6 research outputs found

    Politik Keagamaan Kolonial: Diskontinuitas dan Kontinuitas di Indonesia

    Get PDF
    Tujuan dari penjajahan Belanda ke Indonesia pertama kalinya adalah menguasai perdagangan rempah-rempah di dunia. Hal seperti ini bisa dilihat dari pembentukan VOC untuk mengorganisir perdangangan rempah-rempah di Indonesia. Keterkaitan dengan gerakan keagamaan di Indonesia, bisa dilihat dari awal kedatangan C. Snouck Hurgroje di Indonesia. Menurut pengamatan C. Snouck  Hurgroje, Indonesia  menghasilkan beberapa pengumpulan data mengenai pranata-pranata Muhammadan di Hindia Timur yang akan diusahaknya  akan bermanfaat bagi Pemerintah Pusat. Dengan semakin lama Belanda menjajah Indonesia, pemerintah Hindia Belanda menghasilkan kebijakan politik etis yang tujuanya adalah untuk menghasilkan pegawai yang bisa mengabdi kepada Hindia Belanda. Kolonialisme yang di gagas oleh pemerintah Jepang justru memberikan perhatian  yang lebih terhadap perkembangan Islam di Indonesia, dengan memberikan peranan sosial dan politik  yang penting  kepada para pemimpin Islam  melalui lembaga  yang disebutnya Shummukd (Seksi Urusan Keagamaan) yang didirikan di setiap karisidena

    Politik Keagamaan Kolonial: Diskontinuitas dan Kontinuitas di Indonesia

    Get PDF
    Tujuan dari penjajahan Belanda ke Indonesia pertama kalinya adalah menguasai perdagangan rempah-rempah di dunia. Hal seperti ini bisa dilihat dari pembentukan VOC untuk mengorganisir perdangangan rempah-rempah di Indonesia. Keterkaitan dengan gerakan keagamaan di Indonesia, bisa dilihat dari awal kedatangan C. Snouck Hurgroje di Indonesia. Menurut pengamatan C. Snouck  Hurgroje, Indonesia  menghasilkan beberapa pengumpulan data mengenai pranata-pranata Muhammadan di Hindia Timur yang akan diusahaknya  akan bermanfaat bagi Pemerintah Pusat. Dengan semakin lama Belanda menjajah Indonesia, pemerintah Hindia Belanda menghasilkan kebijakan politik etis yang tujuanya adalah untuk menghasilkan pegawai yang bisa mengabdi kepada Hindia Belanda. Kolonialisme yang di gagas oleh pemerintah Jepang justru memberikan perhatian  yang lebih terhadap perkembangan Islam di Indonesia, dengan memberikan peranan sosial dan politik  yang penting  kepada para pemimpin Islam  melalui lembaga  yang disebutnya Shummukd (Seksi Urusan Keagamaan) yang didirikan di setiap karisidena

    PARADIGMA RESOLUSI KONFLIK DAN STUDI AGAMA DALAM PEMIKIRAN AMIN ABDULLAH

    No full text
    Tulisan ini hendak menjelaskan melihat bagaimana paradigma resolusi konflik dan studi agama dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan pertama, penulis menjelaskan pengertian resolusi konflik dan perkembangan studi agama-agama. Pada pembahasan kedua, penulis menjelaskan paradigma resolusi konflik dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan ketiga, penulis akan mengkaji paradigma studi agama dalam perspektif. Amin Abdullah. Kesimpulan  dalam tulisan ini bahwa paradigma resolusi konflik dan studi agama yang ditawarkan oleh  Amin Abdullah, berawal dari kegelisahan akademik beliau ketika melihat  pemahaman keagamaan yang terlalu kaku dan cendrung terjebak pada intepretasi skriptual-tekstual. Menurut pendapat penulis, yang diinginkan oleh. Amin Abdullah berkaitan dengan wacana  multikultur, dan pluralisme, harus menjadi pandangan dunia bagi para pemimpin agama ketika menjadi pelayan umat di ranah publik.Tulisan ini hendak menjelaskan melihat bagaimana paradigma resolusi konflik dan studi agama dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan pertama, penulis menjelaskan pengertian resolusi konflik dan perkembangan studi agama-agama. Pada pembahasan kedua, penulis menjelaskan paradigma resolusi konflik dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan ketiga, penulis akan mengkaji paradigma studi agama dalam perspektif. Amin Abdullah. Kesimpulan  dalam tulisan ini bahwa paradigma resolusi konflik dan studi agama yang ditawarkan oleh  Amin Abdullah, berawal dari kegelisahan akademik beliau ketika melihat  pemahaman keagamaan yang terlalu kaku dan cendrung terjebak pada intepretasi skriptual-tekstual. Menurut pendapat penulis, yang diinginkan oleh. Amin Abdullah berkaitan dengan wacana  multikultur, dan pluralisme, harus menjadi pandangan dunia bagi para pemimpin agama ketika menjadi pelayan umat di ranah publik

