102 research outputs found

    THE STUDY OF LAND SUBSIDENCE RATE AT COASTAL AREA OF SEMARANG CITY, INDONESIA

    Get PDF
    Semarang is a coastal city that has been suffered by rob flood for at least 25 years. One of main factors causes rob flood in Semarang is land subsidence. Land subsidence occurs in Semarang is a complex problem because the rate of land subsidence is different in places and changes in the development of time. Therefore it is necessary to monitor the land subsidence rate in Semarang. The aim of this research are to check the newest elevation of Bench Marks in coastal area of Semarang, to monitor land subsidence rate in coastal area of Semarang, To make elevation and land subsidence contour map in coastal area of Semarang. The result of this research shows that bench marks which are above MSL +100 m in height are stable enough. The closer to the sea, the faster land subsidence occurs. Soil type in coastal area of Semarang which is included young-soft soil type makes it still undergoes compression / consolidation. More over, coastal area of Semarang which is the center of the city activity such as Industry, buildings, reclamation, crowded transportation, and many artisian well has made land subsidence happens faste

    HUBUNGAN ANTARA DAERAH PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DENGAN PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN TEGAL JAWA TENGAH

    Get PDF
    Daerah penangkapan rajungan dipengaruhi oleh parameter oseanografi, seperti arus, SPL, salinitas dan kedalaman. Ketidaktahuan nelayan dalam memprediksi daerah penangkapan rajungan yang baik mengakibatkan nelayan terkendala untuk dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi penangkapan rajungan di Tegal. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara hasil tangkapan rajungan dengan parameter oseanografi yang mempengaruhinya serta menganalisis distribusi spasial daerah penangkapan rajungan di Perairan Tegal. Hubungan antara hasil tangkapan rajungan dengan parameter oseanografi dianalisis menggunakan analisis regresi. Distribusi spasial daerah penangkapan rajungan menggunakan metode krigging, serta metode pembobotan untuk menentukan kelas kesesuaian. Hasil yang didapatkan adalah kecepatan kecepatan arus didapatkan berkisar 0,02 – 0,78 m/s; SPL berkisar 25 – 31oC; salinitas 25 – 36 ‰; dan kedalaman 2,4 – 17,5 m. Kecepatan arus memiliki koefisien korelasi yang terbesar yang diikuti dengan SPL, salinitas, dan kedalaman. Area yang sesuai untuk sumberdaya rajungan berdasarkan metode pembobotan didapatkan berada di kisaran 3 – 5 mil laut dari bibir pantai yang berada di Perairan Kabupatan Tegal. Area yang sesuai dengan kehidupan rajungan mempunyai luas 4.123 ha

    Perubahan Ketebalan Lapisan Termoklin akibat Variabilitas Iklim ENSO dan IOD di Perairan Selat Bali

    Get PDF
    Selat Bali merupakan perairan semi tertutup yang menghubungkan Laut Bali di bagian utara dan Samudera Hindia di bagian selatan. Perairan ini juga memisahkan Pulau Jawa di sisi barat dan Pulau Bali di sisi timur. Lapisan termoklin merupakan lapisan perairan laut yang dicirikan terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman. Kedalaman termoklin merupakan parameter fisis lautan yang letaknya bisa berubah-ubah secara vertikal. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lapisan termoklin yang terdapat di selat Bali dan melihat terdapatnya pengaruh dari variabilitas iklim ENSO dan IOD dengan menggunakan data angin, ONI, DMI dan vertikal temperatur dalam jangka waktu 11 tahun (2010-2020). Ditemukan lapisan termoklin pada bagian utara dan selatan di perairan Selat Bali dengan hasil ketebalan saat kondisi La Niña (2011) sebesar 119,5m, El Niño (2016) sebesar 50m, IOD (+) 2017 sebesar 100,5m dan IOD (-) 2019 sebesar 150,2m pada bagian utara. Sedangkan bagian selatan saat kondisi La Niña (2011) sebesar 190,5m, El Niño (2016) sebesar 19,5m, IOD (+) 2017 sebesar 106,5m dan IOD (-) 2019 sebesar 90,5m. Pada tahun 2016 terjadi peristiwa pendangkalan pada batas bawah di bagian selatan. Peristiwa ini disebabkan karena menguatnya arus lintas Indonesia yang diduga menekan batas atas sehingga lapisan tersebut mengalami pendalaman.Kata kunci: Perairan Selat Bali, Lapisan Termoklin, ENSO dan IOD The Bali Strait is a semi-enclosed water that connects the Bali Sea in the north and the Indian Ocean in the south. These waters also separate the island of Java on the west side and the island of Bali on the east side. The thermocline layer is a layer of marine waters which is characterized by a rapid decrease in temperature with depth. The depth of the thermocline is a physical parameter of the ocean whose location can vary vertically. This study aims to examine the thermocline layer in the Bali strait and see the influence of ENSO and IOD climate variability using wind, ONI, DMI and vertical temperature data for a period of 11 years (2010-2020). Thermocline layers were found in the northern and southern parts of the waters of the Bali Strait with thickness results under La Nia (2011) conditions of 119.5m, El (2016) of 50m, IOD (+) 2017 of 100.5m and IOD (-) 2019 of 150.2m in the north. While the southern part during La Nia (2011) conditions was 190.5m, El Niño (2016) was 19.5m, IOD (+) 2017 was 106.5m and IOD (-) 2019 was 90.5m. In 2016 there was a silting event at the lower boundary in the southern part. This incident was caused by the strengthening of Indonesian traffic flow, which allegedly suppressed the upper boundary so that the layer was deepened.Keywords: Bali Strait Waters, Thermocline Layers, ENSO and IO

