46 research outputs found

    Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja

    Get PDF
    AbstrakPesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Timbulnya penyakit akibat kerja telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja, organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di tempat kerja

    Gambaran Obat Tradisional yang Digunakan Penderita Malaria di Wilayah Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi 2014

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Traditional medicine is the ingredients derived from plants, animals, minerals or mixtures of these materials. Malaria is an infectious disease caused by Plasmodium parasites that invade erythrocytes and characterized by the discovery of asexual blood forms. At Jambi province, the morbidity due to malaria is still quite high. There are nine districts and two municipalities which is a malaria endemic area. The proportion use of traditional medicine for malaria is still unknown include Jambi province. The number of people and the efficacy of using a traditional medicine remains unknown. This research designed in order to describe the use of traditional medicine in patients with malaria. Methods: The type of this research is descriptive quantitative research. The study was conducted at the Puskesmas Simpang IV Sipin Jambi. The entire study of population malaria patients that visiting Puskesmas Simpang IV Sipin and home visit patients who had suffered from malaria in the month of November 2013-February 2014. The number of samples in this study is 70 respondents. Data were analyzed by univariate analysis. Result: From the results, users of traditional medicine as much as 34.5%, traditional types of drugs most widely used is the use of sambiloto (27.1%), the most reason way the patients take traditional medicine because the side effects are relatively small (35.7%), the most way to mix the ingredients is by blend the ingredients together boiled it whit water, after that patients drunk the potions (80%), the most way to find the ingredients is looking around the house (80%), the most duration of using traditional medicine expressed by respondents is for 3 days (41.4%), and 95.7% expressed the feeling that the traditional treatment is efficacious. Conclusion: The results stated that the description of the use of traditional medicine in Puskesmas Simpang IV Sipin is 34.5%.   Keywords: Traditional medicine, malari

    Mengenal CPOB Untuk Produk Darah

    Get PDF
    ABSTRAK Produk darah atau blood products merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat dibutuhkan bagi manusia, terutama bagi mereka yang sedang menjalani terapi dengan menggunakan blood products. Pengolahan darah atau plasma menjadi sediaan obat merupakan proses yang sangat spesifik dan “unik”, begitu pula metode uji yang digunakan. Perihal mutu, keamanan,efikasi produk darah mutlak harus terpenuhi, dan karenya harus tersediasuatu sistem panduan yang komprehensif antara Jaminan Mutu (Quality Assurance-QA) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB atau Good Manufacturer Product-GMP) yang didisain sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan WHO. Mutu dan keamanan produk darah merupakan hal yang sangat penting, harus terjamin sebelum digunakan manusia. Indonesia berpeluang dan berpotensi sebagai penghasil blood product, salah satunya sumber plasma darah sehingga mengurangi ketergantungan akan impor blood productyang relatif mahal.   Kata kunci : Produk darah, CPO

    EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

    Get PDF
    Abstract The development of science and technology in the medical field to encourage experts always conducted research on various diseases, including one of them is a contagious disease events in order to overcome suffering and death from the disease. Based on his travels disease can be divided into: Acute and Chronic. Based on the nature of transmission can be divided into: Infectious and Communicable. The process of interaction between the occurrence of the disease is a disease agent, human (Host) and the surrounding environment. For infectious diseases, the occurrence of diseases caused by the interaction between: Agent diseases (microorganisms), humans and the environment, while for non-communicable diseases disease process due to the interaction between the disease agent (non-living agent), humans and the environment. Non-communicable diseases can be acute can also be chronic. In Infectious Diseases Epidemiology is not primarily to be discussed is that chronic diseases.   Keywords: communicable diseases, non-communicable diseases   Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat penyakit. Berdasarkan perjalanannya penyakit dapat dibagi menjadi : Akut  dan Kronis.  Berdasarkan sifat penularannya dapat dibagi menjadi : Menular dan Tidak Menular. Proses terjadinya penyakit merupakan interaksi antara agen penyakit, manusia (Host) dan lingkungan sekitarnya. Untuk penyakit menular, proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara : Agent penyakit (mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan sedangkan untuk penyakit tidak menular proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen penyakit (non living agent), manusia dan lingkungan. Penyakit tidak menular dapat bersifat akut dapat juga bersifat kronis. Pada Epidemiologi Penyakit tidak Menular terutama yang akan dibahas adalah penyakit- penyakit yang bersifat kronis.   Kata kunci: Penyakit menular, penyakit tidak menula

    HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PADA STROKE HEMORAGIK: STUDI META ANALISIS

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Hyperglycemia often occurs during periods of acute stroke and can occur in patients with or without diabetes. Hyperglycemia is an independent risk factor for poor clinical outcome in stroke patients. Hyperglycemia occurs in 30-40% of patients with acute ischemic stroke and 43–59% of patients with hemorrhagic strokes. Many studies have shown hyperglycemia on acute phase was respons of stress. Objectives: Knowing the description and relationship of blood glucose levels in hemorrhagic stroke in 11 analyzed journals. Methods: This type of study is a meta-analysis of 11 publicated journals at PubMed and AHA/ASA Journal on 2015-2020 and accessed on August-November 2020. Results: There were 11 journals analyzed, 10 from PubMed and 1 from AHA / ASA Journal. The results of the journal's meta-analysis show The combined effect size on 11 journals has a p value> 0.05 (OR = 0.999 95% CI: 0.969-1.030). Conclusions: The meta-analysis results show that blood glucose is not an independent variable that affects the incidence of hemorrhagic stroke. Keywords: Blood Glucose, Hyperglycemia, Hemorrhagic Stroke   ABSTRAK Latar Belakang: Hiperglikemia sering terjadi selama periode stroke akut dan dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Hiperglikemia adalah suatu faktor risiko independen untuk hasil klinis yang buruk pada pasien stroke. Hiperglikemia terjadi pada 30-40% dari pasien dengan stroke iskemik akut dan 43–59% pasien stroke hemoragik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia reaktif pada stroke fase akut merupakan respons terhadap stres. Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran dan hubungan kadar gula darah pada stroke hemoragik pada 11 jurnal yang dianalisis. Metode: Jenis studi yang digunakan adalah studi meta analisis pada 11 jurnal terpublikasi PubMed, AHA/ASA Journal yang terbit dengan rentang waktu 2015-2020 dan diakses pada Agustus-November 2020. Hasil: Terdapat 11 jurnal yang dianalisa, 10 dari PubMed dan 1 dari AHA/ASA Journal. Hasil dari meta analisis jurnal menunjukkan effect size gabungan pada 11 jurnal memiliki nilai p > 0.05 (OR = 0,999 CI 95% : 0,969-1,030). Kesimpulan: Hasil meta analisis menunjukkan bahwa gula darah bukan variabel independen yang memengaruhi kejadian stroke hemoragik. Kata Kunci: Gula Darah, Hiperglikemia, Stroke Hemoragi

    PERUBAHAN NILAI DARAH RUTIN PADA DARAH UMBILIKUS BAYI SETELAH PENYIMPANAN PERIODIK SAMPAI 28 HARI DI RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Umbilical cord blood can be used safely as a substitution for blood transfusion. The changes of cord blood hematology value occur during storage until the blood can be transfused. Objectives: Knowing storage time limit for cord blood that can be transfused. Methods: The study was performed with 37 umbilical cord blood of newborns after spontanous delivery at delivery room of H. Abdul Manap Hospital from February-March 2017. Each sample separated into 5 EDTA tubes contain 3 mL of umbilical cord blood, then complete blood count was performed at days 0, 3, 7, 14 and 28 with Swelab Alfa Hematology Analyzer. Umbilical cord blood stored at blood bank of clinical laboratory H. Abdul Manap Hospital at 2 – 6 ⁰C temperature. Results: The change in complete blood count considered significant (p<0,05) compared to day 0. Erithrocyte are stable up to 28 days, hemoglobin and hematocrit increase significantly in day-28, leukocyte decrease significantly in day-3, and platelets decrease significantly in day-14. Conclusions: Erythrocyte, hemoglobin and hematocrit can be transfused until day-28, while platelet can only be transfused until day-7 of storage. Keywords: Umbilical Cord Blood, Blood Bank, Hematology.   ABSTRAK Latar Belakang: Darah tali pusat dapat digunakan dengan aman sebagai pengganti darah untuk transfusi. Selama proses penyimpanan hingga darah tersebut dapat ditransfusikan, terjadi perubahan nilai pada komponen darah tersebut. Tujuan: Mengetahui batas waktu penyimpanan darah tali pusat yang masih layak ditransfusikan. Metode: Sebanyak 37 sampel darah tali pusat diambil dari bayi lahir pervaginam di VK RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dari Februari-Maret 2017. Setiap sampel darah tali pusat dimasukkan ke dalam 5 tabung EDTA masing-masing sebanyak 3 mL, kemudian dilakukan pemeriksaan darah rutin pada hari ke-0, 3, 7, 14 dan 28 dengan menggunakan Swelab Alfa Hematology Analyzer. Darah disimpan dalam bank darah laboratorium RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dengan suhu 2 – 6 ⁰C. Hasil: Perubahan hasil darah rutin dianggap bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan hari ke-0. Eritrosit stabil sampai 28 hari penyimpanan, hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan bermakna pada hari ke-28, leukosit mengalami penurunan bermakna pada hari ke-3, dan trombosit mengalami penurunan bermakna pada hari ke-14 setelah penyimpanan. Kesimpulan: Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit masih dapat digunakan untuk transfusi hingga penyimpanan hari ke-28 sedangkan trombosit hanya sampai penyimpanan hari ke-7. Kata Kunci: Darah Tali Pusat, Bank Darah, Hematolog

