13 research outputs found

    Pro-Civil Society Empowerment Programs of Fishermen in the West Coast Region of Buleleng Regency

    Get PDF
    The marine area of the west coast of Buleleng Regency has great potential for fisheries and marine affairs which, if managed properly, will be able to provide welfare for people who depend on the fisheries and marine sectors such as fishing communities. However, the reality is that there are still many fishermen who are in poverty so this is an irony for an area that has rich marine potential but the condition of the fishing community is still in the shackles of poverty so that policies or empowerment programs that are more pro-civil society are needed. This research was conducted to find out some of the actions of empowering fishing communities in the West Coast Region of Buleleng Regency, so that they can be useful both theoretically and practically. Data collection methods were carried out through interviews with several informants to obtain primary data and also through observation methods and document studies. Data analysis will be carried out using qualitative analysis, namely organizing data, sorting it into manageable units, synthesizing it, looking for and finding patterns, so that a conclusion is obtained. The research revealed that the sectoral government has implemented several actions that are part of the coastal community empowerment program including fishermen through several activities, namely strengthening the entrepreneurial culture of fishermen, strengthening fishermen's institutions, strengthening participation, strengthening fishermen's capital and through providing revolving capital assistance, as well as infrastructure assistance. As a result, fishing communities can experience positive benefits from empowerment efforts such as increasing fishery and non-fishery business diversification and wider fishing range so that it can affect the socio-economic conditions of fishermen who are getting better. It can be suggested to the related parties, that the fishing community should be provided with fisherman business capital assistance by the government through financial institutions that are no longer considered burdensome to fishermen, such as the necessity of guarantees or collateral in the form of certificates or BPKB when obtaining fisherman business credits that have been This is a complaint of the fishing community, especially the small fishermen

    Jantra jurnal sejarah dan budaya Vol.V No.10

    Get PDF
    1. Gemeente Pasuruan 1918-1942 2. Gianyar kota budaya : dari kota keraton sampai kota seni, 1771-1980-an 3. Dari kampung desa kekampung kota : perubahan ekologi kota Surabaya dalam perspektif permukiman pada masa kolonial 4. Batu Malang : dari kota perkebunan ke kota agrowisata 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh, kembang dan pudarnya pelabuhan Tuban 6. Konflik antarkomunitas etnis dan representasi identitas etnis di Sampit, Kalimantan Tengah 7. Diskursus cacah dalam pengelolaan agraria keraton Yogyakarta abad ke 18-19 8. Permukiman kota dan masalahnya kasus kota Yogyakart

    Jantra: jurnal sejarah dan budaya Vol. III No.6 Desember 2008

    Get PDF
    1. Pembangunan di Tingkat Lokal Dalam Otonomi Daerah 2. Pemerintahan Desa Dalam Upaya Pembangunan Desa 3. Elit Lokal dan Pembangunan Desa 4. Sejarah Sosial Migran-Transmigran Bali di Sumbawa, 1952-1997 5. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa 5. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Kabupaten Bantul 6. Realitas Poskolonial Keluarga dan Desa Jawa 7. Kenduri Lampah Sekar di Desa Parangtritis 8. Pandangan Hidup Iskadi Dalam Membangun Karangtengah Wonogir

    Logo & Nama PT. BPR Bank Daerah Gianyar ( PERSERODA )

    Get PDF
    KATA PENGANTAR Om Swastiastu, Puji syukur yang tidak terhingga saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatNya penyusunan “Desain Logo PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda)” ini akhirnya bias diselesaikan sesuai rencana. Kegiatan promosi sangat membutuhkan sebuah logo untuk menjadi wadah dalam melakukan komunikasi pemasaran. Logo dapat dijadikan acuan untuk dapat menampilkan image dalam menyampaikan promosi perusahaan. Seperti pembuatan desain Logo PT. BPR. Bank DaerahGianyar (Perseroda), sebuah logo tentu akan menjadipembeda dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bali maupun di Indonesia. Dalamhal ini logo sangatlah berperanan penting untuk dapat digunakan dalam kegiatan promosi. Menciptakan sebuah logo adalah lebih ke arah ingin tampil berbeda dari perusahaan sejenis yang lain dengan memanfaatkan keunikan yang dimiliki oleh PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda), dengan menampilkan keunikan dalam sebuah logo maka PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda) akan terangkat citranya. Sehubungan dengan perubahan bentuk badan hokum perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Werdhi Sedana Kabupaten Gianyar menjadi Perusahaan PerseroanDaerah Bank Perkreditan Rakyat Bank daerah Gianyar atau PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda), maka dibuatkan desain logo dan nama yang disesuaikan dengan visi misi PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda) yang juga selaras dengan visi misi kabupaten Gianyar. Pembuatan logo dan nama ini merupakan bagian dari kegiatan promosi PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda) Kabupaten Gianyar untuk mengkomunikasikan program-program kegiatan yang dilakukan dibidangnya. Buku ini akan menjelaskan bagaimana desain logo dan namaPT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda) kabupaten Gianyar dibuat yang didasari kajian ilmiah baik melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber sehingga menghasilkan karya desain logo dan nama PT. BPR. Bank Daerah Gianyar (Perseroda) kabupatenGianyar yang dapat nantinya dipergunakan untuk kebutuhannya promosi dan lainnya. Om Shantih Santih Santih om, ii Denpasar, 20 April2020 Tim Penyusu