    IDENTIFIKASI KAWASAN UPWELLING BERDASARKAN VARIABILITAS KLOROFIL-A, SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ANGIN TAHUN 2003-2015 (Studi Kasus: Perairan Nusa Tenggara Timur)

    Get PDF
    Keberadaan laut Indonesia yang luas dan posisi Indonesia yang strategis menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia sehingga Indonesia memiliki sumber daya alam laut yang sangat potensial, salah satunya yaitu perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mempunyai potensi ikan yang melimpah. Banyaknya potensi ikan tidak lepas dari keberadaan fitoplankton yang dapat diketahui dari kandungan klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut (SPL) melalui teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra aqua MODIS dan didukung dengan arah dan kecepatan angin citra QuickScat di perairan NTT. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan bahasa pemrograman untuk mengolah data SPL, klorofil-a dan angin dari tahun 2003-2015 sehingga didapatkan pola spasial sebaran SPL, klorofil-a, arah dan kecepatan angin untuk mengidentifikasi fenomena upwelling di perairan NTT yang terbukti kaya akan nutrisi dan banyak mengandung fitoplankton sebagai pakan alami ikan sehingga memberikan banyak pengaruh dalam peningkatan produktivitas ikan di perairan NTT. Pengujian data dilakukan dengan menganalisis spasial sebaran data klorofil-a, SPL dan angin terhadap daerah potensi ikan di perairan NTT. Hasil penelitian ini diperoleh peta sebaran SPL, klorofil-a dan angin secara klimatologi untuk mengetahui sebab akibat fenomena upwelling di perairan NTT. Fenomena upwelling di perairan NTT terjadi pada bulan Mei sampai bulan September. Pada waktu upwelling, nilai sebaran klorofil-a berkisar 0,223-0,413 mg/m3 dengan rata-rata 0,329 mg/m3, sebaran klorofil-a tertinggi pada bulan September. Nilai sebaran SPL berkisar 26,768-28,689 ⁰C dengan rata-rata 27,548 ⁰C, sebaran SPL terendah pada bulan Agustus dan kecepatan angin pada saat upwelling berkisar 3,654-5,351 m/s dengan rata-rata 4,715 m/s, kecepatan angin tertinggi pada bulan Juli. Oleh karena itu, teradi keterlambatan waktu upwelling di perairan NTT

    The Influence of Madden Julian Oscillation on the Formation of the Hot Event in the Western Equatorial Pacific

    Get PDF
    Hot event (HE) is the high SST phenomena higher than about 30C, occur in an area of more than 2×106 km2 and last for a period more than 6 days. HE develops only under the condition of high solar radiation and low wind speed. The indication of the relation between HE and MJO has been described in the previous study for one HE case. In the present study, the more case of MJO-HE relation is collected for the period of 2003-2011 and the possible mechanisms is examined. New Generation Sea Surface Temperature for Open Ocean (NGSSTO-Global-V2.0a) was used to identify HEs. Precipitation from TRMM were bandpass filtered with cut off period of 30-60 days for MJO identification. Observation data from TAO/TRITON buoy were used for investigating the possible mechanism of MJO-HE relation. Off 48 HE cases located along the equatorial band, the development of 29 HE cases was related to the suppressed phase of MJO whereas the high solar radiation occurred. High precipitation during the active phase of MJO may contribute to stabilize the upper mixed layer. The stable upper water column fasten the heating process during the suppressed phase of MJO, generating HE

