13 research outputs found

    Efek Perbedaan Pelarut terhadap Uji Toksisitas Ekstrak Pineung Nyen Teusalee

    Get PDF
    Smoked young areca nut seed or pineung nyen teusalee is a material commonly used by the Acehnese as medicine, especially diabetes medicine. This study aims to determine the phytochemical content and toxicity level of pineung nyen teusalee extracted using ethanol and aquadest. The concentration of pineung nyen teusalee extract solution used as the toxicity test concentration was 0 mg / L, 50 mg / L, 100 mg / L, 500 mg / L, and 1000 mg / L. Qualitative methods were used in testing phytochemical compounds while the toxicity level of LC50 using probit analysis using SPSS version 16.0 software. From the results of phytochemical analysis tests (flavonoids, tannins, and saponins) positive results were obtained for ethanol extract and aquadest extract for all phytochemical test parameters. Probit analysis showed that the concentration of ethanol extract of pineung nyen teusalee had a toxic effect on 50% of the population of Artemia salina Leach larvae with LC50 values of 115.71 mg/L. While the concentration of aquadest extract of pineung nyen teusalee gave an LC50 value of 338.40 mg/L

    PENGOLAHAN ABON JANTUNG PISANG SEBAGAI UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN BAGI MASYARAKAT DI DESA SEUNEUBOK ACEH BARAT

    Get PDF
    Jantung pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang selama ini masih kurang dimanfaatkan. Jantung pisang berpotensi untuk diolah menjadi abon yang bergizi, di samping harganya juga cukup murah. Abon jantung pisang diharapkan dapat meningkatkan diversifikasi pangan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan jantung pisang sebagai bahan alternatif untuk pembuatan abon dan mempraktekkan cara pengolahan jantung pisang menjadi abon. Peserta kegiatan ini berjumlah 20 orang yang merupakan ibu rumah tangga di lingkungan Desa Seunebok, Aceh Barat. Peserta dapat memahami potensi dan manfaat jantung pisang sebagai bahan pangan yang menyehatkan serta mampu mengolah jantung pisang menjadi produk abon yang bergizi. Kata kunci: Abon, Jantung pisang, Diversifikasi pangan ABSTRACT Banana flowers is part of the banana plant that is still underutilized. It has the potential to be processed into a nutritious shredded, besides the price is also quite cheap. Shredded banana flower is expected to increase food diversification. This community service activity was carried out by lecturer from Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agriculture, Teuku Umar University in Seuneubok Village, West Aceh. The purpose of this activity was to introduce banana flowers as an alternative material for making shredded and to practice the processing of banana flowers into shredded. The participants in this activity were 20 housewives in Seunebok Village, West Aceh. Participants could understand the potential of banana flowers as healthy food and be able to process banana flowers into nutritious shredded products. Keywords: Shredded, Banana flowers, Food diversificatio

    Formulasi Mi Kering Sagu dengan Substitusi Tepung Kacang Hijau

    Full text link
    Mi pati merupakan mi yang dibuat dari pati dan atau kombinasi tepung dari bahan non terigu. Bahan baku non-terigu indigenous Indonesia yang dapat digunakan untuk membuat mi pati adalah sagu. Karakteristik fisik yang sangat mempengaruhi kualitas mi setelah direhidrasi adalah cooking loss, elongasi, kekerasan dan kelengketan. Mi yang dibuat dari bahan dasar pati memiliki cooking loss yang rendah namun kekerasan yang tinggi, sehingga kurang disukai. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan formulasi optimum dari mi berbahan dasar sagu dengan substitusi tepung kacang hijau, sehingga dapat dihasilkan mi yang baik secara fisik dan diterima secara organoleptik. Optimasi formulasi dilakukan menggunakan Mixture Design (DX7) dengan variabel berupa persentase pati sagu (80-100%) dan tepung kacang hijau (0-20%). Substitusi tepung kacang hijau dapat menurunkan kekerasan, kelengketan, dan elongasi mi sagu, namun meningkatkan cooking loss. Produk optimum mi sagu diperoleh dengan substitusi tepung kacang hijau 4,7%. Pada kondisi ini mi sagu memiliki karakteristik kekerasan 1996,03 gf, skor kelengketan -19,2 gf, skor elongasi 214,35% dan skor cooking loss 10,82%. Uji sensori terhadap mi sagu formula optimum menunjukkan bahwa mi sagu yang dibuat secara keseluruhan tidak berbeda nyata dengan mi kering terigu komersial

