11 research outputs found

    Nilai Ekonomi Ternak Domba St. Croix dan Domba Garut Pada Pemeliharaan Intensif : The Economic Value of St. Croix Sheep and Garut Sheep In Intensive Rearing System

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak Bogor, pada tahun 2018. Penelitian dengan menggunakan dua jenis domba St.Croix dan domba Garut, yang dipelihara dengan cara intensif. Masing-masing jenis domba ditempatkan dikandang yang terpisah dengan pemberian pakan konsentrat dan hijauan secara ad libitum. Data primer dan data sekunder yang terkumpul kemudian di analisis dengan cara diskriftif, kuantitatif dan nilai ekonomi pada masing-masing jenis domba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi domba St.Croix dan domba Garut pada pemeliharaan intensif. Hasil penelitian pada usaha budidaya domba St. Croix sebesar Rp 43.129.800,- B/C sebesar 1,02. Keuntungan domba Garut sebesar Rp.44.880.600,- dan nilai B/C 1,03. Secara ekonomi dan kelayakan finansalnya pada usaha budidaya domba di kandang percobaan Bogor layak untuk dikembangkan dan disebarluaskan kepada masyarakat atau peternak

    Laju Pertumbuhan Domba Komposit Sumatera Unit Pengelolaan Benih Sumber

    Get PDF
    Balai Penelitian Ternak telah menghasilkan rumpun domba hasil pemuliaan yang untuk sementara sebelum dilepas, diberi nama “domba komposit Sumatera” dengan produktivitas lebih baik dibandingkan dengan domba lokal dan mempunyai daya adaptasi yang cukup baik pula. Pengamatan dilakukan di Kandang Percobaan Ternak Domba, Balai Penelitian Ternak, Bogor dengan jumlah ternak yang diamati sebanyak 154 ekor. Ternak diberi pakan rumput gajah dan konsentrat GT03, serta diberi air minum dan ternak ditimbang setiap bulan. Variabel yang diamati adalah performans pertumbuhan prasapih yang meliputi bobot lahir, bobot sapih dan bobot pascasapih sampai umur dua tahun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata bobot lahir anak domba Komposit Sumatera UPBS sebesar 2,19±0,41 kg dan bobot sapih 11,20±3,00 kg. Hasil analisis berdasarkan jenis kelamin untuk bobot lahir dan bobot sapih menunjukkan bahwa domba Komposit Sumatera UPBS jantan tidak berbeda nyata dengan domba betina (P>0,05). Untuk tipe kelahiran, bobot lahir memberikan hasil yang berbeda nyata (P0,05). Rata-rata pertambahan bobot harian (PBBH) periode prasapih sebesar 100,11±28,78 g/hari. Bobot badan lepas sapih sampai umur dua tahun domba jantan nyata berbeda dengan domba betina (P0,05), sedangkan di atas 18 bulan memberikan hasil yang nyata (

    ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK SAPI POTONG BERBASIS AGROEKOSISTEM DI INDONESIA

    Get PDF
    Konversi lahan untuk pengembangan usaha pertanian dapat menyediakan hijauan pakan ternak yang berkualitas baik. Pendapatan peternak dapat dipengaruhi oleh jumlah ternak yang dipelihara dan manajemen yang baik, artinya semakin banyak ternak yang dipelihara akan semakin besar keuntungan yang dipeloreh. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahi analisis ekonomi usaha sapi potong berbasis agroekosistem di Indonesia. Pengembangan usaha ternak sapi potong dapat dilakukan dengan cara penggemukan dan pembibitan. Potensi ketersediaan hijauan pakan ternak dari berbagai sumber dengan rataan produksi bahan kering sekitar 28.42 ton/ha/tahun, jumlah produksi bahan kering sekitar 58.048.233 ton. Potensi tersebut belum termasuk dari sumber hijauan ternak, dari lahan perkebunan, kehutanan dan lainnya. Ketersediaan hijauanpakan ternak merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasilan usaha sapi potong. Keuntungan bersih petani sapi potong skala 4-6 ekor/petani sekitar Rp.1.048.066/tahun/petani, nilai B/C ratio 0.17, keuntungan bersih petani sapi potong PO jantan skala 3 ekor/petani sebesar Rp.5.464.000/ tahun/petani nilai B/C ratio 1.3 , dan, keuntungan bersih petani sapi potong skala 7-10 ekor/petani sebesar Rp.3.705.159/tahun/petani, sapi potong secara sosial memiliki nilai ekonomi yang cukup baik bagi petani

