5 research outputs found

    Kajian Kerusakan Sungai Yeh Kelating Akibat Penambangan Batu Padas

    Get PDF
    Peningkatan kesejahteraan masyarakat telah membawa dampak pada peningkatan berbagai aktivitas masyarakat dalam segala hal. Hal ini membawa dampak positif dari sisi peningkatan pendapatan di  sekitar areal penambangan bagi masyarakat sekitar maupun dari pengusaha tambang itu sendiri. Namun dampak negatif lainnya juga tidak kalah akibatnya dilihat dari sisi lingkungan dan sisi hidrolis sungai yaitu rusaknya bentang alam, peningkatan pencemaran air dan udara sekitar penambangan, rusaknya jalan sekitar penambangan, rusaknya penampang sungai serta adanya pembuangan sedimen ke sungai yang berpotensi merusak keanekaragaman hayati wilayah sungai. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kajian tentang kerusakan sungai yang terjadi akibat penambangan. Berdasarkan data Kriteria penilaian yang dikeluarkan oleh Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang dapat disimpulkan bahwa penambangan batu padas di Tukad Yeh Kelating indek kinerjanya sebesar di bawah 5 atau kategori rusak berat yang artinya penambangan tersebut sangat merusak sungai dan lingkungan di sekitarnya

    PEMETAAN SITUASI DAN PENGUKURAN BEDA TINGGI, HAMMER TEST DAN PENYELIDIKAN TANAH DI PURA PRAPAT NUNGGAL KELURAHAN BENOA

    No full text
    Perkembangan pembangunan untuk fasilitas sarana dan prasarana pembangunan untuk parahyangan suci sangat cepat berkembang. Konteks sarana dan prasarana konsepnya memperbaiki tataletak dan fasilitas yang akan disediakan. Misalnya, apabila dilihat di Pura Kahyangan Jagat Besakih fasilitas disediakan sangat lengkap mulai sarana peristirahatan sampai sarana kebersihan. Akan tetapi, belum semua pura memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Pura Prapat Nunggal adalah salah satunya. Pura Prapat Nunggal merupakan salah satu pura yang terletak di tengah kawasan hutan mangrove masuk dalam kawasan Kelurahan Pedungan. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah : 1) belum adanya masterplan pura mulai dari jalan akses, pelinggih di jeroan termasuk pelinggih patok, 2) pembuatan jalan akses dengan teknologi beton mulai dari pondasi dan plat penghubung, 3) Rencana Anggaran Biaya, 4) penetapan areal parkir, dan 5) analisis perkuatan untuk pelinggih patok yang mengalami penurunan pondasi. Pengempon Pura Prapat Nunggal memiliki paiketan yang diberi nama PASEPAN (Paiketan Pasemetonan Pura Prapat Nunggal), sedangkan organisasi pembangunannya diberi nama Panitia Pembangunan Pura Prapat Nunggal. Jurusan Teknik Sipil melalui: a) Laboratorium Ilmu Ukur Tanah, b) Laboratorium Material, dan c) Laboratorium Tanah, membantu dengan menggunakan metode pemetaan situasi, test ”Hammer”, perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya), ”Uji Sondir dan Boring”. Pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat dengan nama: Total Station, prisma, patok polygon, water pass, meteran, sedangkan untuk uji kualitas beton menggunakan alat tembak yaitu “Hammer” dan alat sondir dan Bor. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan selama sehari pada hari Minggu tanggal 27 Agustus 2014 yang dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00. Hasil pemetaan menyatakan bahwa luasan kawasan Pura Prapat Nunggal adalah 1.000 m2 (10 are). Bangunan utama atau utama mandala adalah 800 m2, jalan penghubung 100 m2, pelinggih patok 50 m2, dan kamar mandi 50 m2. Berdasarkan hasil sondir dan boring bahwa kedalaman daya dukung tanah untuk beban bangunan tidak didapatkan karena jenis tanah lempung atau rawa-rawa sehingga alternatif dari tim struktur adalah dengan pondasi sumuran dengan buis beton dan membandingkan gaya gesek atau friction dengan beban yang direncanakan. Hal ini juga berlaku untuk perkuatan pelinggih patok, begitu dilakukan uji ”Hammer” didapatkan semua karakteristik beton di atas 175 kg/cm2. Hal ini menandakan bahwa pada saat konstruksi dulu kualitas beton sudah memenuhi syarat namun dari sisi pondasi yang tidak memenuhi syarat artinya, pondasi yang direncanakan tidak sesuai dengan beban yang ditopang sehingga salah satu sisi mengalami penurunan. Setelah mendapatkan data semua perencanaan RAB (rencana anggaran biaya ) didapatkan bahwa : 1. Pekerjaan Pembuatan Jalan Setapak Rp 80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah),  2. Pekerjaan pembuatan parkir luas 240 m2 Rp 1.800.000.000,00 (satu koma delapan milyar rupiah), dan 3. Perkuatan pelinggih patok Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Total pembangunan sekitar Rp 1.930.000.000,00 (satu milyar sembilan ratus tiga puluh juta rupiah)

