97 research outputs found

    Seni Kontekstual Mengemas Teater Berbasis Tradisi

    Get PDF
    Kehadiran seni teater modern di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehadiran seni teater di daerah-daerah di Indonesia. Istilah ‘modern’ merujuk pada situasi dalam ruang dan waktu masa kini, dan merupakan cara melihat perkembangan dan perubahan teater di daerah-daerah menjadi bentuk teater masa kini bercita rasa Indonesia. Terjadi pergeseran konteks cipta, rasa, karsa, dari kehendak seniman yang bersifat tradisional menjadi kehendak yang bersifat nasional. Istilah ’tradisional’ diartikan sebagai pertunjukan teater yang sesuai dengan tradisi, yaitu sesuai dengan kerangka pola bentuk maupun pola penerapan yang selalu berulang. Identitas pertunjukan teater tradisional di Indonesia adalah pertunjukan yang terkait pada tradisi, atau yang mempunyai tradisi di Indonesia dan dibentuk melalui gagasan tradisionalisme. Pertunjukan tradisional merupakan bagian dari pengalaman nyata seniman tradisional di Indonesia. Istilah “nasional” terkait dengan nasionalisme sebagai suatu paham kebangsaan. Nasionalisme adalah wujud perlawanan ideologi terhadap kolonialisme, perlawanan terhadap konservatisme. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia harus dipahami dengan latar belakang sejarah kolonialisme di bumi Nusantara. Namun ancaman laten nasionalisme mengarah kepada disintegrasi. Kondisi ini benar-benar harus diwaspadai karena pada dasarnya nasionalisme mengambil peran sebagai perekat bentuk integrasi. Nasionalisme menjadi suatu entitas politik yang terdiri atas warga negara yang walaupun berbeda latar belakang ras, etnik, agama, budaya, dan golongan, tetapi mempunyai kehendak yang kuat untuk bersatu di bawah payung negara nasional dan di dalam suatu wilayah yang jelas batas-batasnya. Maka negara Indonesia terbentuk mengikuti konsep kebangsaan, yaitu menjadi satu negara kebangsaan berbentuk republik dengan mengakui kekhasan daerah-daerah. Teater modern adalah bentuk pertunjukan teater masa kini di Indonesia. Istilah ”Indonesia” sendiri sudah mengandung sifatnya yang modern. Secara budaya, teater Indonesia merupakan sebuah gejala baru kesenian di abad ke-20. Bukan saja teater tersebut menggunakan bahasa Indonesia sebagai salah satu cirinya, tetapi juga yang paling dasar adalah semangat, cita-cita, dan sejarahnya sangat erat terikat, bahkan dapat dikatakan ”senyawa” dengan dinamika bangsa dan negara Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Keanekaragaman tersebut tergambar dalam sebuah perjalanan panjang kehadiran pertunjukan teater Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa teater Indonesia dengan perkembangan sejarah dan watak alaminya merupakan bentuk multikulturalisme. Pertama, ia menyerap elemen-elemen teater daerah. Elemen-elemen ini bergabung dalam suatu cara tertentu dengan kemungkinan percampuran baru yang unik yang mengekspresikan sebuah kepekaan yang Indonesia. Kedua, teater Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang Indonesia harus menyelesaikan masalah-masalah yang datang dari fakta bahwa orang Indonesia kebanyakan bikultural, yaitu berbicara dalam kerangka budaya Indonesia dan daerah. Ketiga, teater Indonesia merupakan ekspresi dari aspirasi dan kepekaan orang-orang Indonesia. Hanya orang Indonesia dengan kepekaan (yang) Indonesia mampu memahami persoalan yang dihadapi Indonesia, baik sebagai bangsa maupun negara. Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas plural kehidupan. Nilai multikulturalisme mencakup tentang gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat di suatu negara yang beragam dari segi etnis, budaya, dan agama, tetapi tetap memiliki cita-cita yang sama untuk mengembangkan semangat mempertahankan keragaman tersebut. Kondisi geografis Nusantara digambarkan sebagai untaian ribuan pulau besar dan kecil (nusa), sebanyak 17.504 (Dishidros TNI-AL), yang tersebar dan terbentang di sepanjang khatulistiwa, terletak pada posisi silang dunia yang sangat strategis (antara), baik di antara dua samudra maupun dua benua dengan segala kosenkuensinya dan berbagai pengaruh lintasan di seluruh aspek kehidupan nasional. Dengan demikian, kata nusa dan antara yang dirangkai ke dalam satu pengertian Nusantara akan terus digunakan untuk memaknai keseluruhan dan keutuhan wilayah Indonesia. Masyarakat bangsa Indonesia sangat majemuk. Kondisi geografi “pulau ruang hidup” yang sangat beragam dan berbeda secara alamiah membawa pengaruh pada karakter masyarakat yang memiliki perbedaan cukup tinggi

