12 research outputs found

    PREPARATION PRELIMINARY STUDY OF BIODEGRADABLE PLASTICS BASED OF CASSAVA COMPOUNDS WITH ADDITIVES LIMONENE EXTRACTION OF ORANGE LEATHER

    No full text
    Biodegradable plastic is a plastic material that is environmentally friendly because it is able to return to nature. In general, biodegradable packaging films is defined as packaging that is recyclable and can be destroyed by nature. Cassava starch can be an alternative biodegradable plastic raw materials. The manufacturing process is similar to the process of making plastics with the raw material of synthetic polymers. Biodegradable plastics are new breakthroughs to deliver maximum results, with the base material of cassava and the addition compound limonene, the thickness of relatively thin plastic, the stronger the attraction, elasticity longer. The purpose of this study was to determine the optimum conditions to produce biodegradable plastics with the compound limonene (additive) from the extraction of orange peel. Research conducted through three stages: (1) extraction of orange peel, (2) extraction of cassava starch, and (3) the manufacture of biodegradable plastics. Variable is an experiment conducted on susceptible starch concentration of 4-6% and 5-7% concentration of sorbitol. While the cooking temperature between 70-80oC and the addition of an additive compound of orange peel extract as much as 15%. Of research can be seen that the concentration of cassava starch, sorbitol concentration and the concentration of limonene compounds influencing parameters tested. Percent extension treatment with the highest concentrations found in cassava starch 6%, 7% sorbitol concentration, and concentration of the compound limonene 15%. Relatively good condition or optimum in the manufacture of biodegradable plastics at 80 oC. Keywords: biodegradable plastic, cassava starch, limonene, orange pee

    PENGANEKARAGAMAN PRODUK GULA KELAPA MENJADI GULA SEMUT DENGAN PENGEMASAN SEBAGAI PRODUK PARIWISATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN

    Get PDF
    Industri gula kelapaĀ  di desa Borobudur, merupakan industri yang telah diusahakan sejak lama,Ā  akan tetapi sampai saat ini belum ada pengembangan produk, sehingga orang mengkonsumsi hanya sebatasĀ  kebutuhan dapur, dan hanya dipasarkan di sekitar Borobudur pada pasar-pasar tradisional. Pemasaran di sekitar Borobudur ramai pada saat-saat tertentu yakni pada musim libur, namun hanya sedikit pelancong yang membeli gula kelapa sebagai buah tangan, disebabkan bentuk yang masih tradisional serta cara pemasaran yang kurang menarik konsumen. Permintaan gula kristal yang cukup potensial adalah dari hote-hotel disekitar Borobudur, kedai jamu, dan pusat oleh-oleh, selama ini hanya bisa memenuhi permintaan 30% nya, disebabkan peralatan yang masih tradisional (mengaduk dengan kayu dan menggerus dengan tempurung kelapa) untuk produksi gula semut, hal ini yang menyebabkan pengrajin gula kelapa hanya senang membuat gula cetak, karena prosesnya lebih mudah, walaupun harga jual gula kelapa lebih rendah dibanding gula semut.Ā  Gula semut yang dihasilkan kualitasnya tidak stabil bahkan sering terjadi kegagalan proses produksi, hal ini disebabkan teknologi yang masih tradisional dan tidak terukur. Harga gula kelapaĀ  di desa BorobudurĀ  saat ini lebih murah dibandingkan di daerah lain tetapi sering mengalami kerugian karena kemasan yang tidak baik, yakni gula menjadi lembek karena sifat higroskopisnya. Maka dilakukan inovasi produk menjadi gula semut. Gula semut yang diproduksi harganya jauh lebih murah, kemasan menarik dan kualitas gulanya jauh bagus dibanding gula kelapa. Apabila produk dalam bentuk gula semut penjualan tidak tergantung hari pasaran, karena setiap saat hotel-hotel, kedai jamu sebagai konsumen, pusat penjualan buah tangan, mau menerima produk gula semut, sehingga relatif tidak ada penurunan harga jual, karena kerusakan produk. Mengingat hal diatas, diperlukanĀ  alat pengkristal untukĀ  menghasilkan gula kelapa dalam bentuk kristal kecil-kecil (gula semut) yang mudah dioperasikan secara kontinyu dan produknya mudah dikonsumsi serta dikemas secara artistik dan menarik,Ā  mempunyai umur simpan panjang, dapat dipasarkanĀ  menjadi produk pariwisata, diharapkan dapat memperluas konsumen dan akan menaikkan harga jual produk. Kata kunci: gula semut-kristaliser-meningkatkan pendapata

