7 research outputs found

    Malayan Filariasis Studies in Kendari Regency, Southeast Sulawesi, Indonesia : III Surveillance of Mansonia Mosquitoes with Reference to Seasonal and Ecological Aspect of Ma. Uniformis and Ma. Indiana

    Full text link
    Studi nyamuk penular filariasis malayi pada empat desa endemis (Wawolemo. Pondidaha. Lalohao dan Teteona) di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara, telah dilakukan dari bulan November 1980 sampai Oktober 1982. Nyamuk penular Brugia malayi di alam selain Anopheles barbirostris dan An. Nigerrimus adalah Mansonia uniformis, Ma. Indiana dan Ma. bonneae/dives. Ma. uniformis dan Ma. Indiana merupakan jenis yang terbanyak ditemukan di antara 5 jenis nyamuk Mansonia spp. Tidak ditemui perbedaan yang ber­makna untuk kepadatan kedua jenis nyamuk ini di antara empat desa yang diteliti. Daur gonotrofik Ma. uniformis dan Ma. Indiana di laboratorium masing-masing berkisar antara 80-98 jam dan 81-92 jam. Puncak kepadatan waktu menggigit orang dari kedua jenis nyamuk ini adalah antara jam 19.00 -22.00. Kedua jenis nyamuk ini lebih cenderung bersifat zoofilik. Kepadatan bulanan Ma. uniformis dan Ma. Indiana tidak mempunyai keeratan hubungan yang positif dengan curah hujan, dengan puncak kepadatan antara bulan Agustus dan Oktober. Nisbah nya­muk parous untuk kedua jenis nyamuk ini relatif rendah dan tidak mempunyai keeratan hubungan de­ngan kepadatannya dan juga dengan curah hujan. Nisbah infeksi alamiah dari Brugia sp. pada Ma. Indiana (0,6%) lebih tinggi dari Ma. uniformis (0,4%). Indeks infeksi buatan rata-rata 1,88 pada Ma. uniformis dan 0,55 pada Ma. Indiana. Uji kerentanan DDT terhadap Ma. uniformis dan Ma. Indiana memperlihatkan kedua jenis nyamuk ini rentan terhadap DDT

    Ddt Resistance in Anopheles Koliensis (Diptera: Culicidae) From Northeastern Irian Jaya, Indonesia

    Full text link
    Nyamuk Anopheles koliensis, adalah perantara (vektor) penyakit malaria yang penting di daerah pedalaman Irian Jaya, Indonesia, yang telah dievaluasi kerentanannya terhadap DDT dengan menggunakan test kit diagnostik dan kertas yang telah diresapi sesuai dengan standar WHO. Serangkaian tes telah dilakukan di ARSO PIR I, yang merupakan tempat pemukiman para transmigran yang terletak 60 km sebelah selatan Jayapura. Pemeriksaan tersebut dilakukan mulai bulan Januari 1988 sampai dengan Mei 1989. DDT telah diuji pada dosis diagnostik yang telah direkomendasikan untuk jangka waktu tertentu pula. Daya tahan terhadap DDT diamati baik pada populasi nyamuk An koliensis maupun nyamuk Culex quinquefasciatus. Kira-kira 30% dari populasi nyamuk An. koliensis (sejumlah 468) ternyata tahan terhadap 4% DDT dalam kurun waktu 1 dan 2 jam paparan. Penemuan ini menunjukkan bahwa penggunaan DDT secara rutin di ARSO PIR I untuk penyemprotan di dalam mmah diperkirakan efektivitasnya terbatas, antara lain disebabkan oleh daya tahan fisiologik. Walaupun demikian, penggunaan insektisida alternatif ini akan lebih mahal dan mungkin terbukti sama tidak efektifnya karena sifat eksofilik dari jenis nyamuk tersebut. Makalah ini merupakan laporan pertama yang diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai kerentanan nyamuk Anopheles koliensis asal Indonesia terhadap DDT

