Changes in the 2017 Pediatric Hypertension Clinical Guidelines.

The clinical practice guidelines on diagnosis and management of high blood pressure in children and adolescents have been periodically modified and updated since the original publication in 1977.1 Since the last pediatric blood pressure guideline was published in 2004, known as the Fourth Report,2 the literature on child BP and hypertension has expanded considerably. There has been a recognized need to update the Fourth Report for several years. However, the National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) who sponsored previous pediatric BP guidelines announced that NHLBI would no longer sponsor development of new clinical guidelines.3 Subsequently, in 2014 the American Academy of Pediatrics (AAP) agreed to sponsor development of a new pediatric BP clinical practice guideline (CPG). The new CPG for screening and management of high BP in children and adolescents was recently published in Pediatrics.4 This CPG was developed using the rigorous evidence-based approach recommended by the Institute of Medicine in 2011.5 This methodology was consistent with recent NHLBI recommendations on development of CPGs for cardiovascular disease.3 The new pediatric hypertension CPG contains several modifications from the previous guideline to guide clinicians in diagnosis and management of elevated BP and hypertension in children and adolescents. This summary describes those changes made since the 2004 Fourth Report

Understanding Health Plan Types: What\u27s in a Name?

Every year, many employers conduct an open season to let employees select or change their medical plans. Several factors may affect their selection, including choice of care provider and shared cost. Employees can sort out some of these distinctions by identifying the type of plan, but some plan names are unclear, such as “standard medical,” “basic medical,” and “traditional medical plan.” Can employees guess plan types based on such names? Even more specific names like “preferred plan” and “pointof-service plan” might not tell how the plan works. Plan names may reveal some, but not complete, information. If it’s an indemnity plan, what kind? Is that HMO traditional, or open-access? With many plan names so vague, how can we figure out their type? Since the Bureau of Labor Statistics (BLS) began reporting on medical plans over 30 years ago, it has identified them by type. Of course, plans have changed quite a bit in 30 years. Today, BLS classifies medical plans into six types: Fee-for-service plan. A plan that gives participants the same reimbursement no matter what hospital or care provider they choose. Preferred provider organization. A plan that contracts with medical providers, such as hospitals and doctors, to create a network. Patients pay less if they use providers who belong to the network, or they can use providers outside the network for a higher cost. Exclusive provider organization. A plan comprising groups of hospitals and doctors that contract to provide comprehensive medical services. Patients receive coverage only for services from those providers (except in an emergency). Point-of-service plan. Such plans typically have differing coverage levels, based on where service occurs. For example, the plan pays more for service performed by a limited set of providers, less for services in a broad network of providers, and even less for services outside the network. Health maintenance organization. A plan that provides prepaid comprehensive medical care. HMOs both insure and deliver services, and patients usually live within a limited area and must get their nonemergency services within the network (except in an emergency). Open-access HMO. An HMO that covers nonemergency care outside its network for an extra cost. This issue of Beyond the Numbers explores how the BLS National Compensation Survey (NCS) uses plan features to identify these six medical plan types

The Childhood Role in Development of Primary Hypertension.

Primary hypertension is not just an adult disorder. Current US population data on children and adolescents demonstrate a prevalence of elevated blood pressure (BP) and hypertension combined of over 10%. Recent reports from prospective cohort studies describe an association of high BP in childhood with hypertension in young adulthood. Excess adiposity is strongly associated with higher BP in childhood and increases risk for hypertension in adulthood. In addition to overweight/obesity, other exposures that raise the risk for high BP include low birthweight, dietary sodium, and stress. Using intermediate markers of cardiovascular injury, studies on hypertensive children report findings of cardiac hypertrophy, vascular stiffness, and early atherosclerotic changes. Impaired cognitive function has also been demonstrated in hypertensive children. Recent advances in clinical and translational research support the concept that the evolution of primary hypertension begins in childhood

PERILAKU PENDERITA TB DALAM MEMPROTEKSI PENULARAN TB PADA ANAK DI LIMA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG

Kasus TB di Kota Semarang mengalami peningkatan dari 1.054 kasus (2014) menjadi 1.136 kasus (2015). Kota Semarang merupakan salah satu kota/kabupaten dengan kasus TB anak tertinggi di Jawa Tengah.Proporsi kasus TB anak di Kota Semarang tahun 2016 sebesar 16%. Angka ini menunjukkan bahwa kasus TB anak di Kota Semarang melampaui batas maksimal yang telah ditentukan, yaitu 13%. Faktor risiko utama tuberkulosis pada anak karena adanya kontak erat antara anak dengan penderita TB BTA positif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku penderita TB dalam memproteksi penularan TB pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik proporsive sampling yaitu sebesar 37 penderita TB. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Mayoritas responden tergolong usia produktif (64,9%), berjenis kelamin laki-laki (54,1%), memiliki pendidikan terakhir SMP/sederajat (51,4%), tidak bekerja (32,4%), dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik terkait TB (56,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p=0,033), persepsi kerentanan (p=0,033), persepsi keseriusan (p=0,020), persepsi manfaat (p=0,014), persepsi rintangan (p=0,014), efikasi diri (p=0,031), dan dukungan lingkungan (p=0,002) berhubungan dengan perilaku proteksi penularan TB pada anak. Sedangkan variabel usia (p=0,953), jenis kelamin (p=0,402), pendidikan terakhir (p=0,986), dan pekerjaan (p=0,588) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku proteksi penularan TB pada anak Kata Kunci: Perilaku Proteksi, Penularan TB, TB ana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KLAIM NASABAH PRODUK ASURANSI YANG DIKAITKAN DENGAN INVESTASI (PAYDI)

Tulisan ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap klaim nasabah produk investasi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau yang lebih dikenal dengan unit link, mengingat hingga saat ini masih banyak terjadi kegagalan klaim yang diajukan oleh nasabah atas produk tersebut. Hal ini terjadi karena rendahnya pemahaman nasabah atas risiko produk unit link serta minimnya informasi yang disampaikan perusahaan asuransi saat menawarkan produknya. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap klaim nasabah Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI)? dan bagaimana upaya hukum yang dapat ditempuh oleh nasabah jika terjadi kegagalan pembayaran dalam klaim asuransi?. Artikel ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan pendekatan penelitian Perundang-Undangan dengan mengkaji peraturan-peraturan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam artikel ini

THE EFFECT OF TAX EXPENSE, BONUS MECHANISM, AND TUNNELING INCENTIVE TO TRANSFER PRICING DECISION WITH PROFITABILITY AS A MODERATING VARIABLE

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh beban pajak, mekanisme bonus, dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing pada perusahaan dan pengaruh profitabilitas sebagai variabel pemoderasi terhadap pengaruh tersebut. Data merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2020. Pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan jumlah perusahaan pertambangan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan dengan 70 data observasi untuk 5 tahun. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan Moderated Regression Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) beban pajak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan transfer pricing; (2) mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing; (3) insentif tunneling berpengaruh signifikan positif terhadap keputusan transfer pricing; (4) profitabilitas mampu memperkuat pengaruh beban pajak terhadap keputusan transfer pricing; (5) profitabilitas tidak mampu memperkuat pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan transfer pricing; (6) profitabilitas mampu memperkuat pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing. The objective of research is to obtain empirical evidence about the effect of tax expense, bonus mechanism, and tunneling incentive to transfer pricing decision in companies and the effect of profitability as a moderating variable towards that its effect. The data is secondary data obtained from the annual reports of listed mining companies on the Indonesia Stock Exchange 2016 – 2020. The sample selection used is purposive sampling method and the number of mining companies as sample in this research are 14 companies with 70 observation data for 5 years. The data analysis is linear multiple regression with Moderated Regression Analysis. The results shows that  (1) tax expense has a positive  significant effect to transfer pricing decision; (2) bonus mechanism doesn’t have  effect to transfer pricing decision; (3) tunneling incentive has a positive significant effect to transfer pricing decision; (4) profitability is able to strengthen  the effect of tax expense to transfer pricing decision; (5) profitability isn’t able to strengthen the effect of bonus mechanism tos transfer pricing decision; (6) profitability is able to strengthen  the effect of tunneling incentive to transfer pricing decision

PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG

Kampung Banceuy merupakan salah satu obyek daya tarik wisata budaya yang ada di Kabupaten Subang. Dengan kekayaan alam dan potensi wisata dalam kebudayaan yang dimiliki Kampung Banceuy merupakan salah satu aset yang harus dikelola dengan baik agar mampu memberikan kotribusi terhadap pendapatan daerah. Permasalahan yang dihadapi yaitu manajemen pengelolaan yang belum terencana dan terstruktur dengan baik. Selain itu kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang pariwisata yang menyebabkan pengelolaan Kampung Banceuy terhambat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pengelola dan memberikan upaya-upaya perbaikan terhadap pengelolaan Kampung Banceuy. Penelitian kualitatif analisis deskriptif. Populasi penelitian ini menggunakan social situation terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang ada di Kampung Banceuy. Hasil observasi ini peneliti menganalisa beberapa kendala yang dihadapi pengelola dengan aspek manajemen pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelakasanaan, pengawasan dan unsure-unsur manajemen yang mempengaruhinya yaitu men/women, materials, machines, methods, markets, dan money. Setelah itu peneliti memberikan saran dengan menyusun perbaikan pengelolaan yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM dan perencanaan strategis mengenai pengelolaan yang efektif dan efisien. Kata kunci: Kampung Banceuy, pengelolaan, wisata budaya