    Ideologi Teater Barat (Memahami Realisme Dan Futurisme Dalam Teater Terkait Semangat Jaman)

    Get PDF
    Pada dasarnya sejarah panjang kesenian dapat diamati sebagai tempat persembunyian yang menyenangkan bagi ideologi. Artinya, melalui bentuk-bentuk ciptaan seni dan pemikiran yang ada di dalamnya tercermin kekerasan dan pemaksaan kekuasaan yang dialami oleh masyarakat luas. Unsur-unsur masyarakat, seperti kapitalis, agamawan, praktisi hukum, politisi, dan militer beramai-ramai memasukkan gagasan-gagasan mereka ke dalam sisi-sisi kehidupan masyarakat. Sehingga masyarakat pun disadari atau tidak terpengaruh dan akhirnya tercengkeram erat ke dalam ideologi mereka.Apa yang dapat disimpulkan dari pembahasan di atas adalah bahwa sejak akhir abad XIX hingga awal paruh kedua abad XX seniman selalu mempertanyakan bahwa memberontak terhadap dominasi terhadap manusia. Kehidupan manusia seutuhnya selalu ingin ditemukan seniman melalui karya-karyanya. Kebebasan manusia dalam berpikir hadir untuk melawan kekuasaan feodalisme dan agama. Pula kebebasan manusia untuk bertindak melawan dominasi teknologi dan industri. Perang adalah bukti nyata dari terciptanya separatisme feodal, agama, ilmu pengetahuan, dan kapital dari kebutuhan dasar manusia. Dengan kata lain keempat hal tersebut berada berseberangan dengan apa yang diinginkan oleh manusia. Dari titik inilah seniman tampil dengan karyanya sebagai usaha penyadaran maupun perbaikan kondisi masyarakat. Konsep Realisme memberi kesempatan manusia menengok sejarah kemanusiaannya sekaligus memberi ruang bagi kritisasi kehidupannya sendiri. Futurisme seolah mencerminkan era “keputus asaan” tentang sejarah panjang kemanusiaan dan memutuskan untuk melangkah jauh ke depan. Eksistensialisme mempertanyakan kembali jati diri manusia yang ada akhirnya terbelenggu pula ada fungsinya sebagai anggota masyarakat. Inilah ideologi yang telah mendapatkan perlawanan oleh ideologi. Ideologi perlawanan seniman melalui bentuk kesenian merupakan jalan “terakhir” bagi penyelamatan suatu peradaban. Namun tidaklah bermakna negatif atau pesimis, tapi ideologi berkesenian akan mencipta suatu babakan baru yang lebih menjanjikan. Seniman avant-garde akan mulai muncul.Bagaimana Teater Indonesia atau tepatnya Teater Modern Yogyakarta? Situasi dan kondisi perubahan telah tampil ke permukaan. Inilah saatnya menjadi pendahulu-pendahulu jaman. Tapi, mungkinkah? Sejarah 35 tahun kekuasaan Orde Baru mungkinkah telah memasung semangat pembaharuan para seniman Yogyakarta? Era Mini Kata dan Era Sampakan akankah terulang kembali? Mari kita saksikan 10 tahun ke depan Teater Modern Yogyakarta

    Damaturgi Media Baru (Dramaturgi Yang Diperluas Dan Peran Teknologi Digital)

