1969) yang termashur dengan teori tindak tuturnya (Leech, 1983: 2)

    The Functions of Derogation and Euphemism Found in Hollywood Movie

    Get PDF
    This paper aims to determine the functions of derogation and euphemization found in the Hollywood movie entitled "Crash". The functions of derogation and euphemization strategy are analyzed by discourse analysis approach of Zollner (1997) on derogation function, while the theory of Allan and Burridge (1991) is used to determine the function of euphemization. The functions of the use of derogation found in the data include: expressing anger or irritation, criticizing, satirizing, accusing or blaming, conveying information, insulting/ taunting or sharpening the insult, showing distaste, exaggerating, and showing evidence. Based on the analysis, it was found that the derogative functions frequently used by the characters in “Crash” was accusing or blaming and also conveying information, while criticizing and showing evidence, is a function of the least use. Related to euphemization, the functions found in the data include: hiding the fact, showing respect, satirizing, showing concern, conveying information, criticizing, and cautions. Based on the analysis, it was found that the function of euphemization which is most frequently used by the characters in "Crash" is showing respect, while hiding the fact, satirizing, and criticizing, is a function of the least use
    corecore