50 research outputs found
STUDI KANDUNGAN NUTRISI LIMBAH MEDIA TANAMJAMUR TIRAM PUTIH (PLEUROTUS OSTREATUS) UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
Growth media waste of white oyster mushroom cultivation can be used as ruminant feed. We observed the nutrient content of the growth media waste. The focus is on the protein, carbohydrate, mineral and crude fiber. The protein, calcium and phosphor content of white oyster mushroom growth media waste is higher than the protein content in the media before it was used for mushroom cultivation. However, the fat content is lower after the media was used than control (the media before it was used). The difference is caused by microorganism degradation. The growth media waste can be used as ruminant feed up to 75 % of total forage dry matter without any negative effect
TINGKAT AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN KONSEP UNIT LINGKUNGAN DI PERUMNAS BANYUMANIK KOTA SEMARANG
Perumnas Banyumanik merupakan salah satu perumahan skala besar (massal) yang dibangun
oleh Perum Perumnas Reginal V Kota Semarang pada tahun 1978 sampai 1979. Perumnas ini dibangun
dengan jumlah 5.024 unit terdiri dari tiga tipe (D21, D33 dan D36). Lingkungan perumnas yang berumur
34 tahun pada kondisi sekarang mengalami permasalahan penurunan kualitas. Salah satunya
permasalahannya yaitu perubahan fisik lingkungan perumahan menjadi semakin padat, perubahan site
fasilitas sosial menjadi beberapa kavling rumah dan kuatitas fasilitas sosial yang ada tidak sesuai dengan
kebutuhan. Penurunan tersebut tentunya mempengaruhi minat penghuni terhadap fasilitas yang akan
diakses. Ini terlihat dari semakin tingginya penghuni perumnas yang mengakses fasilitas sosial yang ada
di luar perumnas. Padahal seharusnya perumahan ideal mempertimbangkan kemudahan penghuni
mengakses fasilitas sosial. Konsep unit lingkungan menjelaskan bahwa perumahan ideal adalah
perumahan yang mempertimbangkan jarak, cara mengakses dengan waktu tempuh yang singkat. Secara
tersirat konsep tersebut mempertimbangkan akan akses yang mudah untuk meningkatkan minat mencapai
fasilitas sosial. Sedangkan yang terjadi di perumnas ini yaitu penurunan minat mengakses fasilitas sosial
di dalam perumnas yang tentunya mempengaruhi kondisi ideal lingkungan perumahan. Penurunan
tersebut dikhawatirkan juga menurunkan tingkat aksesibilitas fasilitas sosial yang sekarang. Oleh karena
itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat aksesibilitas fasilitas sosial berdasarkan
konsep unit lingkungan di Perumnas Banyumanik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan dengan skala likert. Teknik sampling pada penelitian
menggunakan teknik probability sampling secara proportionate stratified random sampling dengan 98
responden
KAJIAN WACANA KRITIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2012 TENTANG BURUH MIGRAN
Penelitian ini membahas tentang intertextual analisis hukum internasional buruh migran perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar terdapat kejelasan penafsiran secara kritis terhadap Undang-undang perlindungan buruh migran . Rumusan masalah yang dikemukakan adalah (1) Bagaimana penafsiran atau interpretasi secara kritis terhadap undang-undang No.6 Tahun 2012 (2) Adakah ditemukan interpretasi terhadap undang-undang yang berkaitan dengan perlindungan terhadap buruh migran. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui lebih dalam dan bagaimana penerapan undang-undang No.6 tahun 2012 sehingga terdapat kejelasan sikap dan interpretasi terhadap hokum tersebut.