    Malayan Filariasis Studies in Kendari Regency, Southeast Sulawesi, Indonesia II: Surveillance of Mosquitoes with Reference to Two Anopheles Vector Species

    Full text link
    Studi nyamuk penular filariasis malayi pada empat desa endemis filariasis (Wawolemo, Pondi-daha, Lalohao dan Teteona) di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara, telah dilakukan dari bulan November 1980 sampai Oktober 1982. Nyamuk penular Brugia malayi di alam adalah Anopheles barbirostris dan An. Nigerrimus sebagai penular yang potensial, serta tiga jenis dari marga Mansonia. Kepadatan bulanan An. barbirostris dan An. Nigerrimus mempunyai keeratan hubungan yang positif dengan curah hujan, dengan puncak kepadatan pada bulan Juni. Nisbah nyamuk parous untuk kedua jenis nyamuk ini relatif rendah dan tidak mempunyai keeratan hubungan positif dengan kepadatannya. Kepadatan jentik dari kedua jenis nyamuk ini juga relatif rendah. Daur gonotrofik An. barbirostris di laboratorium berkisar antara 65 sampai 87 jam. An. barbirostris lebih cenderung antropofilik dari An. Nigerrimus. Puncak kepadatan waktu menggigit orang dari An. barbirostris dimulai menjelang tengah malam hingga menjelang pagi hari, sedangkan An. Nigerrimus aktif menggigit orang antara jam 19.00 sampai 22.00. Nisbah infeksi alamiah dari larva Brugia pada An. barbirostris lebih tinggi daripada An. Nigerrimus. Indeks infeksi buatan rata-rata 0,22 pada An. barbirostris dan 0,83 pada An. Nigerrimus. Uji kerentanan DDT terhadap An. barbirostris memperlihatkan bahwa nyamuk ini rentan terhadap DDT

    Malayan Filariasis Studies In Kendari Regency, Southeast Sulawesi, Indonesia I: Parasitological Survey

    Full text link
    Observasi penyakit filaría telah dilakukan pada penduduk di desa-desa Teteona, Lalohao, Pondi-daha dan Wawolemo, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara antara bulan No­vember 1980 dan Oktober 1982. Sejumlah 3,499 jiwa atau antara 71.2% sampai 83.8% dari penduduk di desa-desa ini telah diperiksa darah jarinya masing-masing sebanyak 20 cumm terhadap adanya parasit filaría. Morphologi dan periodisitas dari embrio parasit yang ditemukan di dalam darah penduduk di­periksa dan begitu pula gejala-gejala klinis yang disebabkannya. Nyamuk penular dari parasit di desa-desa ini ditentukan pula. Adanya jenis parasit yang sama pada binatang di sekitar kampung dipelajari dan diteliti lebih lanjut dengan percobaan eksperimental di laboratorium menggunakan hewan percobaan. Dari hasil observasi ini ditemukan bahwa penduduk desa-desa ini telah diserang parasit filaría, masing-masing dengan derajad infeksi sebesar 9.6%, 15.8%, 9.3% dan 19.7% Parasit yang ditemukan adalah dari jenis Brugia malayi dengan tipe mikrofilaria yang periodik nokturna. Sekitar 57.3% dari microfilaria ini melepaskan diri dari selubungnya. Gejala klinis berupa adenolymphangitis, lymphade-nopathy, lymphscars, dan lymphedema pada penduduk masing-masing desa adalah 15.8%, 30.8%, 35.0% dan 52.0%. Gejala elephantiasis ditemukan pada tiga desa kecuali pada desa Teteona Nyamuk dari jenis Anopheles barbirostris, Anopheles Nigerrimus, Mansonia uniformis dan Mansonia Indiana merupakan nyamuk penular alamiah dari parasit ini. Pada pemeriksaan darah kucing di sekitar kampung ini ditemukan pula embrio parasit: microfilaria yang menyerupai microfilaria malayi pada darah pendu­duk namun pada penelitian lebih lanjut dengan percobaan eksperimental menggunakan hewan percobaan belum dapat dipastikan jenis mikrofilaria dari kucing ini berasal dari Brugia malayi. Penelitian lebih lan­jut dari parasit filaría pada binatang seperti kucing dan kera di desa-desa ini masih perlu dilanjutkan