    OPTIMASI PRODUKSI IKAN LEMURU (SARDINELLA LONGICEPS) TINGGI ASAM LEMAK OMEGA-3 DENGAN PROSES FERMENTASI OLEH BAKTERI ASAM LAKTAT

    Get PDF
    Abstrak Fermentasi merupakan salah satu caraĀ  pengawetan ikan yang cukup penting, dengan cara ini diperoleh produk-produk yang digemari oleh sebagian masyarakatĀ  karena flavor dan aromanya yang khas. Pada proses fermentasiĀ  ikan bergaram, yang berperanĀ  sebagai faktorĀ  pengawet bukan hanya garam tetapi juga asam-asam dan senyawa-senyawa lainĀ  yang dihasilkan oleh mikroba yang melakukan fermentasi. Ikan lemuru mengandung asam lemak omega -3, yang merupakan asam lemak esensial, namun produk ikan lemuru mudah rusak, disebabkan oleh aktivitas mikrobiologis dan autolisis,. ProsesĀ  fermentasi dengan menggunakan kultur bakteri asam laktat (BAL) yang dikombinasikan denganĀ  3% NaCl dan Na asetat dapat mencegah kerusakan lemak pada ikan. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metoda Tiobarbituricacid (TBA), sampai umur simpan 48 jam harga TBA control (tanpa pengawetan) 4,56 mgr/100gr, untuk pengawetan dengan BAL saja 1,8 mgr/100gr, untukĀ  pengawetan dengan kombinasi BAL dengan 3%NaCl dan Na asetatĀ  0,75 mgr/100gr. Standar ikan yang masih dapat dikonsumsiĀ  nilai TBA :3-4 mgr/100gr. Indeks kesegaran ikan, diukur dengan kadar TMA standar sebesarĀ  17,48-19,57 Untuk usia siman sampai 48 jam tingkat kesegaran ikan pada control (tanpa pengawetan) sudah tidak memenuhi standar, yaitu sebesar 18,8 % mgr N, sedangkan ikan yang difermentasi denganBAL sebesar 8,1 mgrN/100gr dan Kombinasi BAL,Na-asetat dan NaCl sebesar 7 mg N/100gr. Pada pengujian organoleptik yang meliputi tektur, kenampakan dan bau didapatkan hasil sebagai berikut :Ā Ā  sampai umur simpan 48 jam pada kontrol sudah mengalami kerusakan tekstur , tidak segar dan berbau, sedangkan pada fermentasi dengan BAL maupun kombinasi BAL NaCl dan Na asetat pada masa simpan 48 jam tektur, masih kenyal, kenampakan dan bau masih segar. Kata kunci : Fermentasi dengan Bakteri asam laktat ā€“ kualitas ikan yang dihasilka

    DIVERSIFIKASI PRODUK SUSU SEGAR MENJADI SUSU PASTEURISASI DAN SUSU ASAM (YOGHURT)SERTA KARAMEL SUSU DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

    No full text
    Peternak penghasil susu sapi di desa Samiran, Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali mengalami kerugian akibat pembatasan setoran oleh koperasi susu setempat. KUD merupakan satu-satunya pembeli susu segar, sehingga harga jual susu segar hanya bisa mengikuti harga beli KUD setempat. Peternak belum mempunyai teknologi untuk mengubah susu segar menjadi produk lain, seperti susu parteurisasi, susu asam, dan karamel susu. Diversifikasi produk diperlukan agar peternak dapat menjual susu tidak hanya di KUD. Pelatihan produksi dan pendampingan produksi susu pasteurisasi, susu asam dan caramel susu telah dilakukan oleh tim pada kelompok peternak tersebut di atas, hasil menunjukkan adanya kesanggupan dan permintaan keberlanjutan program guna meningkatkan ketrampilan berproduksi komoditas susu serta pemasaran produknya. Kata kunci : Produsen susu segar-deversifikasi produk susu pasteurisasi, susu asam-karamel sus

    Kemampuan Asap Cair Pada Pengawetan Ikan Bandeng (Chanos-Chanos Forsk) Disertai Perendaman Prapengasapan Dalam Larutan Mikrokapsul Oleoresin Daun Sirih (Piper betle l.)