    The study of clean water supply system managed by the community to ensure reliability of the clean water supply system in Tabanan District

    No full text
    Based on data from the Tabanan Regency Central Bureau of Statistics in 2020 administratively the Tabanan Regency area is 839.33 km2, consisting of 133 villages and 816 official banjars, with a population of 448,000 people. Tabanan Regency is one of the regencies in Bali, where the topographical conditions of the existing villages are mostly in remote areas, so they often experience difficulties with clean water distribution problems. For the current condition, the provision of clean water in Tabanan Regency is provided by PDAM (Local Water Company) through the use of springs, ground water and river water, in addition to several areas the water supply is carried out through Pamsimas (Community-Based Drinking Water and Sanitation Provision). Currently Pamsimas Tabanan Regency is divided into 9 service coverage areas for people in rural areas. In general, the condition of drinking water services presents the main problem, namely that not all areas are accessed by adequate water services. This problem is mainly caused by various obstacles such as limited water resources, limited infrastructure and topographical conditions

    Integrated water resources management in the Bukian irrigation area at Badung Regency

    No full text
    Management of Water Resources in order to meet the needs of living things is very important. Management of Water Resources that is not integrated will cause various problems, including drought, conflicts of interest between water users. The Bukian Irrigation Area is an irrigation area that utilizes surface water for its agricultural activities. Currently the Bukian Irrigation Area obtains irrigation water from the Bukian I weir and Bukian II weir as a supply weir to increase the need for water discharge required in the irrigation area. In the utilization of surface water that is used to meet irrigation needs at this time less attention is paid to a good water management system, such as a lack of control over water use. Water management can be carried out properly if the condition of the water balance in the system is known. Related to this, additional discharge and integrated water management are needed to avoid conflicts of interest between water users. The method in this study is a quantitative analysis with the mainstay discharge variable in the Bukian I and II weirs and irrigation water demand based on the existing cropping pattern.&nbsp

    Performance analysis of flood control buildings Mati river watershed area

    No full text
    The problem of flooding is a classic problem that befalls almost all regions in Indonesia. Likewise, the area in the Mati river watershed is experiencing problems that are not much different. Moreover, with the existing developments, almost all areas in the Mati River watershed have developed into urban settlement areas which have led to land conversion from agricultural land and green open land to other built-up land. The middle and downstream areas in the Mati River watershed are the main tourism areas in Bali such as Seminyak, Legian, Kuta and parts of the West Denpasar District, Denpasar City. These areas are dense settlements which contribute to increased surface runoff in almost all watershed areas. Several areas in the Mati River watershed are flood-prone areas, namely the Padangsambian area, Jalan Pura Demak area, Monang-Maning, Jalan Dewi Sri and areas in East Kuta. Several river improvements have been made to reduce the impact of flooding, namely changing the permanent weir to a mobile weir, normalizing the channel and building a pumping station which aims to reduce the effects of flooding and stagnant water during the rainy season
    corecore