    PERBANDINGAN GAMBARAN MIKROSKOPIK KERUSAKAN HEPAR DAN GINJAL TIKUS WISTAR YANG DIBERI MADU INTRAABDOMINAL SEBAGAI ANTIADHESI

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Honey is a non-pharmacological agent that has various effects, one of which is anti-adhesion. In a previous study, Jambi forest honey administered intraperitoneally was proven to be used as an anti-adhesion after laparotomy. But like other traditional medicines, high doses of honey orally can cause damage to the liver and kidneys. Objectives: to investigate the effect of honey given intraperitoneally. Methods: This research is a laboratory experimental study that uses a randomized controlled design method using a post test only control group design pattern, where previous studies have been carried out with Wistar male white rats and continued with paraffin blocks. The paraffin block group consisted of 3 groups. The control group was NaCl 0.9% 3ml, the honey group was 0.27 ml, and the honey group was 0.54 ml. Then histopathological preparations were made. Observations were made with a light microscope with 100X and 400X magnifications. Data were analyzed by Kruskal-Wallis test. Results: Histology of the kidney. The average degree of hemorrhage in group A, group B was mild, and group C was mild. Interstitial inflammation in all groups showed mild. Histology of the liver. The mean sinusoidal dilatation in group A, group B was mild, and group C was mild. Lobular inflammation showed that all groups were mild Conclusions: Intra-abdominal forest honey as anti-adhesion is relatively safe because it can not cause kidney and liver damage. Keywords: Jambi forest honey, antiadhesion, kidney, liver, histology   ABSTRAK Latar Belakang: Madu merupakan agen nonfarmakologi yang memiliki efek beragam salahsatunya antiadhesi. Pada penelitian sebelumnya madu hutan Jambi yang diberikan secara intraperitoneal terbukti bisa digunakan sebagai antiadhesi pasca laparotomi. Namun layaknya obat tradisional lainnya, madu dosis tinggi secara oral bisa menyebabkan kerusakan pada hepar dan ginjal. Tujuan: untuk mengetahui efek madu yang diberi secara intraperitoneal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan menggunakan pola post test only control group design, dimana telah dilakukan penelitian sebelumnya dengan hewa coba tikus putih jantan wistar.dan dilanjutkan berupa blok parafin. Kelompok blok parafin terdiri dari 3 kelompok. Kelompok kontrol NaCl 0,9% 3ml, kelompok madu 0,27 ml, dan kelompok madu 0,54 ml. Kemudian dibuat preparat histopatologi. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya perbesaran 100X dan 400X. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil: Gambaran histologi ginjal. Rerata derajat hemorage pada kelompok A, kelompok B ringan, dan kelompok C ringan. Inflamasi interstitial pada semua kelompok menunjukan ringan. Gambaran histologi hepar. Rerata dilatasi sinusoid pada kelompok A, kelompok B ringan, dan kelompok C ringan. Inflamasi lobular menunjukan semua kelompok didapatkan ringan. Kesimpulan: Pemberian madu hutan intraabdominal sebagai antiadhesi relatif aman karena dapat tidak menyebabkan kerusakan ginjal dan hepar. Kata kunci: Madu hutan Jambi, antiadhesi, ginjal, hepar, histolog
    corecore