Kata kunci: analisis wacana kritis,Undang-Undang No 2 Tahun 2012, buruh migran
 
Penggunaan Sistem Ujian Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Fleksibilitas Pelaksanaan Ujian Akhir Semester di Universitas Terbuka
Penyelenggaraaan ujian akhir semester (UAS) pada sistem pembelajaran standar di Universitas Terbuka (UT) dilaksanakan secara tatap muka. Pada sistem UAS secara tatap muka digunakan alat berupa kertas dan pensil (paper and pencil test). Waktu penyelenggaraan UAS tatap muka serempak pada seluruh mahasiswa, sehingga mahasiswa yang tidak dapat mengikuti UAS pada waktu yang telah ditentukan tersebut harus mengulang pada semester berikutnya. Berdasarkan kenyataan ini maka dikembangkan sistem ujian berbasis komputer (UBK). Tujuan dikembangkannya UBK adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa, meningkatkan fleksilibilitas penyelengaraan UAS bagi mahasiswa, dan penghematan waktu tempuh studi bagi mahasiswa. Pada penyelenggaraan UBK naskah soal yang akan diujikan telah dipersiapkan di komputer, sehingga mahasiswa dapat mengikuti UAS pada waktu-waktu yang telah ditetapkan selain waktu UAS. UBK mulai diselenggarakan sejak semester 2005.2 sampai saat ini (2008.2). UBK telah dilaksanakan di 9 Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT dan pada semester ini (2008.2) menjadi 12 UPBJJ dengan 3 UPBJJ sebagai ujicoba. Jumlah mahasiswa peserta UBK dari semester ke semester semakin meningkat. Peningkatan jumlah mahasiswa peserta UBK dapat menunjukkan bahwa tujuan pengembangan UBK telah mulai disadari oleh mahasiswa UT sebagai pengguna. Di masa yang akan datang UBK akan ditingkatkan sistem penyiapan soal ujiannya serta ditambah di UPBJJ UT yang dinilai telah siap untuk menyelenggarakan UBK
Tracer Study Pada Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Terbuka
Studi ini adalah hasil tracer study pada Program Studi (PS) Teknologi Pangan Universitas Terbuka tahun 2017-2020. Studi ini menggunakan metode kualitatif (qualitative research) melalui survei dan wawancara dengan variabel (1) Keterserapan alumni di dunia kerja; (2) Kontribusi perguruan tinggi terhadap tingkat komptensi yang dikuasai; (3) Penilaian alumni terhadap metode pembelajaran di PS Teknologi Pangan. Hasil tracer study menyatakan bahwa dari segi keterserapan alumni di dunia kerja, alumni PS Teknologi Pangan UT sebanyak 68% sudah bekerja dan sebanyak 70% sudah memperoleh pekerjaan sebelum masuk UT. Bidang pekerjaan alumni paling banyak di bidang swasta di sektor usaha makanan dan minuman. Kontribusi perguruan tinggi terhadap tingkat kompetensi yang dikuasai alumni yaitu lebih dari 50% alumni menyatakan perguruan tinggi berkontribusi sangat tinggi dan tinggi dalam pengetahuan di bidang ilmu teknologi pangan, kemampuan riset dan analisis, komunikasi, ketrampilan digital, manajemen waktu dan kemampuan dalam memegang tanggung jawab, serta soft skill. Penilaian alumni terhadap metode pembelajaran di PS Teknologi Pangan yaitu lebih dari 50% menyatakan sudah sangat baik dan baik dari tutorial online, praktikum, dan bahan ajar cetak. Masukan alumni untuk perbaikan layanan yaitu untuk tutorial online antara lain perlunya peningkatan server, tampilan yang lebih menarik, penambahan video dan studi kasus, serta tutor perlu lebih aktif memberikan umpan balik. Masukan mahasiswa untuk praktikum yaitu perlunya laboratorium sendiri yang dimiliki oleh UT, mata kuliah praktikum perlu diperbanyak, serta integrasi antara mata kuliah praktikum dengan mata kuliah lainnya. Masukan untuk bahan ajar cetak adalah perlu dilakukan pembaharuan materi yang mengikuti dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
Forensic Linguistics as a Scientific Study in the Field of Law and Justice
Legal science has various connections with other branches of science. One of them is Forensic Linguistics. So it can be said that legal science is related to the branch of Linguistics. This connection can be seen and studied in the process of investigating and determining suspects. In this case, the researcher took data from the BAP carried out by the Blitar City Police. In the investigation BAP there is a linguistic study which can later play an important role in determining the legal process that the suspect will face. The research was conducted at the Blitar City Police Criminal Investigation Unit. Data obtained from recording and recording BAP. After the data was recorded, it was analyzed using qualitative descriptive methods. From the data obtained, linguistics can help the police in conducting research on suspects