    Get PDF
    Pada penelitian ini telah diamati kemampuan asap cair untuk menghambat aktivitas mikrobia. Senyawa-senyawa antimikrobia dan antioksidan pada oleoresin sirih, memberi efek pengawetan dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada ikan bandeng (Chanos-chanos forsk). Proses perendaman ikan dengan menggunakan asap cair dengan disertai perendaman oleoresin sirih pada prapengasapan, memberikan hasil optimum, dengan nilai TVB 8,62 mg N/100gr, tercapai pada perendaman prapengasapan dengan oleoresin sirih konsentrasi 6%, selama 15 menit, dan perendaman dengan konsentrasi asap cair 4%, selama 10 menit. Pengujian total mikroba memberikan nilai 6,06 x 10 3 CFU. Hasil diatas mempunyai kontribusi dengan hasil pengujian inderawi tekstur agak keras dan citarasa yang sangat disukai Pada uji kesukaan. untuk semua konsentrasi yang dicoba dengan waktu perendaman asap cair 5 menit memberikan kriteria sangat disukai. Kata kunci : asap cair-oleoresin sirih-pengawetan ikan bandeng Abstract On this research have observed liquid smokeā€™s ability to pursue microbe activity, antimicrobe and antioxidant compounds in betel oleoresin, give preservation 3 effect by pursue microorganismā€™s growth on Chanos-chanos forsk. Fish Submerge process by liquid smoke with betel oleoresin submerge on presmoking, give optimum result value of TVB 8,62 mg N/100gr, reach on submerge by betel oleoresin 6% concentration, during 15 minutes, and submerge with liquid smoke 4% concentration during 10 minutes. Value of total microbe 6,06 x 10 3 CFU. Result above have contribution with sensoric examine of rather hard texture and very liked flavor Key words : liquid smoke-oleoresin of betel-fish preservatio

    Kemampuan Asap Cair pada Pengawetan Ikan Bandeng Disertai Perendaman Prapengasapan dalam Larutan Mikrokapsul Oleoresin Daun Sirih

    Get PDF
    On this research have observed liquid smokeā€™s ability to pursue microbe activity, antimicrobe and antioxidant compounds in betel oleoresin, give preservation effect by pursue microorganismā€™s growth on Chanos-chanos forsk. Fish Submerge process by liquid smoke with betel oleoresin submerge on pre-smoking, give optimum result value of TVB 8,62 mg N/100gr, reach on submerge by betel oleoresin 6% concentration, during 15 minutes, and submerge with liquid smoke 4% concentration during 10 minutes. Value of total microbe 6,06 x 10 3 CFU. Result above has contribution with censor examination of rather hard texture and much liked flavor

    PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

    Get PDF
    Limbah yaitu sampah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Teknologi pengolahan limbah dengan adsorben ampas tebu dan activated sludge ini merupakan pengembangan proses pengolahan limbah dengan keunggulan sifatnya yang beragam dapat memungkinkan pemanfaatan dari skala kecil hingga untuk skala besar, dapat mengeliminasi bahan organik, dicapainya oksidasi dan nitrifikasi, stabilisasi lumpur, mampu mengurangi padatan tersuspensi sebesar 97%. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan limbah cair dengan lumpur aktif : oksigen, nutrient, komposisisi mikroorganisme, pH dan temperatur. Proses pengolahan limbah pewarnaan konveksi dengan memanfaatkan limbah pabrik gula yakni ampas tebu sebagai adsorben warna limbah pewarnaan konveksi dan menguraikan kandungan organic limbah dengan bantuan mikroba dari lumpur aktif (activated sludge). Variabel pengamatan yang digunakan adalah dengan menggunakan bahan kimia Formaldehid dan H2SO4 ditambah NaHCO3 .Untuk analisa yang dicari adalah pH, TS,TSS, TDS dan COD limbah. Nilai COD pada variabel formaldehid lebih sedikit 122 mg/l, dan variabel 101 mg/l. Jadi metode pengolahan limbah dari penelitian adalah variabel asam sulfat dan natrium bikarbonat dengan hasil analisa 29 mg/l total padatan, 15 mg/l padatan tersuspensi, 9 mg/l padatan terlarut, 101 mg/l COD dan pH 5. Kata kunci: activated sludge, padatan tersuspensi, formaldehi

    PENGEMBANGAN PRODUKSI BIOPLASTIK UNTUK KERAJIANAN ASESORIS DARI GLISEROL SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI BIODISEL

