26 research outputs found

    GIS Application for Water Quality Suitability Mapping to Optimize Floating Net Cages Cultivation in Lampung Bay

    Get PDF
    Lampung bay is one of potential aquaculture for floating net cages. Site selection for cultivation is influential on the floating net cages cultivation production, while currently selected sites have not considered water quality suitability criteria. The study goals are to identify the optimal site for cage cultivation based on the water quality suitability and to examine the main affecting factor for the suitability of cage cultivation in Lampung Bay. The water quality suitability parameters including water depth, water clarity, current speed, sea surface temperature, salinity, pH, and dissolved oxygen. Field survey was conducted on the southern part of Lampung Bay which is close to the coastal urban area. The tools used consisted of GPS navigation, pH meter, secchi disk, refractometer, bathimeter, digital thermometer, current meter, DO meter, and sample bottles. There are 32 sampling points which are distributed systematically. Inverse Distance Weighted is used to obtain the spatial distribution of parameters. The water environment suitability is carried out using two models from the weighting result using GIS, i.e. binary model and weighted model. Based on these model, the optimal area for cage cultivation are 17.41% (200.97 ha) and 65.95% (761.29 ha) using binary and weighted model respectively. The most influential parameter in order to promote sustainable cage cultivation are the water depth parameter with the consideration of the pattern similarity with the final model. Physical waters suitability map produced from this study provides valuable information for farmers and decision makers in Lampung Province so the cages cultivation in Lampung Bay can continue and obtain the optimal results

    Analisis polarimetri alos 1 palsar untuk zonasi mineral alterasi hidrotermal di kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Radar technology in remote sensing can be used for a variety of mapping, such as geological mapping. Soppeng Regency, South Sulawesi has a complex geological condition characterized by structural and intrusion phenomena with old materials. The phenomenon is an indicator of hydrothermal alteration due to magma intrusion activity in the rock bedding. Radar imagery is able to identify hydrothermal alteration zones through physical approaches such as landforms, rock (lithology), and geological structures. The aim of this research to explore the ability of radar polarization to identify hydrothermal alteration parameters and distribution pattern in Soppeng Regency. The physical characteristics are obtained from visual interpretation of the ALOS-1 PALSAR multi-polarization imagery with terrain analysis approach. Sample data is needed for petrographic analysis to determine rock minerals content. Analysis of physical characteristics and petrographic analysis were used to determine the type and distribution of hydrothermal alteration zones. The result of this study are ALOS-1 PALSAR imagery can be used to produce information on landform, rocks (lithology), and geological structures with total accuracy 83,9%. The hydrothermal alteration zone in Soppeng Regency consists of argillic 221,662 km², advanced argillic 20,239 km², phyllic 94,790 km², potassic 46,678 km², propylitic 328,746 km², sub-propylitic 181,517 km², and skarn 75,635 km²

    IDENTIFIKASI POLA CURAH HUJAN PADA KONDISI EL-NINO MELALUI CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui algoritma yang dapat digunakan sebagai paremeter-paremeter pendukung curah hujan estimasi, membandingkan pola curah hujan estimasi pada kondisi el-nino dengan kondisi normal, serta mengetahui tingkat validasi curah hujan estimasi terhadap curah hujan dari stasiun hujan. Metode yang digunakan yaitu ekstraksi suhu permukaan awan (SPA) dan albedo awan (ALB) dari citra MODIS serta curah hujan dari stasiun hujan untuk memperoleh persamaan regresi linier berganda. Informasi SPA menggunakan dua jenis algoritma, yaitu algortima SPA 1 (Coll, et al, 1994) dan SPA 2 (Sobrino, et al, 2008). Persamaan yang dihasilkan yaitu persamaan A (SPA 1 dan ALB) dan B (SPA 2 dan ALB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan pada kondisi el-nino cenderung lebih kecil intensitasnya serta pola distribusi yang tidak merata jika dibandingkan dengan kondisi normal. Tingkat validasi curah hujan estimasi bernilai kurang dari 60 persen serta menunjukkan pola yang sama dengan data dari stasiun hujan

