38 research outputs found

    Identifikasi dan Prevalensi Cacing Tipe Strongyle pada Babi di Bali

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung prevalensi spesies cacing pada babi di Bali yang memiliki bentuk telur yang sama yaitu bentuk tipe strongyle. Sebanyak 240 sampel feses babi yang berasal dari peternakan babi yang tersebar di seluruh wilayah Bali telah diperiksa menggunakan modifikasi dari metode Roberts dan O’Sullivan yaitu kultur feses yang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% babi di Bali terinfeksi cacing type strongyle. Setelah dilakukan kultur feses, teridentifikasi dua jenis cacing yaitu Hyostrongylus rubidus dan Oesophagostomum dentatum dengan prevalensi masing-masing yaitu  41,25% dan 47,5%

    Aktivitas Aalanine Transaminase dan Aspartate Transaminase pada Babi yang Terdeteksi Sistiserkosis Secara Serologi

    Get PDF
    Sistiserkosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh larva (cysticercus) cacing pita. Sistiserkosis pada babi disebabkan oleh Cysticercus Taenia solium yang berparasit pada otot, hati, otak, dan mata babi. Bentuk dewasanya ada dalam usus manusia, disebut T. solium. Babi juga dapat terinfeksi Cysticercus T. hydatigena yang berparasit pada hati, peritoneum, omentum dan mesenterium. Bentuk dewasanya, T. hydatigena, berparasit pada usus anjing. Cysticercus yang berkembang pada hati babi menyebabkan kerusakan hati. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan nilai biokimia darah pada babi yang secara serologis terdeteksi sistiserkosis dengan yang tidak terdeteksi. Paramater yang diamati meliputi aktivitas enzim alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase (AST). Deteksi serologi sistiserkosis dilakukan dengan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), menggunakan antigen glikoprotein; aktivitas enzim ALT dan AST diperiksa dengan uji spektrofotometri UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ALT pada babi yang positif terdeteksi sistiserkosis adalah 57,7 + 4,96 µ/l dan untuk babi yang negatif adalah 53,6 + 3,71 µ/l. Nilai AST pada babi yang positif terdeteksi sistiserkosis adalah 53,8 + 13,38 µ/l dan untuk babi yang negatif adalah 52,7 + 12,01 µ/l. Pada penelitian ini, walaupun masih dalam rentang nilai normal, tampak rataan nilai ALT dan AST pada babi yang terdeteksi sistiserkosis lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terdeteksi

    Seroprevalence and detection of H5N1 avian influenza virus in local chickens in Tabanan Regency, Bali, Indonesia

    Get PDF
    Aim: Avian Influenza (AI) is a zoonotic disease that causes death in poultry and humans. Monitoring the virus needs to be carried out continuously to prevent outbreaks of the disease. Seroprevalence and detection of H5N1 and H9N2 AI virus antigen were intended to monitor the presence of viruses in local chickens in Tabanan, a Regency of the Indonesian island Province of Bali. The research aims were to detect the presence of H5N1 AI virus, and to know the distribution of this virus in Tabanan Regency. Materials and Methods: Research located in six districts of Tabanan regency namely Baturiti, Penebel, Marga, Kediri, Tabanan, and Kerambitan. A total of 1,398 local chickens that never been vaccinated with AI were randomly sampled in this study. The samples collected were serum, cloacal and tracheal swabs. Serum samples were tested with hemagglutination inhibition (HI) assay. While samples of cloacal and tracheal swabs were isolated in 9-day-old germinated chicken eggs, followed by hemagglutination assay and RT-PCR test using H5N1 and H9N2 primers. Results: AI seroprevalence in local chickens in Tabanan Regency was 1% with the distribution in each district as follows; Penebel 1.6%, Kerambitan 1.2%, Marga 1%, while Tabanan, Kediri, and Baturiti 0.7% each. H5N1 AI virus was detected in 11 samples,  i.e. five in Marga district and three in Penebel district, two in Kediri, and one in Tabanan, while the H9N2 AI virus was not detected. Conclusion: These results indicate that H5N1 AI virus may still circulate in local chickens in Tabanan Regency, Bali

