44 research outputs found

    Hamka dan Jihad dalam Pendekatan Hermeneutika

    Get PDF
    Penafsiran jihad mengalami deradikalisasi makna. Hamka melakukan upaya penafsiran jihad jauh melampaui zamanya. Sehingga penafsiran jihad yang selama ini telah terkontaminasi dengan framing radikal. Kini mendapatkan porsi yang lebih menyeluruh dan lebih mengena di hati masyarakat Indonesia. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelisik upaya penafsiran Hamka mengenai jihad secara historis menggunakan kaca mata hermeneutika, sehingga dihasilkan reasoning (alasan ilmiah) cara berfikir Hamka dalam menafsirkan jihad. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika dalam merangkai kerangka pembahasan. Metode penelitian pada pembahasan ini menggunakan metode tematik konseptual untuk untuk melakukan pelacakan seluruh konsep jihad dalam al-Qur’an yang tidak secara jelas disebutkan atau dijelaskan, akan tetapi secara substansi maknanya terdapat dalam al-Qur’an. Sedangkan metode khusus pada penelitian ini menggunakan metode hermeneutika William Dilthey yang berfungsi juga sebagai pisau analisis penulis dalam mengestrak penafsiran Hamka mengenai jihad.Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa Penafsiran jihad Hamka merupakan bentuk upaya Hamka untuk menangkal ideologi imperialisme, komunisme, kristenisasi dan liberalisme dari tanah Indonesia dengan membentuk strategi penafsiran jihad  pada tiga aspek, yakni aspek ekonomi, pendidikan dan sosial politik

    An Analysis of al-Sya’râwî Tafsir Method: Islamic Educational Values in al- Sya’râwî Tafsir

    Get PDF
    The emergence of the Quranic interpreting activities has become an attempt to answer various issues that developed after the Prophethood. It is marked by the existence of various books of tafsir and its diverse methods. The results of the research reveal the inconsistency uses of some terminologies. One of the examples is the term manhaj which means method. In this case, manhaj is often interpreted as Ittijah, and sometimes it is also used to express meaning uslub. Referring to the science of tafsir,  manhaj means to understand interpretation in general, and yet uslub means to understand it in specific ways. Indeed, tafsir can be done by using general methods (Tahlili, Ijmali, Muqaran, and Maudhu'i) and specific methods. Both of them take significant roles in interpreting processes as well as in inclining the values of Islamic education  that can be thoroughly found in al-Sya'rawi interpreting method

    Pendekatan Sufistik dalam Menafsirkan Al-Quran

    Get PDF
    Karya-karya tafsir Alqur’ân bercorak sufistik  seperti halnya tasawuf sebagai disiplin ilmu, mendapat label plus-minus dari para pengkaji. Imam al-Thusiy mengomentari penafsiran sufi  sebagai “Penafsiran seperti itu keliru (خطاء ) dan dusta (بهتان) kepada Allâh”. Imam al-Suyuthiy menyatakan bahwa pendapat para sufi dalam memaknai Alqur’ân tidak dianggap sebagai tafsir. Ibn Shalah dalam Fatâwa-nya, Ia mengutip apa yang dikatakan oleh  Imam Abi Hasan al-Wahidi; siapa yang menganggap bahwa kitab al-Sulami itu kitab tafsir maka ia telah menjadi kafir. Demikian juga penolakan dari Imam al-Zarkasyiy, Imam al-Nasafi dan Imam al-Rafi’iy. Sementara itu, banyak ulama yang memandang bahwa tafsir sufistik memiliki faidah untuk mengurai sisi esoterik Alquran dengan asumsi bahwa Alqur’ân memiliki makna dzahir dan makna bathin. Jika demikian, maka tafsir sufistik memiliki kontribusi jelas pada pemaknaan dari aspek bathinnya dengan perangkat takwil atau isyarat-isyarat tertentu, sementara untuk makna dzâhir-nya sudah digarap oleh perangkat tafsir.  Imam al-Ghazali menegaskan bahwa tidak ada larangan seseorang menafsirkan Alqur’ân dengan penafsiran sufistik jika bermaksud untuk menampilkan kekayaan makna Alqur’ân hingga batas-batas pemaknaan dengan simbol atau isyarat-isyarat tertentu. Perdebatan tentang status tafsir sufistik antara kebolehan membaca, memahami dan mengamalkannya seperti yang representasikan oleh Imam al-Ghazali versus beberapa ulama yang menolak karya-karya tafsir sufistik, me-niscayakan untuk mendefinisikan tafsir sufistik dan me-meta-kan (mapping) tafsir sufistik dengan membuat kategori-kategori baik paradigma, karya-karya, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya.Teori tafsir sufistik merujuk pada karakteristik metodologi tafsir Alqur’ân yang terbagi kedalam tiga bagian bersar; referensi tafsir (mashadir); referensi tafsir informatif (matsur), nalar (ma’qul) dan intuitif/esoterik (isyariy), metode tafsir (manhaj); ijmaliy, tahliliy, muqaran dan mawdluiy dan yang terakhir adalah teori tentang pendekatan/corak tafsir.Penelitian ini menemukan bahwa secara paradigmatik, posisi tafsir sufi mengambil ruang esoterik dengan memakai perangkat takwil. Tafsir sufistik terbagi kepada dua kategori; isyariy; tafsir yang diperoleh dari isyarat-isyarat ghaib dan nadzariy; penafsiran dengan teori-teori tasawuf dan filsafat (theosophy, tasawuf-falsafi). Pendekatan tafsir sufi berupaya memaknai Alquran dengan menggunakan tasawuf sebagai ilmu bantu. Tafsir dengan corak sufistik memiliki kelebihan terutama pada penyingkapan makna esoterik, bathin Alquran, sementara kelemahannya adalah tidak ada tolok ukur validitas dan hanya dikonsumsi oleh komunitas terbatas