    Formulasi Mi Kering Sagu dengan Substitusi Tepung Kacang Hijau

    Get PDF
    Starch Noodles (SN) are produced from purified starch or combined flour from various plant sources. Sago starch is one of indigenous Indonesian flours that can be used for making SN. The physical characteristics that greatly affect the quality of rehydrated SN are cooking loss, elongation, hardness and adhesiveness/stickiness. Starch noodles have low of cooking loss but high hardness value, so it is less preferred. The purpose of this study was to obtain the optimum formulation of noodles made of sago with mung bean flour substitution. Formula optimization was done by using Mixture Design (DX7) with sago starch and mung bean flour as variables (80-100% and 0-20%; respectively). Mung bean flour substitution reduced hardness, adhesiveness and elongation of sago noodles, yet it increased the cooking loss. The best formulation based on physic-chemical characterization was SN with substitution of 4,7% mung bean flour. This sago noodles had 1996,03 gf hardness, -19,2 gf adhesiveness, 214,35% elongation and 10,82% cooking loss. Sensory test results for the most optimum formulation showed that the SN was not significantly different with those of commercial wheat noodle.ABSTRAKMi pati merupakan mi yang dibuat dari pati dan atau kombinasi tepung dari bahan non terigu. Bahan baku non-terigu indigenous Indonesia yang dapat digunakan untuk membuat mi pati adalah sagu. Karakteristik fisik yang sangat mempengaruhi kualitas mi setelah direhidrasi adalah cooking loss, elongasi, kekerasan dan kelengketan. Mi yang dibuat dari bahan dasar pati memiliki cooking loss yang rendah namun kekerasan yang tinggi, sehingga kurang disukai. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan formulasi optimum dari mi berbahan dasar sagu dengan substitusi tepung kacang hijau, sehingga dapat dihasilkan mi yang baik secara fisik dan diterima secara organoleptik. Optimasi formulasi dilakukan menggunakan Mixture Design (DX7) dengan variabel berupa persentase pati sagu (80-100%) dan tepung kacang hijau (0-20%). Substitusi tepung kacang hijau dapat menurunkan kekerasan, kelengketan, dan elongasi mi sagu, namun meningkatkan cooking loss. Produk optimum mi sagu diperoleh dengan substitusi tepung kacang hijau 4,7%. Pada kondisi ini mi sagu memiliki karakteristik kekerasan 1996,03 gf, skor kelengketan -19,2 gf, skor elongasi 214,35% dan skor cooking loss 10,82%. Uji sensori terhadap mi sagu formula optimum menunjukkan bahwa mi sagu yang dibuat secara keseluruhan tidak berbeda nyata dengan mi kering terigu komersial

    PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN FUNGSIONAL DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA SUAK PANDAN ACEH BARAT

    Get PDF
    Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) merupakan media penyampaian iptek kepada masyarakat. Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan oleh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Teuku Umar di Desa Suak Pandan Kabupaten Aceh Barat. Tema PKM ini adalah pengembangan produk pangan fungsional dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan PKM ini adalah memperkenalkan pangan fungsional, manfaat pangan fungsional bagi kesehatan dan mempraktekkan cara mengolah pangan fungsional berbasis mie labu kuning dan kunyit asam. Peserta PKM merupakan ibu rumah tangga di desa suak pandan, Aceh Barat yang berjumlah 12 orang. Peserta PKM mengikuti pelatihan pembuatan mie labu kuning dan minuman fungsional kunyit asam serta melakukan pemeriksaan glukosa darah. Luaran dari PKM ini adalah meningkatnya keterampilan ibu rumah tangga di desa Suak Pandan, Aceh barat dalam mengolah produk pangan untuk menunjang diversifikasi produk pangan. Kata kunci: Diversifikasi, Mie labu kuning, Minuman kunyit asam, Pangan fungsional, Pengabdian kepada  masyarakat ABSTRACTCommunity service activities are a medium for delivering science and technology to the community. The implementation of this service is carried out by lecturer from the Faculty of Agriculture, Teuku Umar University in Suak Pandan Village, West Aceh Regency. Theme of this activities is the development of functional food products in improving public health and prosperity. The purpose of this activities is to introduce health benefit of functional food and to practice the processing of functional food based on pumpkin noodles and tamarind turmeric. Participants were 12 housewives in Suak Pandan village, West Aceh. The participants attended training on making pumpkin noodles and tamarind turmeric functional drinks and carried out blood glucose checks. Output of this activities was to increase skills of housewives in Suak Pandan village, West Aceh in processing food products to support food product diversification. Keywords: Diversification, Community service, Functional food, Pumpkin noodles, Tamarind turmeric drin