    Peranan Pemangku Kepentingan dalam Pengendalian Rabies dengan Pendekatan One Health Terintegrasi di Bali

    Get PDF
    Bali sejak 2008 mengalami kasus rabies dan saat ini menjadi daerah endemis rabies. Berbagai cara telah dilakukan untuk pengendaliannya namun kasusnya masih tetap ada. Diperlukan pendekatan one health yang berkolaborasi antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tantangan program, peranan pemangku kepentingan dalam pengendalian rabies dan upaya pendekatan one health yang terintegrasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui tantangan program, peranan pemangku kepentingan dan pendekatan one health terintegrasi. Informan dipilih sesuai dengan kebutuhan peneliti. Hasil penelitian menunjukan tantangan dalam pelaksanaan program pada sistem pendataan masih kurang, vaksinasi anjing belum optimal, cara memelihara anjing yang masih diliarkan, program kontrol populasi, manajemen kasus gigitan anjing belum terpadu, edukasi masih rendah, partisipasi masyarakat yang rendah. Perlu peranan dari semua pemangku kepentingan untuk pengendalian rabies. Program pengendalian rabies dapat terlaksana dengan baik apabila mampu mengurangi kesenjangan yang terjadi. Masing-masing kelompok pemangku kepentingan berperan dalam program pengendalian rabies. Melalui pendekatan one health yang terintegrasi dilaksanakan kegiatan yang berkolaborasi dalam surveilan epidemiologi, manajemen kasus gigitan terpadu, manajemen hewan penular rabies dan faktor sosial-budaya-ekologi lingkungan

    The Seroprevalence of Toxoplasma gondii in Cats at the House of Maternal Women with Toxoplasmosis in Badung, Indonesia

    Get PDF
    Toxoplasmosis is a zoonotic disease caused by infection with the parasite called Toxoplasma gondii (T. gondii). The health and social impacts of the infectionare enormous, including miscarriage, hydrocephalus, blindness, and mental retardation. The occurrence of toxoplasmosis in maternal women cannot be se parated from cats around their houses. This study aimed to determine the seroprevalence of the parasite in cats found in the human carriers residences and identify the risk factors of toxoplasmosis in maternal women in Badung District, Bali Province, Indonesia. A total of 80 cat serum samples were obtained from two residential groups, 40 from the housing where the maternal women were infected and another 40 from where there were no identified sufferers of the disease. All the samples were examined using the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method to detect the presence of antibodies T. gondiiin feralcat serum. The results showed that 47.5% of the examined subjects had the said antibodies. As much as 65% came from housing with cases of toxoplasmosisin maternal mothers, and 30% came from residences with none. The presence of feral cats is a major risk factor for the transmission of T. gondiito humans

    THE KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF THE COMMUNITY IN SIBANGKAJA VILLAGE, BADUNG, REGARDING THE RABIES INCIDENT

    Get PDF
    Background: The challenges in overcoming the rabies epidemic include the public's lack of knowledge and attitudes regarding the control and first aid in dog bites. Sibangkaja is one of the villages in Badung Regency, which is an endemic area for rabies. Purpose: This study aimed to describe the knowledge, attitudes, and factors influencing the behavior of the residents of Sibangkaja Village, Badung, regarding rabies. Methods: This descriptive observational study was carried out using a cross-sectional design. The samples were 250 residents of Sibangkaja Village, taken by convenience sampling. Data were collected from February to March 2020 through interviews using the digital questionnaire. The variables were knowledge and community attitudes toward rabies vaccination in the village. Results: The results showed that the respondents' knowledge was good, but 34% did not know the symptoms of rabies. It was discovered that attitudes toward rabies prevention and management are significantly more in favor of vaccination than eliminating dogs. Furthermore, there is an association between knowledge and dog ownership on people's attitudes (p-value=0.01). Conclusion: Information and education about the symptoms of rabies is needed for residents to exercise caution and pay more attention to themselves and the surrounding dogs. Results: The results showed that the respondents' knowledge of rabies was good, but 34% of the people of Sibangkaja Village did not know the symptoms of rabies. Attitudes toward rabies prevention and management are largely in favor of vaccination than elimination of dogs. Conclusion: Information and education is needed regarding the symptoms of rabies so that residents are able to be careful and pay more attention to themselves and the dogs around them