    Get PDF
    Seni pertunjukan memiliki potensi untuk mengedukasi masyarakat di bidang sains, teknologi, dan seni, serta merekatkan komunikasi antara pelaku dengan penikmat seni. Hasil penelitian ini layak untuk dituliskan karena sejauh ini belum ada penelitian tentang teknologisasi dalam perluasan kinerja dramaturgi seni pertunjukan. Sepanjang sejarah seni pertunjukan, teknologi digunakan dengan berbagai varian pemprosesannya sebagai cara yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Adanya penolakan pelaku seni terhadap perkembangan teknologi di abad ke�21 ini baru sebatas sikap emosional. Kekuatan teknologi digital dianggap menghilangkan estetika transendental seni pertunjukan, dan ketidak mampuan pelaku seni membeli perangkat teknologi yang mahal, kurangnya edukasi ketrampilan teknologis secara interdisiplin, serta lemahnya kemampuan apresiatif penikmat seni. Melalui kajian literatur dengan metode kualitatif hermeneutik, konsep Mimetik, epikasi, dan intereaktip, sebagai abstraksi dialektika konvensi dramaturgi Mimetik, dan dramaturgi epikasi, serta dramaturgi interaktip, menunjukkan bahwa teknologisasi dalam seni pertunjukan mempertajam kebermanfaatan seni pertunjukan sebagai penghubung untuk mendekatkan komunikasi antarmanusia. Tulisan ini masih membutuhkan penelitian lanjutan bahwa, pertama, terjadi permasalahan kontestasi nilai-nilai tradisi dan modern dalam perluasan kinerja dramaturgi menghadapi teknologisasi masyarakat multikultur. Kedua, teknologisasi dalam perluasan kinerja dramaturgi telah mengubah kualitas pendidikan karakter di tengah kompetisi global. Ketiga, teknologisasi seni pertunjukan dan dampaknya terhadap ketahanan seni budaya

    Implementation of Deconstruction Method Ideas In The Contemporary Theatre of Pilihan Pembayun Yogyakarta

    Get PDF
    The presence of contemporary theatre performing arts in Indonesia can not be separated from the history of theatrical performing arts in areas in Indonesia. “Contemporary” refers to the situation in space and time today and is a way of pointing to the development and change of theatre in these areas. Today’s performing arts are undergoing significant changes in their form and content. It was inspired by the discovery of science and technology and the dynamics of the world’s cultural ideas in the 20th century. Hans Thies Lehmann’s post-dramatic ideas around the 1980s in Europe, among others, inspired the emergence of new creativity studies internationally. Performing arts transformed itself from an ‘art performance’ into an intercultural and interdisciplinary performance of art by dismantling and rebuilding elements of its performances. The research theme is the development of science within art, while the research topic is the utilization of art theory to create works of art. The study aims to examine theories and deconstruction methods based on post-dramatic ideas that improve the quality of intercultural and gender theatre creation. The specific research target is to discover the benefits of deconstruction theory for creating contemporary theatre. The theatrical performance chosen in this study was The Pilihan Pembayun, a drama script by Hirwan Kuardhani and directed by Yudiaryani and Wahid Nurcahyono. Research methods use qualitative description methods. Qualitative methods look for the meaning behind data with interpretive and thorough analysis techniques. Data collection techniques with participant elevation, interviews, observations, field records, and documents will be used in the research. The research results obtained are the theoretical foundation for eliminating the negative aspects of intercultural and gender communication in the performing arts. Kehadiran seni pertunjukan teater kontemporer di Indonesia tidak lepas dari sejarah kehadiran seni pertunjukan di daerah-daerah  di Indonesia."Kontemporer" mengacu pada situasi dalam ruang dan waktu saat ini dan merupakan cara untuk menunjuk pada pengembangan dan perubahannya.  Seni pertunjukan saat ini sedang mengalami perubahan signifikan dalam bentuk dan konten. Hal tersebut terinspirasi oleh penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dinamika ide-ide budaya dunia di abad ke-20. Ide-ide pasca-dramatik Hans Thies Lehmann sekitar tahun 1980-an di Eropa, antara lain,  mengilhami  munculnya studi kreativitas baru  secara internasional. Seni pertunjukan mengubah  dirinya dari 'pertunjukan seni' menjadi pertunjukan antarbudaya dan interdisipliner dengan membongkar dan membangun kembali elemen pertunjukannya. Tema penelitian adalah pengembangan sains dan teknologi dalam ranah seni, sedangkan topik penelitian adalah  pemanfaatan  teori seni untuk penciptaan karya  seni. Studi ini bertujuan untuk memeriksa teori dan metode dekonstruksi berdasarkan ide-ide pascadramatik yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas penciptaan teater antarbudaya dan gender. Pertunjukan teater yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pilihan Pembayun, naskah Hirwan Kuardhani dan disutradarai oleh Yudiaryani dan Wahid Nurcahyono. Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk menemukan manfaat dari teori dekonstruksi untuk penciptaan teater kontemporer. Metode penelitian menggunakan metode deskripsi kualitatif. Metode kualitatif mencari makna di balik data dengan teknik analisis interpretatif dan menyeluruh. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan, dan catatan lapangan, serta penggunaan dokumen. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pemanfaatan teori sebagai dasar menghilangkan dampak negatif dari komunikasi antarbudaya dan gender dalam penciptaan pertunjukan kontemporer