    MALAYAN FILARIASIS STUDIES IN KENDARI REGENCY, SOUTHEAST SULAWESI, INDONESIA II: Surveillance of mosquitoes with reference to two Anopheles vector species

    No full text
    Studi nyamuk penular filariasis malayi pada empat desa endemis filariasis (Wawolemo, Pondi-daha, Lalohao dan Teteona) di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara, telah dilakukan dari bulan November 1980 sampai Oktober 1982. Nyamuk penular Brugia malayi di alam adalah Anopheles barbirostris dan An. nigerrimus sebagai penular yang potensial, serta tiga jenis dari marga Mansonia. Kepadatan bulanan An. barbirostris dan An. nigerrimus mempunyai keeratan hubungan yang positif dengan curah hujan, dengan puncak kepadatan pada bulan Juni. Nisbah nyamuk parous untuk kedua jenis nyamuk ini relatif rendah dan tidak mempunyai keeratan hubungan positif dengan kepadatannya. Kepadatan jentik dari kedua jenis nyamuk ini juga relatif rendah. Daur gonotrofik An. barbirostris di laboratorium berkisar antara 65 sampai 87 jam. An. barbirostris lebih cenderung antropofilik dari An. nigerrimus. Puncak kepadatan waktu menggigit orang dari An. barbirostris dimulai menjelang tengah malam hingga menjelang pagi hari, sedangkan An. nigerrimus aktif menggigit orang antara jam 19.00 sampai 22.00. Nisbah infeksi alamiah dari larva Brugia pada An. barbirostris lebih tinggi daripada An. nigerrimus. Indeks infeksi buatan rata-rata 0,22 pada An. barbirostris dan 0,83 pada An. nigerrimus. Uji kerentanan DDT terhadap An. barbirostris memperlihatkan bahwa nyamuk ini rentan terhadap DDT

    DDT RESISTANCE IN ANOPHELES KOLIENSIS (DIPTERA: CULICIDAE) FROM NORTHEASTERN IRIAN JAYA, INDONESIA

    No full text
    Nyamuk Anopheles koliensis, adalah perantara (vektor) penyakit malaria yang penting di daerah pedalaman Irian Jaya, Indonesia, yang telah dievaluasi kerentanannya terhadap DDT dengan menggunakan test kit diagnostik dan kertas yang telah diresapi sesuai dengan standar WHO. Serangkaian tes telah dilakukan di ARSO PIR I, yang merupakan tempat pemukiman para transmigran yang terletak 60 km sebelah selatan Jayapura. Pemeriksaan tersebut dilakukan mulai bulan Januari 1988 sampai dengan Mei 1989. DDT telah diuji pada dosis diagnostik yang telah direkomendasikan untuk jangka waktu tertentu pula. Daya tahan terhadap DDT diamati baik pada populasi nyamuk An koliensis maupun nyamuk Culex quinquefasciatus. Kira-kira 30% dari populasi nyamuk An. koliensis (sejumlah 468) ternyata tahan terhadap 4% DDT dalam kurun waktu 1 dan 2 jam paparan. Penemuan ini menunjukkan bahwa penggunaan DDT secara rutin di ARSO PIR I untuk penyemprotan di dalam mmah diperkirakan efektivitasnya terbatas, antara lain disebabkan oleh daya tahan fisiologik. Walaupun demikian, penggunaan insektisida alternatif ini akan lebih mahal dan mungkin terbukti sama tidak efektifnya karena sifat eksofilik dari jenis nyamuk tersebut. Makalah ini merupakan laporan pertama yang diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai kerentanan nyamuk Anopheles koliensis asal Indonesia terhadap DDT

    Sampling the Adult Resting Population

    No full text
    corecore