    Production response of Etawah cross breed (PE) doe due to improvement of feeding management during late pregnancy and lactation period

    Get PDF
    An experiment was caried out to study the protein requirement for Etawah cross breed. Thirty Etawah cross breed does were used in this study (average body weight 37.6+3.5 kg) and randomized to obtain one of three treatments. The treatments were the protein content of concentrate supplement. The protein levels were R1 (CP 16%), R2 (CP 22%) and R3 (CP 26%). The concentrate supplements were offered during late pregnancy and early (first 3 months) lactation period. The study showed that dry matter intake during pregnancy and early lactation period was not affected by treatments. The highest average daily gain during late pregnancy reached by R3 (66.45 g/day) which was not significantly different with R2 (61.9 g/day) and R1 (48.8 g/day). The highest total birth weight per does was achieved by R2 (6.05 kg). Average daily milk production was not affected by treatment. The production at first week of lactation was 1,044.5 g/day and decreased to 466.7 g/day in week 11. R2 produced the highest average daily gain (107.8 g/day) preweaning per does, while R1 and R3 was 84 and 84.4 g/day, respectively.   Key words : Etawah cross breed (PE), pregnancy period, lactation period, protein level

    Opportunity of Using Feather Meal for Ruminant Feed Stuff

    Get PDF
    Feather, a waste product of chicken is a potencial protein source for animal feeds. The average production of feather is 6% of the life weight of the chicken. Broiler population in Indonesia in 2003 was 917,707,000; for DKI area was 1,360,000 while for West Java was 308,021,118. Research results indicate that chicken were slaughtered at 35 day of age with the range of body weight of 1 to 2.2 kg. The number of broiler slughtered every month in Jakarta is 4,679,500 head, resulted in feather of 350 ton/month while for Bogor area the number of slaughtered broiler is 1,255,000 head/month, produce feather of 135 ton/month. Feather meal can be used as protein source in ruminant feed as much as 40%. Key words: Feather meal, crude protein, ruminant feed stuf

    Integration of sheep and corn in rural agriculture in Indonesia

    Get PDF
    The aim of the study was to determine the integration of sheep and corn in rural agriculture in Indonesia. The research was conducted in Serang District, Banten Province in 2021. The research respondents were sheep farmers as well as corn farmers. The number of research respondents as many as 58 people. Methods of collecting data were desk study, survey, and Focus Group Discussion (FGD). Data were analyzed by quantitative descriptive and economical analysis. The results showed that the integration of sheep and corn was stated to be quite good, but it needed institutional support from farmers and the government to facilitate the development of integration of sheep and corn. The development of integration of sheep and corn is focused on meeting the needs of aqiqah and qurbani. Through this integration system, the farmer's profit is Rp. 3,415,000/sheep. The conclusion of the study is that the sheep and corn integration system is feasible for development

    KONTRIBUSI USAHA PERTANIAN DAN TERNAK DOMBA: PENAMBAHAN NILAI EKONOMI PENDAPATAN PETERNAK

    No full text
    Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui mengetahui kontribusi usaha pertanian dan ternak domba: analisis ekonomi pendpatan peternak. Penelitian dilakukandi Desa Curacap Kecamatan Ciracap kabupaten Sukabumi Propini Jawa Barat pada tahun 2020. Penelitian menggunakan metoda survei dengan teknik wawancara dan pengisian kuisioner terhadap 25 responden. Data primer dan data sekunder di analisis secara deskriptif, kantitatif dan analisis ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan rataankeuntungan peternak usaha padi sebesar Rp.5.562.200/produksi dengan nilai R/C sebesar 1,53, keuntungan peternak usaha jagung peternak sebesar Rp.1.722.875/produksi dengan nilai R/C ratio 1.33, dan keuntungan peternak usaha domba sebesar Rp.2.289.000/tahun dan nilai nilai R/C sebesar 1,24. Kontribusi usaha pertanian dan domba rataan  nilai R/C>1, kesimpulannya bahwa, kontribusi  usaha padi, jagung dan domba ecara ekonomi layak untuk dilanjutkan kembali usahanya. Dukungan harga produksi pertanian dan ternak terhjamin dan disesuiuaikan dengan kondisi harga pasar, sehingga peternak tidak merasa dirugikan dengan harga jual hasil pertanian dan ternak. Peluang usaha tanaman pangan dan domba semakin mendatangkan keuntungan, apabila diusahakan dengan manajemen yang bai