    Pengkajian Teori Dekonstruksi Bagi Penciptaan Teater Kontemporer Berbasis Interkultur dan Jender

    Get PDF
    Kehadiran seni pertunjukan teater kekinian atau teater di awal abad ke-21 di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehadiran seni pertunjukan teater di daerah�daerah. Istilah “kekinian” merujuk pada bentuk dan konten yang relevan dengan kreativitas pelaku seni dan cita rasa penonton di masa kini. Tema penelitian adalah pengembangan keilmuan seni teater, sedangkan topik penelitian adalah dialektika teori seni. Tujuan penelitian adalah mengkaji metode dekonstruksi yang didukung oleh pascadramatik Hans Thies Lehmann dalam rangka pemanfaatannya bagi peningkatan kualitas penciptaan teater kontemporer. Penelitian dilakukan selama satu tahun (2021). Target khusus penelitian adalah menemukan manfaat metode dekonstruksi bagi penciptaan teater berbasis interkultur dan gender. Metode dekonstruksi digunakan untuk mengkaji pertunjukan teater Pilihan Pembayun (2016-2017). Metode penelitian menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif. Metode kualitatif adalah mencari makna di balik data dengan teknik analisis interpretatif dan menyeluruh. Teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan catatan lapangan, serta penggunaan dokumen. Sifat data kualitatif adalah multidimensi dan kaya, sehingga berbagai disiplin ilmu secara paralel meneliti bagian-bagian penelitian, dan kemudian bagian-bagian dieksplanasi secara dekonstruktif agar interpretasi tidak kontradiktif. Hasil yang diperoleh adalah pengembangan dasar teoritis untuk menjembatani kesalahpahaman komunikasi antarkultural dan jender dalam seni pertunjukan. Signifikansi teoritis terhadap nilai praktik penciptaan adalah pengembangan metode dekonstruksi interkultur yang diterapkan dalam praktik penciptaan teater. Luaran penelitian adalah, pertama, artikel diterima di jurnal nasional terakreditasi Sinta 2. Kedua, artikel proceeding konferensi internasional dan nasional. Luaran tambahan adalah draft buku ajar

    Strategi Penguatan Kreativitas Seniman Ketoprak DIY dari Tahun 1999 hingga Tahun 2009

    Get PDF
    Cultural identity in ketoprak performance should depart from all cultural products themselves. Strengthening the form of ketoprak performance in the middle of the era becomes important for artists in building their creativity. The strategy was designed so that people assume that ketoprak was theirs and able to be their representation. Based on the data collected, the number of groups, performances, and ketoprak artists in DIY were as follows. The number of groups in four districts and one municipality were 497 groups. The number of ketoprak showed from 1999-2009 was 145 times. The highest number of ketoprak groups was in Kulonprogo Regency, followed by Gunungkidul Regency, Bantul Regency, Sleman Regency, and finally the Municipality. The year 2005 was a milestone in the development of ketoprak to the present. The successful renewal of ketoprak shows can be seen by the number of shows which are 113 times over five years (from 2005 to 2009), which means that there were twenty ketoprak shows every year, and every month there were two ketoprak shows. The condition was triggered by several factors as follows. First, local government awareness to determined the icon of DIY tourism as part of globalization. Second, the awareness of artists to package performances that match the demands of the times. Third, awareness of the artistic layout strategy using symbolic and supported by Tobong ketoprak tricks. Fourthly, the influence of ketoprak humor and ketoprak R&D which still uses the style of play and jokes, causes the ketoprak show to be no longer a mere political tool, but a tool and place of friendship for the citizens. Fifth, the story was no longer based on myths, chronicles and legends, but penetrated the wayang story but with a more contextual interpretation of the story with the present. By seeing the many activities of ketoprak performances in DIY it can be said if ketoprak has become an icon of culture and tourism in DIY. Ketoprak performances tread its survival was no longer a traditional art, but has become a form of modernist art. Over the past ten years, the ketoprak show has experienced quite improved conditions. The vigilance of artists and audiences must be constantly reminded. The trick was to continuing to enhance the role of government as a protector of arts and culture. The ketoprak festival must continuing to be held continuously. Improving the skills of ketoprak artists must continuing to be sharpened. Of course the friendship between Ketoprak artists must continuing to be encouraged. Government’s appreciation for ketoprak artists must be increased.Keywords: identity; ketoprak; strengthening; globalizatio