    An Analysis of Al-Sya’rawi Tafsir Method: Islamic Educational Values in al-Sya’râwî Tafsir

    Get PDF
    The emergence of quranic interpreting activities has become an attempt to answer various issues that developed after the Prophethood. It is marked by the existence of various books of tafsir and its diverse methods. The results of the research reveal the inconsistency uses of some terminologies. One of the examples is the term manhaj which means method. In this case, manhaj is often interpreted as Ittijah, and sometimes it is also used to express meaning uslub. Referring to the science of tafsir, manhaj means to understand interpretation in general, and yet uslub means to understand it in specific ways. Indeed, tafsir can be done by using general methods (Tahlîlî, Ijmâlî, Muqârân, and Maudhû’i) and specific methods. Both of them take significant roles in interpreting processes as well as in inclining the values of Islamic education that can be thoroughly found in al-Sya’râwî interpreting method

    TAFSIR TARBAWĪ

    Get PDF
    Tafsir  pendidikan  atau  tafsīr  tarbawī  lahir  untuk  memenuhi  kebutuhan  akademik  dalam  rangka  pengayaan kurikulum lokal atau kurikulum Nasional di PTAI, dengan harapan bahwa jurusan tarbiyah diharapkan mampu mempersiapkan calon pendidik dalam wilayah pendidikan Islam. Oleh karena itu, agar pendidikan Islam mampu mewarnai profesi yang disandang oleh pendidik secara professional, yaitu menuju pendidikan Islami yang mampu mengembalikan paradigma pendidikan kepada sumber dasar ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis, maka lahirlah disiplin tafsir sebagai alternatif kajian yang mempunyai relasi dengan pendidikan yang kemudian disebut. Namun persoalan yang kemudian timbul adalah apakah ini dianggap sebagai disiplin ilmu secara mandiri atau hanya merupakan sebuah metode pendekatan atau lebih spesifik lagi merupakan corak atau model penafsiran yang dikondisikan dengan kebutuhan.Tafsir pendidikan belum mempunyai perangkat, metode dan pendekatan yang proporsional, sebagaimana layaknya sebuah disiplin ilmu tafsir. Istilah tafsir pendidikan baru sebagai wacana dan manifestasi ijtihad para akademisi yang peduli dengan pendidikan Islam untuk memenuhi kebutuhan akademik dalam rangka penyempurnaan kurikulum pada perguruan Tinggi. Maka agak sulit rasanya jika memposisikan tafsir pendidikan sebagai bagian dari kajian tafsir yang sudah dianggap mapan, apalagi jika dibandingkan dengan tafsir- tafsir lain seperti tafsīr  ahkām dan lain-lain

    Metode, Sumber dan Corak Tafsir Pada Penulisan Kitab Tafsir Isyaratul I’jaz Karya Said Nursi

    Get PDF
    One of the works of interpretation belonging to Badiuzzaman Said Nursi and the first commentary that he wrote was the interpretation of Signs of I'jaz. The book of interpretation has many features and uniqueness when compared to his other works. Despite being a prima donna among literary experts, this interpretation is less attractive to the general public. The discussion of the interpretation of the Qur'anic verses using language that is quite high turns out to make it difficult for some people to understand. This study aims to examine the sources, methods, and styles used by Said Nursi in writing the interpretation of Isaatul I'jaz. This research is qualitative research by applying the library research method as a way of processing data. From this research, conclusions can be drawn regarding the tahlili method as a method of interpretation. Interpretations that tend to lead towards faith, divinity, and worship are included in the i'tiqadi-style interpretation. Said Nursi uses the Qur'an as the primary source of interpretation, then there are also several previous commentary books as a secondary source of writing his commentary

