24 research outputs found
ANALISIS PENGETAHUAN CALON GURU KIMIA TENTANG PERALATAN LABORATORIUM DAN FUNGSINYA
Pembelajaran IPA berkaitan erat dengan cara mencari tahu (inkui- ri) tentang alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan. Hal tersebut diperoleh melalui keg- iatan praktikum. Namun, pelaksanaannya di lapangan memiliki beberapa kelemahan antara lain rendahnya pengetahuan guru tentang peralatan kimia dan fungsinya. Hasil penelitian ini menunjukkan calon guru kimia tidak dapat men- gidentifikasi peralatan laboratorium dan mengetahui fungsinya secara tepat. Kesalahan mahasiswa dapat diidentifikasi menjadi 5 kategori. Per- tama, sebagian mahasiswa mengetahui nama dan fungsinya namun tidak mengetahui gambar alat (tidak mengetahui wujudnya). Kedua, mengeta- hui nama tetapi tidak mengetahui fungsi dan gambar alat. Ketiga, tidak dapat menyebutkan nama dengan benar tetapi mengetahui fungsi dan gambar alat. Keempat, mengetahui nama dan gambar tetapi tidak menge- tahui fungsinya. Dan yang kelima, tidak mengetahui nama, fungsi maupun gambar alat. Pengetahuan mahasiswa yang kurang dapat dipengaruhi oleh jumlah peralatan dan bahan masih belum mancukupi, keterbatasan waktu praktikum dan perlunya proses pendampingan dari dosen pengam- pu praktikum
ANALISIS PENGETAHUAN CALON GURU KIMIA TENTANG PERALATAN LABORATORIUM DAN FUNGSINYA
Pembelajaran IPA berkaitan erat dengan cara mencari tahu (inkui- ri) tentang alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan. Hal tersebut diperoleh melalui keg- iatan praktikum. Namun, pelaksanaannya di lapangan memiliki beberapa kelemahan antara lain rendahnya pengetahuan guru tentang peralatan kimia dan fungsinya. Hasil penelitian ini menunjukkan calon guru kimia tidak dapat men- gidentifikasi peralatan laboratorium dan mengetahui fungsinya secara tepat. Kesalahan mahasiswa dapat diidentifikasi menjadi 5 kategori. Per- tama, sebagian mahasiswa mengetahui nama dan fungsinya namun tidak mengetahui gambar alat (tidak mengetahui wujudnya). Kedua, mengeta- hui nama tetapi tidak mengetahui fungsi dan gambar alat. Ketiga, tidak dapat menyebutkan nama dengan benar tetapi mengetahui fungsi dan gambar alat. Keempat, mengetahui nama dan gambar tetapi tidak menge- tahui fungsinya. Dan yang kelima, tidak mengetahui nama, fungsi maupun gambar alat. Pengetahuan mahasiswa yang kurang dapat dipengaruhi oleh jumlah peralatan dan bahan masih belum mancukupi, keterbatasan waktu praktikum dan perlunya proses pendampingan dari dosen pengam- pu praktikum
Synthesis and Structure Characterization of SiO2 from Petung Bamboo Leaf Ash (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne)
The Research about Synthesis and Characterization of SiO2 have been worked. We have synthesized Silica from “petung”bamboo leaf ash as SiO2 source. This step used sol gel methode. SiO2 were characterized by Fourier Transform Infra Red (FTIR) to investigated the stucture andX-Ray Diffaction to know about structure and crystallinity. FTIR spectra show peak at 617,22 cm-1 area that spesific for Si-H bond, peak at 786,96 cm-1and 1095,57 cm-1 area specific for Si-O-Si bonds. Difractogram of SiO2 show that there are peak at 2θ 21,99; 31,67 and 38,88 were specific for SiO2 that calcinated at 800oC, while for SiO2 that calcinated at 400oC there were no peak at 2θ 31,67 dan 38,88. That peaks not shown may be because low crystallinity of SiO2 that calcinated at 400oC. Calcination temperature greatly affects the crystallinity of SiO2.©2017 JNSMR UIN Walisongo. All rights reserved
Analisis Pengetahuan Calon Guru Kimia Tentang Peralatan Laboratorium Dan Fungsinya