    Estetika, Seni, dan Media: Bunga Rampai Purnatugas Alexandri Luthfi R.

    Get PDF
    Buku bunga rampai purnatugas Estetika, Seni, dan Media ini diterbitkan sebagai wujud representasi perjalanan karier Drs. Alexandri Luthfi Rahman, M.S. (AL) sebagai seniman-akademisi selama kurun waktu dari 1986 hingga 2023. Sosok yang akrab disapa Alex, Alex Luthfi, atau Abah Alex ini lahir di Surabaya pada 12 September 1958. Menempuh pendidikan sarjana pada tahun 1978-1983 di STSRI “ASRI”, ISI Yogyakarta dan menyelesaikan kuliah pascasarjana di bidang seni tahun 1989-1992 di Fakultas Seni Murni, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. AL mengawali karier akademik seninya sebagai dosen pada tahun 1986 di Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta sampai pada tahun 1994. Pada tahun yang sama ia pindah mengajar di Jurusan Film dan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, ISI Yogyakarta. Pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Media Rekam selama dua periode, yakni 2008-2012 dan 2012-2016. Buku bunga rampai ini tersusun atas 18 artikel ilmiah yang merupakan kontribusi para kolega AL, baik yang berasal dari ISI Yogyakarta di FSR, FSP, dan FSMR maupun para kolega dari seniman dan akademisi berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan, ada satu tulisan dari kolega AL, Andrialis Abdul Rahman dkk. dari Universiti Teknologi MARA. Hadirnya buku ini dapat pula dimaknai sebagai bentuk ungkapan refleksi atas kiprah AL sebagai seniman dan akademisi. Selain itu, beberapa artikel mengulas estetika seni serta estetika dan media. Tulisan yang dimuat diklasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu tulisan estetika seni secara umum; tulisan tentang estetika dan media; serta tulisan yang membahas refleksi atas diri AL. Tulisan dari berbagai pihak tersebut disajikan dan diurutkan dari yang general ke yang spesifik. Sebelum masuk ke bagian inti, AL menulis esai tentang autobiografi dirinya dengan sudut subjektif untuk memberikan pemahaman kepada pembaca