Pembuatan Flakes Kuartet Mixed Talas Belitung - Kecambah - Kacang Hijau - Kecambah Kacang Tolo - Bekatul Sebagai Alternatif Produk Sarapan Untuk Anak Usia Sekolah Dasar
Ragam hayati tanaman umbi-umbian di Indonesia sangat banyak, tetapi hanya beberapa jenis saja yang dibudidayakan secara intensif. Umbi-umbian memegang peranan yang sangat penting bagi masyarakat di bagian timur Indonesia sebagai cadangan makanan yang dapat menyelamatkan dari kelaparan. Talas belitung adalah jenis umbi yang pemanfaatannya masih sang at terbatas. Pemanfaatan talas belitung dalam bentuk flakes sarapan pagi diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis dan memberikan alternatif pangan olahan berbasis bahan baku pangan lokal. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik fisik dan kimia tepung talas belitung, tepung kecambah kacang hijau, tepung kecambah kacang tolo dan bekatul sangrai ; mendapatkan formulasi flakes talas belitung dengan metode Pearson's Square dan mengetahui flakes yang paling disukai panelis. Produk flakes yang dibuat dari 8% tepung bekatul dan perbandingan tepung kecambah kacang hijau dan kacang tolo sebesar 2 : 1 merupakan produk yang paling disukai panelis. Peningkatan persentase penggunaan tepung bekatul akan menghasilkan flakes dengan warna yang semakin gelap
PARADIGMA MEDIA TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK ( AnalisisUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak )
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungan yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai,dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya, dalam disiplin intelektual.
Media merupakan bagian dari keberadaan dan kemajuan peradapan di era globalisasi. Media berkembang sesuai kebutuhan yang diperlukan saat ini, dengan perkembangan yang pesat dapat mempengaruhi pola perkembangan anak-anak remaja. Paradigma Media, berdampak terjadinya perbuatan yang mengarah ketindakan kriminalisasi. Perbuatan kriminal meliputi pelanggaran pidana (strafbaarheid) baik yang berbentuk pelanggaran (overtreding) maupun yang berwujud kejahatan (misdrijf), tetapi juga perbuatan-perbuatan yang menyimpang (wangedrag). Pesatnya kemajuan teknologi memungkinkan semakin banyak tindakan kriminal yang sangat berpengaruh akan psikologis seorang anak remaja. Walter Lunden mengemukakan beberapa gejala yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang sebagai berikut :
Gelombang urbasanisasi dari desa kekota-kota jumlahnya cukup besar dan sukar dicegah.
Terjadi konflik antar norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma baru yang timbul dalam proses pergeseran sosial.
Memudarnya pola-pola kepribadian individu yang terkait pada pola kontrol sosial tradisional, sehingga anggota masyarakat terutama anak-anak remaja menghadapai“samar-polah” untuk menentukan perilakunya.
Pencegahan tindak pidana anak merupakan bagian utama pencegahan kejahatan dalam masyarakat. Melalui kegiatan-kegiatan sosial dan secara hukum bermanfaat dan dengan menerapkan orientasi kemanusiaan terhadap masyarakat maupun pandangan hidup kaum muda dan anak-anak dapat mengembangkan sikap-sikap “non-criminogenic.”
Keberhasilan pencegahan dilakukannya tindak pidana oleh anak memerlukan upaya-upaya seluruh masyarakatguna menjamin perkembangan ke arah proses dewasa secara harmonis dengan menghormati dan mengembangkan kepribadian mereka sejak masa kanak-kanak, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Dalam mencari jati dirinya remaja tidak jarang membuat masalah sosial seperti kenakalan remaja. Kenakalan remaja dilihat dari aspek konsep, penyebab dan juga peran orang tua dalam menanggulanginya. Temuan studi pustaka menunjukkan bahwa :
Kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat.
Ada 6 ciri-ciri anak yang melakukan kenakalan remaja, yaitu :
Ngebut
Pornografi,
Pengusakan barang orang lain,
Geng
Berpakaian sembarangan
Menganggu orang lain
Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
a.Keluarga
b.Pergaulan
c.Pendidikan
d.Waktu luang
Langkah konkrit yang dapat dilakukan oleh orang tua guna mencegah dan menangani masalah, yaitu :
a.Kasih sayang
b.Kebebasan
c.Pergaulan anak
d.Pengawasan pada media
e.Bimbinga
f.Pembelajaran agama
g.Dukungan pada hobi
h. Orang tua sebagai teman berkeluh kesa