Pembelajaran IPA berkaitan erat dengan cara mencari tahu (inkui- ri) tentang alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan. Hal tersebut diperoleh melalui keg- iatan praktikum. Namun, pelaksanaannya di lapangan memiliki beberapa kelemahan antara lain rendahnya pengetahuan guru tentang peralatan kimia dan fungsinya. Hasil penelitian ini menunjukkan calon guru kimia tidak dapat men- gidentifikasi peralatan laboratorium dan mengetahui fungsinya secara tepat. Kesalahan mahasiswa dapat diidentifikasi menjadi 5 kategori. Per- tama, sebagian mahasiswa mengetahui nama dan fungsinya namun tidak mengetahui gambar alat (tidak mengetahui wujudnya). Kedua, mengeta- hui nama tetapi tidak mengetahui fungsi dan gambar alat. Ketiga, tidak dapat menyebutkan nama dengan benar tetapi mengetahui fungsi dan gambar alat. Keempat, mengetahui nama dan gambar tetapi tidak menge- tahui fungsinya. Dan yang kelima, tidak mengetahui nama, fungsi maupun gambar alat. Pengetahuan mahasiswa yang kurang dapat dipengaruhi oleh jumlah peralatan dan bahan masih belum mancukupi, keterbatasan waktu praktikum dan perlunya proses pendampingan dari dosen pengam- pu praktikum
Pengaruh pH dan Tegangan Listrik dalam Elektrolisis Limbah Padat Baja (Slag Eaf) Sebagai Upaya Mereduksi Kandungan Logam Fe pada Limbah Padat Industri Galvanis
Galvanization is a metal coating process that is widely used in industry. The effects of this metal coating process are not entirely beneficial to society. The issue of pollution generated by the metal coating activity becomes very important. The objective of this research is to reduce Fe metal content from solid waste steel using electrolysis process with variation of pH of electrolyte solution and voltage. This research uses experimental method with test of metal content composition using X-Ray Flouresence, and Fe metal reduction using electrolysis process. This research activity used stainless steel plate as cathode and solid steel waste chunk as anode. Variations of pH of FeSO4.7H2O electrolyte solution used during electrolysis process are pH = 2, pH = 2.5, pH = 3, pH = 3.5 and pH = 4. Variation of electric voltage used is 3 volts, 6 volts, 9 volts and 12 volts. The result of purity level analysis of the initial Fe metal at anode was 84,48 %, while after electrolysis process there was an increase of metal purity attached to the cathode of 96,58 %. The result showed that the effect of pH variation of the electrolyte solution on the mass produced in the electrolysis process in the A1, A2, A3, A4 and A5 samples was 0,09; 0,07; 0,02; 0,02; and 0,02 g. The greater the concentration of H+ of the electrolyte solution the more mass produced. In variable voltage of electricity on samples A11, A21, and A31 mass produced that is equal to 0,14; 0,13; and 0,10 g. While the mass of A41 sample did not increase in the cathode produced during the electrolysis process. The greater the voltage used in the electrolysis process the greater the mass produced
Modifikasi Bentonit Menggunakan Surfaktan Kationik Benzalkonium Klorida
Bentonit alam yang telah dimodifikasi menjadi organobentonit dengan menggunakan surfaktakan kationik Benzalkonium Klorida sebagai agen penginterkalasi dengan berbagai variasi suhu. Material hasil sintesis diaplikasikan sebagai adsorben untuk penyerapan logam berat berupa ion logam Zn2+. Proses adsorpsi dilakukan dalam berbagai variasi kondisi yaitu pH dan waktu kontak. Hasil analisis XRD menunjukkan material bentonit yang telah dimodifikasi berhasil di sintesis, hal ini terlihat dari jarak antar lapis pada suhu 50˚C sebesar 15,06 Å, suhu 60˚C sebesar 16,76 Å dan suhu 70 ˚C sebesar 16,50 Å dibandingkan dengan bentonit alam sebesar 12,09 Å. Spektra FTIR menunjukkan serapan pita 2360 cm-1 yaitu adanya vibrasi C-N dan 1465 cm-1 adanya vibrasi N-H. Hal ini menunjukkan adanya garam ammonium kuartener yang di pada interlayer bentonit. Penentuan pH optimum dan waktu kontak pada saat adsorpsi. Dari pH 4-8 menunjukkan bahwa pH optimum untuk proses adsorpsi ion logam Zn2+ adalah pH 6 dengan daya adsorpsi sebesar 99,914%, sedangkan pada bentonit alam sebesar 92,94%, kemudian untuk waktu kontak adalah di 60-120 menit dengan daya adsorpsi sebesar 97,92% pada suhu sintesis 60˚C serta waktu kontak untuk bentonit alam 85,31%. Data kinetika adsorpsi menggunakan model pseudo second order lebih sesuai untuk menjelaskan proses adsorpsi ion logam Zn2+. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bentonit yang telah dimodifikasi memiliki daya adsorpsi ion logam Zn2+ yang lebih besar di bandingkan dengan bentonit yang belum termodifikasi
Pengaruh pH dan Tegangan Listrik dalam Elektrolisis Limbah Padat Baja (Slag Eaf) Sebagai Upaya Mereduksi Kandungan Logam Fe pada Limbah Padat Industri Galvanis
Galvanization is a metal coating process that is widely used in industry. The effects of this metal coating process are not entirely beneficial to society. The issue of pollution generated by the metal coating activity becomes very important. The objective of this research is to reduce Fe metal content from solid waste steel using electrolysis process with variation of pH of electrolyte solution and voltage. This research uses experimental method with test of metal content composition using X-Ray Flouresence, and Fe metal reduction using electrolysis process. This research activity used stainless steel plate as cathode and solid steel waste chunk as anode. Variations of pH of FeSO4.7H2O electrolyte solution used during electrolysis process are pH = 2, pH = 2.5, pH = 3, pH = 3.5 and pH = 4. Variation of electric voltage used is 3 volts, 6 volts, 9 volts and 12 volts. The result of purity level analysis of the initial Fe metal at anode was 84,48 %, while after electrolysis process there was an increase of metal purity attached to the cathode of 96,58 %. The result showed that the effect of pH variation of the electrolyte solution on the mass produced in the electrolysis process in the A1, A2, A3, A4 and A5 samples was 0,09; 0,07; 0,02; 0,02; and 0,02 g. The greater the concentration of H+ of the electrolyte solution the more mass produced. In variable voltage of electricity on samples A11, A21, and A31 mass produced that is equal to 0,14; 0,13; and 0,10 g. While the mass of A41 sample did not increase in the cathode produced during the electrolysis process. The greater the voltage used in the electrolysis process the greater the mass produced
Pengembangan Bahan Ajar Kimia berbasis Integrasi Islam-Sains materi Minyak Bumi sebagai Implementasi Pendidikan Karakter
Rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi hidrolisis khususnya pada level mikroskopik dan proses pembelajaran yang masih menggunakan metode pembelajaran konvensional di MA Uswatun Hasanah, sehingga dilakukan penelitian ini. Model POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) bermuatan Multiple Level Representation diharapkan dapat mengetahui tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik MA Uswatun Hasanah pada materi hidrolisis. Metode: Penelitian ini menggunakan satu sampel untuk memperoleh data penelitian yaitu kelas XI jurusan IPA. Data penelitian diperoleh dengan metode dokumentasi untuk mendapatkan daftar nama-nama peserta didik kelas XI jurusan IPA MA Uswatun Hasanah dan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari nilai pretest, posttest, dan retest. Hasil penelitian : Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model POGIL bermuatan Multiple Level Representation dapat meningkatkan tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik kelas XI IPA MA Uswatun Hasanah. Terdapat 30% peserta didik mengalami peningkatan penguasaan konsep kategori tinggi, 40% peserta didik mengalami peningkatan penguasaan konsep kategori sedang, dan 30% mengalami peningkatan penguasaan konsep kategori rendah. Adapun tingkat retensi peserta kelas XI IPA MA Uswatun Hasanah adalah 92,7% yang tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan model POGIL bermuatan Multiple Level Representation dapat meningkatkan tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik kelas XI IPA MA Uswatun Hasanah