    Pengaruh Arus Sejajar Pantai (Longshore Current) Terhadap Proses Perubahan Garis Pantai di Pantai Marunda, Jakarta Utara

    Get PDF
    Abstrak Pantai Marunda berada di Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara. Sisi barat Pantai Marunda terdapat Pelabuhan KCN Marunda dan di sisi timur terdapat jetty pada muara sungai Banjir Kanal Timur. Jetty dapat mempengaruhi energi arus sejajar pantai yang mentranspor sedimen di sepanjang pantai. Transpor sedimen dapat menyebabkan perubahan garis pantai akibat abrasi maupun sedimentasi. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui proses hidrodinamika yang terjadi di Pantai Marunda yang menyebabkan perubahan garis pantai. Metode penelitian yang dipakai berupa metode kuantitatif. Data angin didapatkan melalui ECMWF dari tahun 2012 – 2022 yang digunakan untuk peramalan gelombang. Peramalan gelombang menggunakan metode SMB (Sverdrup Munk Bretchneider) dengan aplikasi easywave yang dikelompokkan ke dalam 4 musim. Nilai transpor sedimen didapat berdasarkan pada kondisi gelombang di lokasi penelitian. Perubahan garis pantai menggunakan DSAS (Digital Shoreline Analysis System) menggunakan citra Landsat 7 tahun 2012 dan Landsat 8 tahun 2014 - 2022. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kecepatan arus sejajar pantai di Pantai Marunda pada musim barat dan peralihan 1 berkisar 0,75-0,91 m/s dengan arah arus bergerak menuju timur, sedangkan pada musim timur dan peralihan 2 berkisar 0,76-1,46 m/s dengan arah arus bergerak menuju barat. Arus sejajar pantai menghasilkan transpor sedimen sebesar - 105,65 m3/hari sampai 274,22 m3/hari dengan transpor tahunan berkisar -38.565,84 m3/tahun sampai 100.095,54 m3/tahun. Nilai transpor sedimen tersebut menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai dengan akresi sebesar 2,1 ha dan abrasi sebesar 0,02 ha.AbstractMarunda Beach is located in Cilincing District, North Jakarta City. It is bordered by the KCN Marunda Port on the west side and a jetty at the mouth of East Flood Canal on the east side. The existance of jetty can affect the energy of longshore currents that transport sediment along the coast. Sediment transport can cause shoreline changes due to abrasion or sedimentation. This research aims to investigates the hydrodynamic processes that causes the coastline changes at Marunda Beach. The research method was a quantitative method. Wind data was obtained from ECMWF (2012 – 2022) and it is used for wave forecasting. Wave forecasting used the SMB (Sverdrup Munk Bretchneider) method with easywave application which was divided into 4 seasons. The value of sediment transport was obtained based on the wave conditions at the study site. Changes in coastline was analyzed by DSAS (Digital Shoreline Analysis System) using Landsat 7 in 2012 and Landsat 8 images in 2014 - 2022. The results show that the longshore current velocity at Marunda Beach in the west season and transition 1 ranges from 0.75 to 0.91 m/s with the current moving eastward, while in the east monsoon and transition 2 it ranges from 0.76 to1.46 m/s with the current moving westward. Longshore currents produce sediment transport of -105.65 m3/day to 274.22 m3/day with annual transport ranging from -38,565.84 m3/year to 100,095.54 m3/year. The sediment transport value causes changes in the coastline with an accretion of 2.1 ha and an abrasion of 0.02 ha.

    Pengaruh ENSO dan IOD Terhadap Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Pada Periode Upwelling di Laut Banda