    Buku Branding World Craft City Gianyar Internasional 2020

    Get PDF
    SAMBUTAN REKTOR ISI DENPASAR Om Swastiastu, Puji syukur atas segala rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karenaNya Buku Branding Event Gianyar International Craft Festival (GICF) tahun 2020 dapat terselesaikan sesuai rencana. Saya selaku Rektor ISI Denpasar, tentu merasa bangga dan berterimakasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam membantu penyusunan buku ini. Bagi Institut Seni Indonesia Denpasar, penyusunan buku branding GICF 2020 diharapkan mampu berkontribusi, membantu Kabupaten Gianyar didalam pelaksanaan event 2 tahunan yang bertaraf internasional. Buku ini juga sebagai ajang untuk menampilkan eksistensi perguruan tinggi seni dalam melaksanakan Tridarma Perguruan tinggi yang salah satunya adalah penelitian/perancangan buku branding. Sebagai ruang bersemainya kecakapan penelitian dengan penguasaan konsep serta tetap terus membangun jaringan dan kerjasama sosial. ISI Denpasar terus memacu tekad dan kerja nyata semua sivitas akademikanya agar terus mengasah diri dan berkompetisi untuk mengisi ruang-ruang aktualisasi seni dan desain. Sebagai penutup, ijinkan saya mewakili segenap sivitas akademika ISI Denpasar menghaturkan terimakasih kepada semua pihak, terutama Bupati Gianyar, Ketua Dekranasda Kabupaten Gianyar, Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Gianyar, Seluruh Tim Penyusun yang telah bekerja sungguh-sungguh dalam penyusunan Buku Branding GICF 2020. Semoga semua diberi kesehatan dan pikiran jernih untuk melanjutkan pembangunan bidang pendidikan dan seni/desain di Indonesia yang kita cintai bersama ini. Om Santih Santih Santih Om Denpasar, 10 Desember 2019 Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha M.Hum NIP: 19661201199103100