    Kreativitas Seni dan Kebangsaan

    Get PDF
    Buku ajar yang berjudul Kreativitas Seni dan Kebangsaan merupakan cara penulis untuk menyampaikan pesan, baik kepada siswa didik, mahasiswa, seniman, akademisi, maupun penonton seni, agar mengetahui cara “membaca” sebuah karya cipta seni, khususnya teater, secara utuh dan menyeluruh. Sebuah pertunjukan seni dapat ditunjukkan dengan rumus A (seseorang) membuat B (karya seni) untuk C (penonton). Ketiga unsur tersebut memiliki teknik dan materi penciptaannya sesuai dengan keinginan dari penciptanya. Seorang pencipta atau pelaku seni diharapkan untuk terus mengasah nalar budi dan ketrampilannya dengan mencipta karya seni yang bermanfaat bagi masyarakat serta sesuai dengan perkembangan zaman. Karya seni sebagai wujud kreativitas dapat disejajarkan dengan karya-karya seni lainnya secara kompetitif, baik di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan karya seni harus mampu menjadi perjuru bagi peningkatan kualitas hidup manusia menuju manusia berakhlak mulia. Satu hal yang seringkali terlewat dari proses berkesenian adalah peran kreativitas seni terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebangsaan. Untuk itu, perlu direnungkan mengenai sinergisme dan konektivitas antara hasil pikiran, perasaan, dan tingkah laku manusia dengan kekuatan tanah yang memberinya kekuatan, dan keberlimpahan air yang mengalirkan keberlanjutan, serta luasnya udara yang meninggikan tujuan dan cita-cita bangsa. Selain itu, perlu direnungkan pula tentang dalamnya rasa kebangsaan masyarakat Indonesia sehingga mampu menumbuhkan inspirasi kreatif dari seniman untuk mencipta karya cerdas anak bangsa melalui pendidikan berkarakter yang mampu bersaing secara global. Rasa kebangsaan tersebut sekaligus dipergunakan untuk memperkuat ketahanan budaya. Demikianlah buku ajar ini disusun agar dapat digunakan untuk melakukan perenungan-perenungan serta menjawab berbagai permasalahan yang menyertainya. Buku berjudul Kreativitas Seni dan Kebangsaan ini disusun menjadi tiga bagian. Bagian satu bertajuk “Kreativitas Seni Pertunjukan”. Bagian dua bertajuk “Dramaturgi dan Perannya”. Bagian tiga bertajuk “Kebangsaan dan Ketahanan Budaya”. Bagian satu “Kreativitas Seni Pertunjukan” terdiri dari dua bab, yaitu: Bab I “Memburu Jejak Kreativitas Seni Pertunjukan”, dan Bab II “Teater Indonesia Dulu dan Kini”. Bagian dua “Dramaturgi dan Perannya” terdiri dari dari empat bab, yaitu: Bab III “Inspirasi Teori bagi Pertunjukan Teater”; Bab IV “Panggung Teatrikal”; Bab V “Metode Mini Kata Rendra”; Bab VI “Metode Via Negativa dan Teknik In-Trance Grotowski”. Bagian “Tiga Kebangsaan dan Ketahanan Budaya” terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab VII “Strategi Penguatan Kesenian Tradisional”; Bab VIII “Pendidikan Seni Berkarakter Kebangsaan”; Bab IX “Perlindungan Kekayaan Intelektual (KI) bagi Kesenian Tradisional”. Bagian satu dari buku ini menyampaikan pesan tentang perjalanan panjang proses kreatif seni yang bermula dari magi dan upacara. Wujud teater primitif tersebut menginspirasi hadirnya bentuk teater dunia sejak masa Yunani Kuno hingga teater masa kini. Pesan magi dan upacara tersimpan dalam wujud naskah drama. Pesan di dalamnya kemudian sampai di hadapan penonton melalui karya seni pertunjukan, di antaranya teater. Teater di Indonesia adalah teater yang berwujud tradisional, teater modern, teater modern berbasis tradisi, teater posmodern, dan teater kontemporer, serta beragam gaya pertunjukan akulturasi. Berbagai wujud teater di Indonesia menunjukkan bahwa teater Indonesia bersifat dinamis, cair, dan plastis ketika bersentuhan dengan teater dunia. Bagian dua dari buku ini menyampaikan gagasan, teori dramaturgi, dan metode pelatihan akting yang menjadi dasar hadirnya kreativitas pemanggungan. Dengan pemanfaatan teori dramaturgi, Teater Antropologi dan Teater Lingkungan membuka wawasan kreatif dari para seniman dan pencinta seni untuk memahami pertunjukan teater. Bahkan keberadaan teori dramaturgi tersebut kemudian mampu menghadirkan kembali wujud seni yang berbeda yang sesuai dengan interpretasi dan inspirasi mereka. Metode pelatihan akting, seperti Metode Mini Kata Rendra dengan sistem improvisasi dan Teater Miskin Grotowski dengan sistem via negativa dan teknik in-trance, menginspirasi seniman kreatif di Indonesia untuk melatih akting dan kelenturan tubuh aktor. Metode pelatihan akting yang tercipta oleh seniman-seniman dunia sebenarnya mampu dilacak juga jejaknya dalam pertunjukan teater tradisional di Indonesia. Bahkan diketahui bahwa metode pelatihan Jerzy Grotowski, Eugènio Barba, dan Richard Schechner mendapat inspirasi dari pelatihan atau training aktoraktor dan penari tradisional di negara-negara Asia, seperti seniman dari Cina, Jepang, India, dan Indonesia. Bagian tiga buku ini membahas pendidikan, kebangsaan dan ketahanan budaya yang terkait dengan kreativitas para seniman dan perlindungan kekayaan intelektual (KI) mereka. Selain seni sebagai karya cipta, seni juga memberi andil besar bagi pembangunan karakter anak bangsa. Sistem pendidikan seni dapat menginspirasi terjadinya pergeseran paradigma pendidikan nasional di Indonesia. Paradigma baru mengembangkan mindset peserta didik dalam rangka penguatan nilai-nilai akhlak mulia sebagai nilai kebangsaan Indonesia