    OVICIDAL EFFECT WUDANI LEAF EXTRACT AGAINST EGGS FASCIOLA GIGANTICA WORM BY IN-VITRO

    Get PDF
    Bali cattle is a source of meat that has high economic value. One endoparasite disease that attacks cattle and very detrimental to farmers is Fascioliasis caused by Fasciola gigantica worm. This study aims to determine the ovicidal effect of the extract of wudani leaf against Fasciola gigantica worm eggs in-vitro and determine the effective dose of it. This study used a completely randomized design (CRD) consist of 4 treatments, each treatment consisted of 5 replicates so that the number of samples are 20 observations. Obtained data were tested with Analyze of Variant followed by Duncan's Multiple Range Test. The results of the study at day 10 indicated the ovicidal effect wudani leaf extract to doses 0,24mL / 40 NaCl physiological and dose 0,48mL /40 physiological NaCl was higher than the dose 0,12mL / 40 Physiological NaCl (P 0.01), while the results at day 30 showed a significant result that the dose 0,48mL / 40mL physiological NaCl was higher than the dose 0,24mL / 40mL physiological NaCl, the dose 0,12mL / 40mL physiological NaCl and control (P <0.01)

    Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu -19oc

    No full text
    Daging merupakan salah satu bahan makanan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, karena di dalam daging mengandung nilai gizi yang tinggi, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan air. Penyimpanan di bawah titik beku merupakan salah satu cara pengawetan daging yang banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan kadar-kadar gizi pada daging wagyu dan daging sapi bali meliputi kadar protein, lemak, karbohidrat dan kadar air pada penyimpanan di bawah titik beku selama 25 hari. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x6.  Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein, lemak, karbohidrat, dan kadar air daging Wagyu dengan daging sapi bali selama penyimpanan suhu beku berbeda nyata (P0,05) antara jenis daging sapi wagyu dan daging sapi bali dengan lama penyimpanan pada suhu beku terhadap kadar protein dan kadar air daging sapi. Terjadi interaksi yang nyata (P<0,05) antara jenis daging sapi Wagyu dan daging sapi bali dengan lama penyimpanan pada suhu beku terhadap kadar lemak dan kadar karbohidrat daging sapi

    Kualitas Telur Asin Bermedia Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L) Berdasarkan Indeks Putih Telur, Kuning Telur, dan Haugh Unit

    No full text
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas telur asin yang dibuat menggunakan kulit buah manggis ditinjau dari Indeks Putih Telur (IPT), Indeks Kuning Telur (IKT), dan Haugh Unit (HU). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua media dalam pembuatan telur asin. Perlakuan pertama menggunakan media batu bata dan perlakuan yang kedua menggunakan media kulit buah manggis. Masing-masing perlakuan mendapatkan jumlah telur yang sama yaitu 12 butir telur itik dengan umur 1 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Setiap pengamatan diulang sebanyak tiga kali. Nilai IPT menggunakan media kulit buah manggis adalah 0.07, 0.067, 0.052, 0.051 pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. Nilai IPT menggunakan media batu-bata adalah 0.069, 0.037, 0.031, 0.026 pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Nilai IKT menggunakan media kulit buah manggis adalah 0.470, 0.790, 0.850, 0.780 pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. Nilai IKT menggunakan media batu-bata adalah 0.420, 0.633, 0.831, 0.777 pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Nilai HU menggunakan media kulit buah manggis adalah 86.797, 87.110, 88.270, 87.157 pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. Nilai HU menggunakan media batu-bata adalah 86.830, 87.353, 87.817, 87.927 pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Hasil penelitian menunjukkan nilai IPT telur asin kulit buah manggis (P0,05). Dapat disimpulkan bahwa media kulit buah manggis dapat digunakan sebagai media pembuatan telur asin
    corecore