    BRANDING GIANYAR KABUPATEN KREATIF

    Get PDF
    Om Swastiastu, Puji syukur yang tidak terhingga saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat-Nya penyusunan “Buku Branding Gianyar Kabupaten Kreatif” ini akhirnya bisa diselesaikan sesuai rencana. Kegiatan branding sangat membutuhkan sebuah logo untuk menjadi wadah dalam melakukan komunikasi pemasaran. Logo dapat dijadikan acuan untuk dapat menampilkan image dalam menyampaikan branding. Seperti halnya branding Kabupaten Gianyar, sebuah logo tentu akan menjadi pembeda dari kabupaten-kabupaten yang ada di Bali maupun di Indonesia. Dalam hal ini logo sangatlah berperanan penting untuk dapat digunakan dalam kegiatan branding yang juga merupakan branding yang pertama bagi Kabupaten Gianyar setelah mendapatkan perhargaan kabupaten kreatif oleh Bekraf. Kegiatan branding ini dilakukan untuk dapat merangkul target audiens, sehingga Gianyar dianggap target yang tepat sebagai suatu pilihan. Menciptakan sebuah brand adalah lebih ke arah ingin tampil berbeda dari daerah yang lain dengan memanfaatkan keunikan yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar, dengan menampilkan keunikan dalam sebuah brand maka kabupaten Gianyar akan terangkat citranya dengan mengungkap kenyataan yang ada di tempat tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Rustan (2009: 16) bahwa branding adalah kegiatan membangun sebuah brand. Membuat identitas, termasuk logo, merupakan salah satu kegiatan branding. Kabupaten Gianyar pada tahun 2019 mendapatkan penghargaan oleh Bekraf sebagai Kabupaten Kreatif dalam bidang seni pertunjukan sub sektor kuliner dan kriya. Didasarkan hal tersebut, kabupaten Gianyar akan ditambah Ka Ta kreatif sebagai konsep daripada pembuatan logo branding. Pemilihan konsep Gianyar kreatif dalam logo dikarenakan kabupaten Gianyar berkeinginan bahwa masyarakat luas mengetahui bahwa Gianyar merupakan bagian dari 10 kota/kabupaten yang dinobatkan sebagai kabupaten/kota kreatif. Dengan menampilkan tipografi Gianyar kreatif yang dipadukan ilustrasi legong sebagai bagian dari logo menjadikan ikon kabupaten Gianyar yang sejalan dengan tujuan dilakukannya branding kabupaten Gianyar melalui buku ini. Pembuatan buku ini merupakan bagian dari kegiatan branding Kabupaten Gianyar untuk mengkomunikasikan program-program kegiatan yang dilakukan dibidang kreatif. Buku ini akan menjelaskan bagaimana branding Gianyar kabupaten kreatif dibuat yang didasari kajian ilmiah baik melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber sehingga menghasilkan karya desain logo branding Gianyar kabupaten kreatif yang dapat dipergunakan untuk kebutuhan promosi Kabupaten Gianyar melalui kegiatan branding. Om Santih, Santih, Santih, Om Gianyar, 2019 Tim Penyusu

    RESPONS LOKAL TERHADAP REVOLUSI INDONESIA DI SUNDA KECIL, 1945 – 1950

    Get PDF
    Many studies about national revolution or freedom war more likely show their view based on the “national” perspective. But recently, It seems to be necessary to see from the local perspective. Only based on the local perspective which elevates the response of local dynamic, the understanding of the National Revolution will be better and having much more complete illustration. The local dynamic can be a reflection of the main territory command, which has autonomous characteristic, and the local events represent the authentic reflection of internal dynamic, although the fluctuation is influenced by outsider. In other words, the events of local dynamics such as the response of the local people to revolution taking place in Sunda Kecil are very relevant to explain the National Revolution which was indicated by the beginning process of forming nation identity toward the modern Republic of Indonesia

    Sejarah Pembangunan Lima Tahun di Provinsi Bali 1969-19888

    No full text
    xii.175 hal

    Sejarah Pembangunan Lima Tahun Di Propinsi Bali 1969 - 1988

    No full text
    Berdasarkan perspektif sejarah, program pembangunan yang dilaksanakan di propinsi Bali telah terangkat beberapa sektor yang mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas daerah. Berkembangnya beberapa sektor sejak Pelita I sampai IV tidak bisa dilepaskan dari potensi daerah yang dimiliki. Sesungguhnya kondisi daerah yang telah ada semakin jelas dirumuskan pada masa awal orde baru, dan lebih jelas lagi setelah Pemerintahan Orde Baru mencanangkan program pembangunan dengan rentangan waktu atau periodisasi

    Puputan Badung 20 September 1906 : Perjuangan raja dan rakyat Badung melawan kolonialisme Belanda

    No full text
    Bagian-bagian daerah Badung yang semula terlepas sebagai sebuah segmen karena tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, kemudian terintegrasi ke dalam struktur sehingga membentuk kerajaan Badung sebagai sebuah sistem politik dibawah I Gusti Ngurah Denpasar. Puncak Integrasi ke dalam sebuah sistem ditunjukkan oleh hubungan melalui perdagangan maupun interaksi daerah pertanian di pedalaman sejak dipersatukan oleh I Gusti Ngurah Denpasar pada tahun 1779. Kebutuhan untuk melakukan kontrol terhadap daerah pertanian disekelilingnya tampak dalam ekspedisi laskar sebagai salah satu perwujudan isi hubungan Kerajaan Badung dengan raja lainnya di Bali. Selanjutnya, perubahan yang sangat cepat yang terjadi pada permulaan abad ke 20, mengharuskan raja dan rakyat Badung kembali mengartikulasikan nilai yang dianggap luhur, yaitu ikhlas didalam menghadapi perubahan yang sedang berlangsung pada waktu itu
    corecore