    Melacak Jejak Pertunjukan Teater: Sejarah, gagasan, dan produksinya

    Get PDF
    Buku ajar ini menyampaikan seluruh bentuk teater, baik teater kata-kata, teater yang dinyanyikan maupun ditarikan, yang dipentaskan di atas panggung prosenium maupun di atas panggung terbuka, baik yang hadir di Indonesia maupun di mancanegara. Buku ini juga menunjukkanbagaimana penulis naskah baik di masa lalu maupun masa kini membentuk karya mereka dengan cara yang berbeda untuk mengungkapkan aspek-aspek yang berbeda di masa mereka masing-masing

    Mengemas Teater Modern Indonesia Berbasis Tradisi

    Get PDF
    Kehadiran seni pertunjukan teater modern di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehadiran seni pertunjukan teater di daerah-daerah di Indonesia. Istilah ‘modern’ merujuk pada situasi dalam ruang dan waktu masa kini dan merupakan cara untuk menunjuk adanya perkembangan dan perubahan teater di daerah-daerah menjadi bentuk teater kekinian yang bercita rasa Indonesia. Artinya terjadi pergeseran konteks cipta, rasa, karsa, dari kehendak seniman yang bersifat tradisional menjadi kehendak yang bersifat nasional. Istilah ’tradisional’ diartikan sebagai pertunjukan teater yang sesuai dengan tradisi, yaitu sesuai dengan kerangka pola bentuk maupun pola penerapan yang selalu berulang. Artinya bahwa identitas pertunjukan teater tradisional di Indonesia adalah pertunjukan yang terkait pada tradisi, atau yang mempunyai tradisi di Indonesia dan dibentuk melalui gagasan tradisionalisme. Pertunjukan tradisional merupakan bagian dari pengalaman nyata seniman tradisional di Indonesia. Teater modern dianggap sebagai bentuk pertunjukan teater masa kini di Indonesia. Istilah ”Indonesia” sendiri sudah mengandung sifatnya yang modern. Secara budaya, teater Indonesia merupakan sebuah gejala baru kesenian di abad ke-20. Bukan saja teater tersebut menggunakan bahasa Indonesia sebagai salah satu cirinya, tetapi juga yang paling dasar adalah semangat, cita-cita, dan sejarahnya sangat erat terikat, bahkan dapat dikatakan ”senyawa” dengan dinamika bangsa dan negara Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Keanekaragaman tersebut tergambar dalam sebuah perjalanan panjang kehadiran pertunjukan teater Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa teater Indonesia dengan perkembangan sejarah dan watak alaminya merupakan bentuk multikulturalisme. Pertama, ia menyerap elemen-elemen teater daerah. Elemen-elemen ini bergabung dalam suatu cara tertentu dengan kemungkinan percampuran baru yang unik yang mengekspresikan sebuah kepekaan yang Indonesia. Kedua, teater Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang Indonesia harus menyelesaikan masalah-masalah yang datang dari fakta bahwa orang Indonesia kebanyakan bikultural, yaitu berbicara dalam kerangka budaya Indonesia dan daerah. Ketiga, teater Indonesia merupakan ekspresi dari aspirasi dan kepekaan orang-orang Indonesia. Hanya orang Indonesia dengan kepekaan (yang) Indonesia mampu memahami persoalan yang dihadapi Indonesia, baik sebagai bangsa maupun negara. Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keagamaan dan plural yang terdapat dalam kehidupan. Nilai multikulturalisme mencakup tentang gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat di suatu negara yang beragam dari segi etnis, budaya, dan agama, tetapi tetap memiliki cita-cita yang sama untuk mengembangkan semangat mempertahankan keragaman tersebut. Di Indonesia, masyarakat multikulturalisme terbentuk akibat dari kondisi budaya dan sosial maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Melalui pendekatan multikulturalisme, teater modern di Indonesia dianggap memiliki jati diri yang berbasis pada akar multikultur. Kemajemukan budaya, baik dari lokal kedaerahan maupun tradisi mancanegara menjadi inspirasi kreatif seniman Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa akar teater tradisi dan modern terus berpijak pada masyarakat yang menghidupi pertunjukannya
    • …
    corecore