    Get PDF
    Laut Banda merupakan suatu perairan yang memiliki bentuk seperti cekungan (basin). Laut ini memisahkan paparan sunda di sebelah  barat dan paparan sahul  di sebelah timur. Laut Banda memiliki karakteristik oseanografi yang sangat menarik karena sebagai jalur perlintasan ARLINDO. Variabilitas iklim ENSO dan IOD memiliki keterkaitan terhadap SPL dan klorofil-a. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ENSO dan IOD terhadap distribusi SPL dan klorofil-a pada periode upwelling di Laut Banda. Penelitian ini menggunakan data suhu permukaan laut dari OISST, data klorofil-a dari OC-CCI, data kecepatan angin dari ASCAT, data indeks DMI dan data indeks ONI.Data-data tersebut diolah dengan metode komposit menggunakan bahasa pemrograman IDL (Interactive Data Language). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data 14 tahun dari Januari 2007-Desember 2020.  Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada fenomena  El-Niño dan IOD Negatif  di Laut Banda menimbulkan SPL rendah dan klorofil-a tinggi. Penurunan anomali SPL berkisar -0,5 oC sampai -1,5 oC dan peningkatan anomali klorofil-a sebesar 0,1 mg/m3 hingga 0,5 mg/m3. Pada saat El-Niño dan IOD Negatif menjadi puncak terjadinya upwelling di Laut Banda. Pada fenomena La-Niña dan IOD Negatif SPL mengalami peningkatan dan klorofil-a menurun. Kenaikan SPL berkisar 0,1 oC sampai 2 oC dan terjadinya penurunan anomali klorofil-a -0,1 mg/m3 hingga -0,4 mg/m3. Pada saat La-Niña dan IOD Negatif  menjadi upwelling terendah di Laut Banda.Kata kunci: SPL, Klorofil-a, ENSO, IOD, Laut Banda AbstractThe Banda Sea is a water that has a shape like a basin (basin). This sea distinguishes the Sunda shelf in the west and the sahul shelf in the east. The Banda Sea has a very interesting oceanographic characteristics because it is an Indonesian Throughflow crossing route. ENSO and IOD climate variability are related to SST and chlorophyll-a. The purpose of this study was to determine the effect of ENSO and IOD on the distribution of SST and chlorophyll-a in the upwelling period in the Banda Sea. This study uses sea surface temperature data from OISST, chlorophyll-a data from OC-CCI, wind speed data from ASCAT, DMI index data and ONI index data. The data is processed by a composite method using the IDL (Interactive Data Language) programming language. The data used in this study are 14 years of data from January 2007-December 2020. The results of this study indicate that the El-Niño and Negative IOD phenomena in the Banda Sea cause a low SST and a high chlorophyll-a. The decrease in SST anomaly ranged from -0.5 oC to -1.5 oC and the increase in chlorophyll-a anomaly ranged from 0.1 mg/m3 to 0.5 mg/m3. The time of El-Niño and Negative IOD became the peak of upwelling in the Banda Sea. When the La-Niña and Negative IOD phenomena occur, the SST increases and the chlorophyll-a decreases. The increase in SST ranged from 0.1 oC to 2 oC and the decrease in chlorophyll-a anomaly ranged from -0.1 mg/m3 to -0.4 mg/m3. The time of La-Niña and Negative IOD, is the lowest upwelling in the Banda Sea.Keywords: SPL, chlorophyll-a, ENSO, IOD, Banda Se

    Analisis ENSO terhadap Variabilitas Kedalaman Mixed Layer di Laut Maluku

    Get PDF
    Kondisi oseanografi di perairan Maluku dipengaruhi oleh variabilitas iklim ENSO salah satunya adalah kedalaman mixed layer. Menggunakan data satelit observasi dan data model untuk mengetahui kondisi angin, suhu permukaan laut dan kedalaman mixed layer tebal jangka waktu 10 tahun, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ENSO terhadap ketebaln mixed layer di perairan Maluku. Dengan mengginakan data kedalaman mixed layer dari Marine Copernicus, kami menemukan bahwa saat periode El-Niño (2015/2016) pada wilayah upwelling mengalami penipisan sebesar 2 meter sedangkan pada wilayah yang tidak terjadi upwelling mengalami penebalan sebesar 1- 2 meter. Saat periode La-Niña (2010/2011) tidak mengalami upwelling sehingga perairan ini mengalami penipisan hingga 7 meter pada seluruh perairan Maluku. Fenomena ini sangat berkaitan dengan kondisi angin di perairan Maluku.Kata kunci: ENSO, Suhu Permukaan Laut, Angin, Kedalaman Mixed Layer dan Perairan Maluku Oceanographic conditions in Maluku Seas are influenced by ENSO climate variability, one of which is the mixed layer depth. Using satellite observation and model data to determine wind, sea surface temperature and mixed layer depth condition in a period 10 years, this study aims to determine the influence of ENSO on the mixed layer depth in Maluku Seas. Using mixed layer depth data from Marine Copernicus, we found that during the El-Niño (2015/2016) the upwelling area experienced a shallower 2 meters while in the area that did not occur upwelling experienced a deeper 1-2 meters. During the La-Niña  (2010/2011) there was no upwelling so that these seas experienced shallower up to 7 meters in Maluku Seas. This phenomenon is clearly related to wind conditions in the  Maluku Seas.Keywords: ENSO, Sea Surface Temperature, Mixed Layer Depth, Winds, and Maluku Sea
    corecore