    PARADIGMA RESOLUSI KONFLIK DAN STUDI AGAMA DALAM PEMIKIRAN AMIN ABDULLAH

    No full text
    Tulisan ini hendak menjelaskan melihat bagaimana paradigma resolusi konflik dan studi agama dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan pertama, penulis menjelaskan pengertian resolusi konflik dan perkembangan studi agama-agama. Pada pembahasan kedua, penulis menjelaskan paradigma resolusi konflik dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan ketiga, penulis akan mengkaji paradigma studi agama dalam perspektif. Amin Abdullah. Kesimpulan  dalam tulisan ini bahwa paradigma resolusi konflik dan studi agama yang ditawarkan oleh  Amin Abdullah, berawal dari kegelisahan akademik beliau ketika melihat  pemahaman keagamaan yang terlalu kaku dan cendrung terjebak pada intepretasi skriptual-tekstual. Menurut pendapat penulis, yang diinginkan oleh. Amin Abdullah berkaitan dengan wacana  multikultur, dan pluralisme, harus menjadi pandangan dunia bagi para pemimpin agama ketika menjadi pelayan umat di ranah publik.Tulisan ini hendak menjelaskan melihat bagaimana paradigma resolusi konflik dan studi agama dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan pertama, penulis menjelaskan pengertian resolusi konflik dan perkembangan studi agama-agama. Pada pembahasan kedua, penulis menjelaskan paradigma resolusi konflik dalam perspektif Amin Abdullah. Pada pembahasan ketiga, penulis akan mengkaji paradigma studi agama dalam perspektif. Amin Abdullah. Kesimpulan  dalam tulisan ini bahwa paradigma resolusi konflik dan studi agama yang ditawarkan oleh  Amin Abdullah, berawal dari kegelisahan akademik beliau ketika melihat  pemahaman keagamaan yang terlalu kaku dan cendrung terjebak pada intepretasi skriptual-tekstual. Menurut pendapat penulis, yang diinginkan oleh. Amin Abdullah berkaitan dengan wacana  multikultur, dan pluralisme, harus menjadi pandangan dunia bagi para pemimpin agama ketika menjadi pelayan umat di ranah publik

    Relevansi Anarki Epistemologis Paul Fayerabend Bagi Studi Agama

    No full text
    The development of science is a complex process of individual creativity. Because of that science should not be described or regulated by any form of regulation or legal system. To resist attempts to curb the science in  formal and rigid forms, Paul Feyerabend offers two things, namely that replicates the principles and the principle of anything goes. The principle of the development means, we do not work in a system of thought life forms and the single institutional framework. Instead, we should put pluralism as a theory and methodology, systems of thought and forms of life within the institutional framework. And the principle of freedom anything goes (anything goes), means freeing all forms of a trip is, without much bound by a system. Feyerabend thought it quite well practiced in religious studies because they could create an understanding that is not stuck to the approach dogmatic and ideological. The plurality of approaches when assessing religions is richness to create a wide variety of religious studies approaches.Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan proses kreativitas individual yang kompleks. Karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh diterangkan atau pun diatur oleh segala macam bentuk  peraturan maupun  sistem hukum yang berlaku. Untuk melawan upaya mengkooptasikan ilmu pengetahuan dalam bentuk-bentuk baku yang formal dan rigid, Paul Fayerabend menawarkan dua hal, yaitu prinsip pengembangbiakkan dan prinsip apa saja boleh. Prinsip pengembangan maksudnya, kita tidak bekerja dalam suatu sistem pemikiran bentuk-bentuk kehidupan dan kerangka institusional yang tunggal. Tetapi sebaliknya, kita seharusnya menempatkan pluralisme sebuah teori dan metodologi, sistem-sistem pemikiran dan bentuk-bentuk kehidupan dalam kerangka institusional. Dan Prinsip kebebasan apa saja boleh (anything goes), maksudnya membebaskan segala bentuk sebuah perjalanan apa adanya, dengan tanpa banyak terikat oleh sebuah sistem. Pemikiran Fayerabend ini cukup baik dipraktikkan dalam studi agama karena dapat melahirkan pemahaman yang tidak  terjebak pada pendekatan  yang bersifat dogmatis dan ideologis. Pluralitas dalam berbagai pendekatan ketika mengkaji agama merupakan kekayaan tersendiri untuk menciptakan berbagai macam pendekatan studi agama

    Relevansi Anarki Epistemologis Paul Fayerabend Bagi Studi Agama

    No full text
    The development of science is a complex process of individual creativity. Because of that science should not be described or regulated by any form of regulation or legal system. To resist attempts to curb the science in  formal and rigid forms, Paul Feyerabend offers two things, namely that replicates the principles and the principle of anything goes. The principle of the development means, we do not work in a system of thought life forms and the single institutional framework. Instead, we should put pluralism as a theory and methodology, systems of thought and forms of life within the institutional framework. And the principle of freedom anything goes (anything goes), means freeing all forms of a trip is, without much bound by a system. Feyerabend thought it quite well practiced in religious studies because they could create an understanding that is not stuck to the approach dogmatic and ideological. The plurality of approaches when assessing religions is richness to create a wide variety of religious studies approaches.Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan proses kreativitas individual yang kompleks. Karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh diterangkan atau pun diatur oleh segala macam bentuk  peraturan maupun  sistem hukum yang berlaku. Untuk melawan upaya mengkooptasikan ilmu pengetahuan dalam bentuk-bentuk baku yang formal dan rigid, Paul Fayerabend menawarkan dua hal, yaitu prinsip pengembangbiakkan dan prinsip apa saja boleh. Prinsip pengembangan maksudnya, kita tidak bekerja dalam suatu sistem pemikiran bentuk-bentuk kehidupan dan kerangka institusional yang tunggal. Tetapi sebaliknya, kita seharusnya menempatkan pluralisme sebuah teori dan metodologi, sistem-sistem pemikiran dan bentuk-bentuk kehidupan dalam kerangka institusional. Dan Prinsip kebebasan apa saja boleh (anything goes), maksudnya membebaskan segala bentuk sebuah perjalanan apa adanya, dengan tanpa banyak terikat oleh sebuah sistem. Pemikiran Fayerabend ini cukup baik dipraktikkan dalam studi agama karena dapat melahirkan pemahaman yang tidak  terjebak pada pendekatan  yang bersifat dogmatis dan ideologis. Pluralitas dalam berbagai pendekatan ketika mengkaji agama merupakan kekayaan tersendiri untuk menciptakan berbagai macam pendekatan studi agama
    corecore