Modifikasi Bentonit Menggunakan Surfaktan Kationik Benzalkonium Klorida
Bentonit alam yang telah dimodifikasi menjadi organobentonit dengan menggunakan surfaktakan kationik Benzalkonium Klorida sebagai agen penginterkalasi dengan berbagai variasi suhu. Material hasil sintesis diaplikasikan sebagai adsorben untuk penyerapan logam berat berupa ion logam Zn2+. Proses adsorpsi dilakukan dalam berbagai variasi kondisi yaitu pH dan waktu kontak. Hasil analisis XRD menunjukkan material bentonit yang telah dimodifikasi berhasil di sintesis, hal ini terlihat dari jarak antar lapis pada suhu 50˚C sebesar 15,06 Å, suhu 60˚C sebesar 16,76 Å dan suhu 70 ˚C sebesar 16,50 Å dibandingkan dengan bentonit alam sebesar 12,09 Å. Spektra FTIR menunjukkan serapan pita 2360 cm-1 yaitu adanya vibrasi C-N dan 1465 cm-1 adanya vibrasi N-H. Hal ini menunjukkan adanya garam ammonium kuartener yang di pada interlayer bentonit. Penentuan pH optimum dan waktu kontak pada saat adsorpsi. Dari pH 4-8 menunjukkan bahwa pH optimum untuk proses adsorpsi ion logam Zn2+ adalah pH 6 dengan daya adsorpsi sebesar 99,914%, sedangkan pada bentonit alam sebesar 92,94%, kemudian untuk waktu kontak adalah di 60-120 menit dengan daya adsorpsi sebesar 97,92% pada suhu sintesis 60˚C serta waktu kontak untuk bentonit alam 85,31%. Data kinetika adsorpsi menggunakan model pseudo second order lebih sesuai untuk menjelaskan proses adsorpsi ion logam Zn2+. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bentonit yang telah dimodifikasi memiliki daya adsorpsi ion logam Zn2+ yang lebih besar di bandingkan dengan bentonit yang belum termodifikasi
Pengembangan Bahan Ajar Kimia berbasis Integrasi Islam-Sains materi Minyak Bumi sebagai Implementasi Pendidikan Karakter
Rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi hidrolisis khususnya pada level mikroskopik dan proses pembelajaran yang masih menggunakan metode pembelajaran konvensional di MA Uswatun Hasanah, sehingga dilakukan penelitian ini. Model POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) bermuatan Multiple Level Representation diharapkan dapat mengetahui tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik MA Uswatun Hasanah pada materi hidrolisis. Metode: Penelitian ini menggunakan satu sampel untuk memperoleh data penelitian yaitu kelas XI jurusan IPA. Data penelitian diperoleh dengan metode dokumentasi untuk mendapatkan daftar nama-nama peserta didik kelas XI jurusan IPA MA Uswatun Hasanah dan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari nilai pretest, posttest, dan retest. Hasil penelitian : Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model POGIL bermuatan Multiple Level Representation dapat meningkatkan tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik kelas XI IPA MA Uswatun Hasanah. Terdapat 30% peserta didik mengalami peningkatan penguasaan konsep kategori tinggi, 40% peserta didik mengalami peningkatan penguasaan konsep kategori sedang, dan 30% mengalami peningkatan penguasaan konsep kategori rendah. Adapun tingkat retensi peserta kelas XI IPA MA Uswatun Hasanah adalah 92,7% yang tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan model POGIL bermuatan Multiple Level Representation dapat meningkatkan tingkat penguasaan konsep dan retensi peserta didik kelas XI IPA MA Uswatun Hasanah