    Manajemen Strategis Usaha Peternakan Melalui Metode Force Field Analysis dan Rekomendasi Kebijakan

    No full text
    ABSTRAK Manajemen strategis difokuskan pada proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan, perencanaan untuk mencapai sasaran, mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan, serta merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Penelitian bertujuan untuk memproyeksikan manajemen strategis usaha peternakan melalui metoda force field analysis: melalui rekomendasi kebijakan. Penelitian dilakukan di Peternakan Al-Fatih yang merupakan peternakan semi modern dengan sistem syari’ah di Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur. Data diperoleh dengan cara Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) dengan narasumber utama (key informan). Analisis data menggunakan metode Force Field Analysis (FFA) berdasarkan faktor pendorong (D) dan faktor penghambat (H). Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor pendorong pengembangan subsektor peternakan ialah bibit murah dan kualitas genetik bagus, adaptasi bibit terhadap kondisi lingkungan, transparan dan kepercayaan mitra, harga penjualan stabil, potensi eduwisata dan unit pengolahan limbah, serta rekrutmen tenaga kerja muda, sedangkan faktor penghambat pengembangan subsektor peternakan ialah Sumber Daya Manusia (SDM) peternak mitra, modal usaha, daging impor dan sapi bakalan impor, penyakit ternak, dan belum memiliki unit bisnis pengolahan. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa faktor pendorong (D) memiliki nilai lebih kecil jika dibandingkan dengan faktor penghambat (H), maka rekomendasi kebijakan yang diusulkan ialah menguatkan sistem agribisnis peternakan menuju sistem agroindustri peternakan.Kata Kunci: faktor pendorong, faktor penghambat, agribisnis, agroindusri, peternakan sya’riahStrategic Management of Livestock Business Through Force Field Analysis Method and Policy RecommendationsABSTRACT Strategic management is focused on the process of setting organizational goals, developing policies, planning to achieve goals, allocating resources for implementing policies, and planning for achieving organizational goals. The research aims to project the strategic management of livestock business through force field analysis method: through policy recommendations. The research was conducted at Al-Fatih Farm, which is a semi-modern farm with the syari'ah system in Bondowoso Regency, East Java Province. Data obtained by means of Focus Group Discussion (FGD) and in-depth interviews (with key informants). Data analyzed by Force Field Analysis (FFA) method based on driving factors (D) and inhibiting factors (H). The results showed that the driving factors for the development of the livestock subsector were cheap breed and good genetic quality, adaptation of breed to environmental conditions, transparency and partner trust, stable selling prices, potential for education farm and waste treatment unit, and recruitment of young workers, while the inhibiting factor for the development of the livestock subsector was Human Resources (HR) of partner farmers, business capital, imported meat and imported beef cattle, livestock diseases, and do not yet have a processing business unit. The conclusion of the research shows that the driving factor (D) has a greater value when compared to the inhibiting factor (H). The proposed policy recommendation is to strengthen the livestock agribusiness system towards the livestock agro-industrial system.Keywords: driving factors, inhibiting factors, agribusiness, agroindustry, sya'riah livestoc

    Production response of Etawah cross breed (PE) doe due to improvement of feeding management during late pregnancy and lactation period

    No full text
    An experiment was caried out to study the protein requirement for Etawah cross breed. Thirty Etawah cross breed does were used in this study (average body weight 37.6+3.5 kg) and randomized to obtain one of three treatments. The treatments were the protein content of concentrate supplement. The protein levels were R1 (CP 16%), R2 (CP 22%) and R3 (CP 26%). The concentrate supplements were offered during late pregnancy and early (first 3 months) lactation period. The study showed that dry matter intake during pregnancy and early lactation period was not affected by treatments. The highest average daily gain during late pregnancy reached by R3 (66.45 g/day) which was not significantly different with R2 (61.9 g/day) and R1 (48.8 g/day). The highest total birth weight per does was achieved by R2 (6.05 kg). Average daily milk production was not affected by treatment. The production at first week of lactation was 1,044.5 g/day and decreased to 466.7 g/day in week 11. R2 produced the highest average daily gain (107.8 g/day) preweaning per does, while R1 and R3 was 84 and 84.4 g/day, respectively
    corecore