    STUDI PEMBUATAN TEH HERBAL KOMBINASI DAUN KELOR ( Moringa oliefera ) DAN DAUN SIRSAK ( Annona muricata ) DENGAN PENAMBAHAN JAHE SEBAGAI PERASA ALAMI

    No full text
    ABSTRAKDaun kelor mengandung fosfor, zat besi, protein, vitamin C, dan kalsium. Daun sirsak mengandung flavonoid, dan asam fenolik. Jahe memiliki kandungan minyak atsiri yang dimanfaatkan sebagai perasa alami pada pembuatan teh herbal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas kadar air dan uji mutu hedonik pada produk teh herbal. Metode penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari variasi konsentrasi jahe ( j ) dengan 5 taraf dan ulangan sebanyak 4 kali pengulangan sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Faktor perlakuan : Variasi penambahan jahe terdiri dari 5 taraf, yaitu: p1 : 1%, p2 : 1,5%, p3 : 2%, p4 : 2,5%, p5 : 3%. Penambahan terhadap kadar air dan uji mutu hedonik. Penambahan bubuk jahe pada teh herbal tidak berpengaruh terhadap kadar air namun berpengaruh terhadap uji mutu hedonik rasa, warna dan aroma. Proses pengujian kadar air dan uji mutu hedonik pada sampel yang digunakan semuanya sesuai dengan SNI 3753:2014 syarat mutu teh. Pada sampel yang diuji kadar air sebesar 5,58%, dan sedangkan untuk uji mutu hedonik rasa berkisar antara 3.00% – 3.03%, untuk uji mutu hedonik aroma berkisar antara 3.00% - 3.13% dan untuk uji hedonik warna berkisar antara 3.00% - 3.03%.Kata kunci: Konsentrasi jahe.jahe, kelor, sirsak, teh

    FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Formulation of Dry Sago Noodles with Mung Bean Flour Substitution)

    No full text
    Starch Noodles (SN) are produced from purified starch or combined flour from various plant sources. Sago starch is one of indigenous Indonesian flours that can be used for making SN. The physical characteristics that greatly affect the quality of rehydrated SN are cooking loss, elongation, hardness and adhesiveness/stickiness. Starch noodles have low of cooking loss but high hardness value, so it is less preferred. The purpose of this study was to obtain the optimum formulation of noodles made of sago with mung bean flour substitution. Formula optimization was done by using Mixture Design (DX7) with sago starch and mung bean flour as variables (80-100% and 0-20%; respectively). Mung bean flour substitution reduced hardness, adhesiveness and elongation of sago noodles, yet it increased the cooking loss. The best formulation based on physic-chemical characterization was SN with substitution of 4,7% mung bean flour. This sago noodles had 1996,03 gf hardness, -19,2 gf adhesiveness, 214,35% elongation and 10,82% cooking loss. Sensory test results for the most optimum formulation showed that the SN was not significantly different with those of commercial wheat noodle. Keywords: Cooking loss, elongasi, starch noodles, sago, mung bean flour   ABSTRAK Mi pati merupakan mi yang dibuat dari pati dan atau kombinasi tepung dari bahan non terigu. Bahan baku non-terigu indigenous Indonesia yang dapat digunakan untuk membuat mi pati adalah sagu. Karakteristik fisik yang sangat mempengaruhi kualitas mi setelah direhidrasi adalah cooking loss, elongasi, kekerasan dan kelengketan. Mi yang dibuat dari bahan dasar pati memiliki cooking loss yang rendah namun kekerasan yang tinggi, sehingga kurang disukai. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan formulasi optimum dari mi berbahan dasar sagu dengan substitusi tepung kacang hijau, sehingga dapat dihasilkan mi yang baik secara fisik dan diterima secara organoleptik. Optimasi formulasi dilakukan menggunakan Mixture Design (DX7) dengan variabel berupa persentase pati sagu (80-100%) dan tepung kacang hijau (0-20%). Substitusi tepung kacang hijau dapat menurunkan kekerasan, kelengketan, dan elongasi mi sagu, namun meningkatkan cooking loss. Produk optimum mi sagu diperoleh dengan substitusi tepung kacang hijau 4,7%. Pada kondisi ini mi sagu memiliki karakteristik kekerasan 1996,03 gf, skor kelengketan -19,2 gf, skor elongasi 214,35% dan skor cooking loss 10,82%. Uji sensori terhadap mi sagu formula optimum menunjukkan bahwa mi sagu yang dibuat secara keseluruhan tidak berbeda nyata dengan mi kering terigu komersial. Kata kunci: Cooking loss, elongasi, mi pati, sagu, tepung kacang hija