    No full text
    Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik adalah dengan membuat material plastik yang dapat didegradasi, antara lain dengan memanfaatkan limbah cair industri biodisel yang memiliki kandungan zat-zat organik (C, H, O, N, S). Adanya zat-zat ini dapat dimanfaatkan dengan pengolahan secara fermentasi menggunakan mikroorganisme lumpur aktif menjadi plastik yang terdegradasi. Jenis plastik yang terbentuk dalam proses ini adalah Polihidroksialkanoat (PHA). PHA dapat terdegradasi sempurna dan memiliki sifat yang mirip dengan kelebihan yang dimiliki oleh plastik konvensional. Tujuan penelitian adalah mengembangkan produksi bioplastik (PHA) melalui proses fermentasi gliserol dengan menggunakan mikroba dari lumpur aktif pabrik tekstil dalam sequenching batch bioreactor.Target yang ingin dicapai berupa data-data teknis laboratorium untuk perancangan, scale-up dan pengoperasian proses yang meliputi kinetika reaksi fermentasi, kondisi operasi yang optimum dan analisa tekno-ekonomi. Pada tahun pertama dilakukan perancangan dan pabrikasi sequenching batch bioreactor dilanjutkan studi kinetika reaksi fermentasi dan pemodelan menggunakan komputasi proses. Penyusunan model dilakukan berdasarkan teori kinetika Monod dan Michaelisā€“Menten. Model yang dipostulasi, kemudian diturunkan untuk memperoleh persamaan yang nantinya akan diuji dan divalidasi dengan menggunakan data yang diperoleh dari eksperimental.Hasil penelian menunjukkan bahwa pelarut yang baik untuk proses perlakuan ekstraksi PHA adalah metanol, yaitu sebesar 0.3g/L. Hasil yang diperoleh relatif baik pada perendaman 2 jam dengan perolehan PHA sebesar 0,44g/L. Model matematika ditentukan dengan metode algoritma genetika yang disusun dalam bentuk persamaan diferensial simultan dan diselesaikan dengan metode Runge Kutta menggunakan bahasa pemrograman MATLAB. Persamaan differensial diperoleh dari penurunan neraca massa dan substitusi persamaan kecepatan regenerasi/pertumbuhan sel (rg), kecepatan penurunan/kematian sel (rd) dan kecepatan konsumsi substrat untuk menjaga aktifitas sel (rsm). Konsentrasi PHA yang dihasilkan dapat menjadi penghambat pertumbuhan sel dan menurunkan kecepatan reaksi bahkan sampai menghentikan reaksi (Cp*) dikenal sebagai pengaruh product-inhibition. Kecepatan regenerasi meningkat seiring dengan waktu dan mulai menurun setelah 9 jam

    Penganekaragaman Produk Gula Kelapa Menjadi Gula Semut Dengan Pengemasan Sebagai Produk Pariwisata Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengrajin

    No full text
    Industri gula kelapa di desa Borobudur, merupakan industri yang telah diusahakan sejak larva, akan tetapi sampai saat ini belum ada pengembangan produk, sehingga orang mengkonsumsi hanya sebatas kebutuhan dapur, dan hanya dipasarkan di sekitar Borobudur pada pasar-pasar tradisional. Pemasaran di sekitar Borobudur ramai pada saat-saat tertentu yakni pada musim libur, namun hanya sedikit pelancong yang membeli gula kelapa sebagai buah tangan, disebabkan bentuk yang masih tradisional serta cara pemasaran yang kurang menarik konsumen. Permintaan gula kristal yang cukup potensial adalah dan hote-hotel disekitar Borobudur, kedai jamu, dan pusat oleh-oleh, selama ini hanya bisa memenuhi permintaan 30% nya, disebabkan peralatan yang masih tradisional (mengaduk dengan kayu dan menggerus dengan tempurung kelapa) untuk produksi gula semut, hal ini yang menyebabkan pengrajin gula kelapa hanya senang membuat gula cetak, karena prosesnya lebih mudah, walaupun harga jual gula kelapa lebih rendah dibanding gula semut. Gala semut yang dihasilkan kualitasnya tidak stabil bahkan sering terjadi kegagalan proses produksi, hal ini disebabkan teknologi yang masih tradisional dan tidak terukur. Harga gala kelapa saat ini Rp 7000,- per Kg. Ongkos produksi gula kelapa tradisional Rp 5000,-/Kg. Penjualan ramai pada hari pasaran, yakni 5 hari sekali. Apabila produk dijual dalam bentuk gula semut harga jual antara Rp9.000,- sampai Rp 10.000/Kg.(tergantmg kualitas) Penjualan dalam bentuk tradisional sering mengalami kerugian terutama karena kemasan yang tidak baik, yakni gala menjadi lembek karena sifat higroskopisnya. Harga jual gala kelapa yang sudah menurun kualitasnya Rp5000-Rp6000,-/Kg, Jika produsen rata-rata memproduksi 150-200 KW 5 hari, rata-rata 30 % produk (45-60 Kg), mengalami penurunan kualitas, maka kerugian maksimum akan Rp 90.000,- sampai Rp 120.000,- per 5 hari, atau Rp 540.000,- sampai Rp 720.000,-/bulan ā€¢ Tim pelaksana bersama dengan industri mitra (pengusaha kecil) rnenentukan kebutuhan industri kecil dalam hal penganekaragaman produk gala kelapa cetak menjadi gala semut tanpa maupun dengan citarasa dan aroma, yang dikemas secara artistik sehingga menarik wisatawan di sekitar Borobudur, berdasarkan kebutuhan pasar yang dapat memberikan dampak pada penambahan pendapatan industri kecil ā€¢ Teknologi pro duksi gula semut sudah dapat dilakukan oleh industri kecil, namun masih secara tradisional, dan kualitasnya tidak stabil, serta tidak dapat memenuhi permintaan pasar, hanya 30% nya saja yang dapat dipenuhi, disebabkan proses produksinya yang masih tradisional, dan tidak terukur, bahkan sering terjadi kegagalan produksi, kapasitas 2 kg/jam, oleh karena itu diperlukan teknologi produksi gula semut yang dapat memproduksi gula semut dengan kualitas yang stabil, dengan kapasitas yang dapat memenuhi permintaan pasar. ā€¢ Aplikasi teknologi yang ditawarkan merupakan teknologi yang lebih balk dad yang climiliki oleh industri kecil mitra Teknologi yang ditawarkan bekerja semi otomatis, dapat menghasilkan produk yang seragam dalam kualitas. Pengrajin bisa bekerja lebih ergonomis dibanding teknologi tradisional. Memungkinkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, teknologi yang ditawarkan kapasitas 10 Kg/jam, sedang teknologi tradisional 2 kg/jam Tujuan dan Manfaat program Vueer Kegiatan ini bertujuan : pengrajin mampu menanekaragamkan produk gala kelapa menjadi gula semut dengan kualitas yang stabil, dengan cara : n Mengenalkan produk lokal melalui tamu-tamu hotel n Membuat bentuk gula kelapa dalam bentuk kristal (gala semut), dengan alasan kepraktisan dalam pemakaian, mempunyai umur simpan panjang, nilai jual lebih tinggi dibanding produk tradisional n Memberi citarasa dan aroma, misal rasa dan aroma buah-buahan atau yang lainya seperti jahe, kencur n Mengemas secara artistik n Meningkatkan pendapatan pengraji

    PENGEMBANGAN PRODUKSI BIOPLASTIK UNTUK KERAJIANAN ASESORIS DARI GLISEROL SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI BIODISEL

    No full text
    Plastics is one of chemical invention that make our life easier. The broaden usage of plastics is caused by plasticā€˜s preeminence. However, the preeminence of platics has made it as the biggest source of pollutant. Plastics create so much pollution and landfill crisis that various attempts have been made to solve these problems. One of these attempts is to create a biodegradable plastic from glycerol in Sequencing Batch Bioreactor. This research objectives are to develop the sequenching batch bioreactor for PHA production from glycerol and to optimize the process condition toward the PHA productivity. Research on the production of polyhydroxyalkanoates through the glycerol fermentation in a sequencing batch bioreactor is investigated both experimentally and modelling. The research sequences are conducted in several steps: design and fabrication of sequencing batch bioreactor, polyhydroxyalkanoates productivity test and optimization of the process parameters. The productivity test showed that the addition of methanol in the pretreatment process of PHA recovery has enhance the yield of the PHA extracted from the biomass. The highest PHA recovery was achieved from pretreament duration of 2 hours submerging in methanol solution. The optimization process showed that the most influencing variables was the nitrogen concentration and the highest PHA recovery was achieved from process conducted with nitrogen concentration of 4 mg/L, Phosporous concentration of 2 mg/L, oxygen concentration of 5 mg/L and the aerobic-anaerobic ratio of 1:
    corecore