    Religiusity of Indigenous Communities in Indonesia

    Get PDF
    This study is intended to reveal and examine the religiosity of indigenous community in Cireundeu village in Indonesia, which is expressed in the symbols of their daily lives. This research applied ethnographic method in a phenomenological perspective using a qualitative approach. The indigenous community of Cireundeu have tendency to make “religion” as “the ultimate concern”. They regard religion a fundamental philosophy in their lives where almost all their activities are based on religious values

    Potensi Dasar Individu Muslim Sebagai Penunjang Kehadiran Diri Dalam Peran Khalifatullah dan ‘Abdullah

    Get PDF
    Humans as creatures who have the title "the best form" is an affirmation of Allah SWT that He has created and made a complete spiritual and physical form. This event indicates that humans have basic potential that continues to develop biologically as well as their knowledge, so that humans are given the mandate to carry out two roles as well as the purpose of their presence, namely as khalifatullah and 'Abdullah on earth. However, the orientation of a Muslim's life is currently being hit by the development of a life style that follows trends and the pace of the times which results in the mingling of global ideologies, so that the basic human potential is no longer directed to achieving the essence of his presence as the representative of Allah (khalifatullah) and the servant of Allah ('Abdullah) in the world. earth. Thus, a study of basic human potential and how to develop it is needed in the order of life and human life. The purpose of this study is to discuss the basic potential of Muslim individuals in the Qur'an as a supporter of carrying out their roles as khalifatullah and 'abdullah on earth. This study applies a qualitative step. This research approach is human axiological aspect. The results and discussion of this research include the definition of human potential in the Qur'an, basic potential as eternal existence, and procedures for maximizing potential so that it can support the role of both humans as khalifatullah and 'abdullah. The conclusion of this study is that there are six approaches that are considered capable of activating human potential, in order to achieve awareness of the role and purpose of presence in this universal reality, namely social, moral, philosophical, chronological, meditation, and functional approaches

    Metode Tafsir Tahlili dalam Menafsirkan Al-Qur’an: Analisis pada Tafsir Al-Munir

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tafsir tahlili bekerja dengan pembahasan yang detail di dalamnya, sehingga makna dari ayat al-Qur’an yang sedang dijelaskan dapat tersampaikan. Strategi penelitian ini bersifat kualitatif library research dengan mendeskripsikan dan menganalisis pembahasan yang ada. Ayat-ayat al-Qur’an akan dibahas secara menyeluruh dari beberapa sisi yang beragam jika penafsiran al-Qur’an menggunakan metode tafsir tahlili. Mufasir menafsirkan ayat sesuai dengan runtut ayat dan surat sebagaimana yang terdapat dalam mushaf. Uraian yang disusun mulai dari pembahasan kosakata, diikuti dengan penjelasan arti global ayat. Selain itu, dikemukakan pula hubungan antar ayat yang ada, serta asbab nuzul yang melatarbelakangi ayat tersebut diturunkan. Metode ini sangat bermanfaat bagi para pelajar untuk memahami al-Qur’an secara komprehensif. Metode ini pula sudah ada sejak zaman Sahabat, namun kerap kali dipandang bahwa metode ini tidak dapat membahas permasalahan yang ada di zaman sekarang karena pembahasannya tidak terfokuskan pada satu tema. Maka, peneliti mencoba mendeskripsikan kembali metode tafsir tahlili agar dapat difahami tujuannya. Selain itu pada penelitian ini akan sedikit dibahas beberapa komentar ulama mengenai kekurangan dan kelebihan dari matode tafsir tahlili. Penelitian ini dilakukan agar pelajar dan pengkaji ilmu al-Qur’an dapat mendiskusikan bersama penggunaan dan kemanfaatan dari metode ini

    Selayang Pandang Tafsir Aqo’idi

    Get PDF
    Perkembangan disiplin ilmu berdampak pada perkembangan dunia tafsir. Kecenderungan seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran menjadi penyebab munculnya berbagai gaya penafsiran. Tafsir aqo’idi merupakan salah satu gaya tafsir yang turut mewarnai khazanah keilmuan dalam bidang tafsir. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji tafsir gaya aqo’idi sebagai upaya menambah wawasan dan pemahaman tentang sejarah lahirnya tafsir gaya aqo’idi serta memahami berbagai dinamikanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan tinjauan pustaka untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian ini adalah Tafsir 'Aqoidi merupakan tafsir yang menggunakan pendekatan teologis. Sejarah munculnya aliran teologis ini dimulai pada masa Perang Shiffin, dan terjadi perselisihan antar umat Islam terkait peristiwa Tahkim. Ruang lingkup Tafsir ‘Aqoidi adalah pembahasan ilmu kalam yang menyangkut ideologi aliran. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan perdebatan para ulama mengenai Tafsir Aqo'idi dan menulis beberapa buku karya mufassir di beberapa aliran, seperti Muta'zillah, Syiah, Sunni dan Sufi
    corecore