    Pengembangan Produk Pangan Olahan dari Pala di Desa Pasie Kuala Asahan

    Full text link
    LatarBelakang: Minimnya pemanfaatan daging buah pala menyebabkan daging buah pala sering terbuang sebagai limbah. Padahal jika dimanfaatkan secara optimal melalui diversifikasi produk olahan, buah pala dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomi sehingga berpeluang meningkatkan pendapatan petani pala. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk olahan pala yaitu sukade dan sari pala serta mengetahui penerimaan produk tersebut berdasarkan uji organoleptik. Metode: Penelitian dilaksanakan dengan pengujian hedonik pada sukade pala, dan sari pala menggunakan pembanding sukade pepaya dan sari nenas. Variabel pengamatan meliputi tingkat kesukaan panelis/organoleptik (warna, aroma, dan rasa). Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dan dilanjutkan menggunakan uji beda BNT dalam tingkat 5%. Hasil: Hasil penelitian terkait tingkat kesukaan panelis terhadap sukade pala menggunakan pembanding sukade pepaya menunjuk skor penilaian warna (5,2-5,4) kategori agak suka, rasa (5,1-5,5) kategori agak suka, aroma (5,4-5,7) kategori agak suka hingga suka, dan tekstur (4,3-4,8) termasuk kategori netral hingga agak suka. Hasil pengujian organoleptik pada sari pala dengan pembanding sari nenas diperoleh skor penilaian warna (4,7-4,9) kategori agak suka, rasa (5,7-5,9) kategori suka, dan aroma (5,6-5,8) kategori suka. Secara organoleptik dapat diketahui bahwa perbandingan antara sukade pala dengan sukade pepaya serta sari pala dengan sari nenas tidak berbeda nyata sehingga dapat dijadikan sebagai produk alternatif pala. Kesimpulan: Secara organoleptik dapat diketahui bahwa perbandingan antara sukade pala dengan sukade pepaya serta sari pala dengan sari nenas tidak berbeda nyata sehingga dapat dijadikan sebagai produk alternatif pala

    Karakteristik Organoleptik Mie Kering Berbasis Tepung Terigu Pada Berbagai Tingkat Penambahan Pure Bonggol Pisang

    Get PDF
    Bonggol pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif dalam pengolahan pangan, terutama dalam pemanfaatan bahan pangan lokal. Penelitian ini menggunakan tepung terigu dan pure bonggol pisang dalam pembuatan produk mie kering. Penilaian elastisitas yang paling tinggi diperoleh pada T4B4 (terigu 90% : pure bonggol pisang 10%). Semakin tinggi persentase pure bonggol pisang yang digunakan akan menghasilkan elastisitas mie yang semakin kecil dan daya terimanya juga semakin rendah karena mie semakin mudah putus saat ditarik. Kriteria warna yang paling disukai yaitu pada T0B0 (terigu 100%) dan T4B4 (terigu 90% : pure bonggol pisang 10%) dengan karakteristik warna yang cerah dan menarik. Penggunaan pure bonggol pisang dalam persentase tinggi menyebabkan warna yang dihasilkan menjadi lebih gelap akibat pengaruh warna pure bonggol pisang sehingga kurang disukai. Penilaian tingkat kelengketan yang paling tinggi diperoleh pada T4B4 (terigu 90% : pure bonggol pisang 10%). Semakin tinggi persentase pure bonggol pisang, maka daya terima nilai kelengketan akan semakin rendah karena mie akan semakin lengket sehingga susah untuk dipisahkan antara satu helai mie dengan helai mie yang lain. Uji hedonik menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap atribut keseluruhan dari mie kering sagu dan mie kering terigu tidak berbeda nyata, yaitu mie kering terigu dan pure bonggol pisang memiliki skor 4.56 sementara mie kering terigu memiliki skor 4.90
    corecore