    Pengaruh Perubahan Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Konsentrasi Klorofil terhadap Hasil Produksi Ikan Pelagis di Perairan Selatan Jawa Tengan dan Daerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persebaran SPL dan klorofil pada musim barat, pancaroba dan timur, (2) mengetahui hubungan antara SPL dan klorofil, dan (3) mengetahui hubungan SPL dan klorofil terhadap hasil produksi ikan pelagis. Metode untuk memperoleh SPL dan klorofil dengan citra MODIS menggunakan software SeaDas, dengan menerapkan algoritma Miami Pathfinder untuk SPL dan algoritma Carder untuk klorofil. Hubungan SPL dan klorofil diperoleh dengan analisis statistik korelasi, sedangkan hubungan SPL dan klorofil terhadap hasil produksi ikan pelagis menggunakan pendekatan grafik. Hasil penelitian menunjukkan pada musim barat, kondisi SPL berkisar 28-31°C dan klorofil berkisar 0.07-0.3mg/m3; musim pancaroba, awal SPL berkisar 27-30°C dan klorofil 0.08-0.3mg/m3; pada musim timur, SPL berkisar 24-27°C dan klorofil berkisar 0.1-1mg/m3; dan pada musim pancaroba akhir tahun, SPL berkisar 24-29°C dan klorofil 0.08-1mg/m3. Hasil analisis korelasi antar SPL dan klorofil menunjukkan nilai yang signifikan berkisar antara 0.5 – 0.8, baik hubungan yang bersifat positif maupun negatif. SPL yang bersuhu dingin berkisar 24-27°C memiliki hasil produksi ikan pelagis yang tinggi mencapai 5.232,51 ton dengan kondisi klorofil yang tinggi mencapai lebih dari 0.6 mg/m3

    APLIKASI CITRA LANDSAT 8 OLI UNTUK IDENTIFIKASI STATUS TROFIK WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Waduk Gajah Mungkur (WGM) terletak di Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri. Kondisi perairan WGM dipengaruhi oleh faktor klimatologis, fisik, dan aktivitas manusia yang dapat menyumbang nutrisi sehingga mempengaruhi status trofiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mengkaji kemampuan Citra Landsat 8 OLI untuk memperoleh parameter-parameter yang digunakan untuk menilai status trofik WGM, 2) menentukan dan memetakan status trofik WGM berdasarkan parameter-parameter yang diperoleh dari Citra Landsat 8 OLI, dan 3) mengevaluasi hasil pemetaan dan manfaat citra penginderaan jauh untuk identifikasi status trofik WGM. Identifikasi status trofik dilakukan berdasarkan metode Trophic State Index (TSI) Carlson (1997) yang menggunakan tiga parameter yaitu kejernihan air, total fosfor, dan klorofil a. Model yang diperoleh berdasar pada rumus empiris dari hasil uji regresi antara pengukuran di lapangan dan nilai piksel di citra Landsat 8 OLI. Model dipilih berdasarkan nilai keofisien determinasi (R2) tertinggi. Hasil penelitian merepresentasikan bahwa nilai R2 kejernihan air sebesar 0,813, total fosfor sebesar 0,268, dan klorofil a sebesar 0,584. Hasil kalkulasi TSI sebesar 36,77 – 80,18. Distribusi terbesar adalah eutrofik ringan dan sedang. Hal tersebut menunjukkan tingkat kesuburan perairan tinggi dan dapat membahayakan makhluk hidup lain. Evaluasi pemetaan berdasar pada nilai RMSE yaitu kejernihan air sebesar 0,15 m, total fosfor sebesar 54,16 mg/m3, dan klorofil a sebesar 3,26 mg/m3. Citra Landat 8 OLI mampu memberikan informasi parameter status trofik tetapi terdapat hasil kalkulasi kombinasi saluran yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan karena pengaruh ketelitian citra dalam menyadap informasi

    Aplikasi Topographic Wetness Index untuk Pemetaan Fraksi Lempung di Daerah Aliran Sungai Serang, Kulonprogo, Daerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    Tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang mempengaruhi berbagai sifat tanah. Pendekatan topografi dengan Topographic Wettness Index berkorelasi terhadap fraksi-frakasi tanah namun belum banyak penelitian yang mengkaji kemampuannya memetakan lempung. Tujuan penelitian ini adalah memetakan fraksi lempung menggunakan TWI. Sumber Digital Elevation Model yang digunakan adalah infromasi hipsografi Peta Ruupabumi Indonesia berskala 1 : 25.000. Informasi sudut lereng dan akumulasi aliran dari DEM RBI digunakan untuk memodelkan TWI. Pemetaan fraksi lempung dilakukan dengan menggunakan hubungan regresi antara TWI dengan persentase fraksi lempung di lapangan. Sampel tanah lapangan diambil pada tanah permukaan dengan kedalaman 0-0,1 meter. Hasil menunjukkan bahwa peta persentase fraksi lempung dari TWI memiliki akurasi maksimal 47,66% dengan akurasi minimal 13,12%. Rendahnya akurasi peta lempung dikerenakan DAS Serang memiliki faktor pembentuk tanah yang kompleks. Pendekatan topografi dengan TWI tidak cukup efektif untuk memetakan fraksi lempung di DAS Serang

    PENGARUH PERUBAHAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL TERHADAP HASIL PRODUKSI IKAN PELAGIS DI PERAIRAN SELATAN JAWA TENGAN dan DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persebaran SPL dan klorofil pada musim barat, pancaroba dan timur, (2) mengetahui hubungan antara SPL dan klorofil, dan (3) mengetahui hubungan SPL dan klorofil terhadap hasil produksi ikan pelagis. Metode untuk memperoleh SPL dan klorofil dengan citra MODIS menggunakan software SeaDas, dengan menerapkan algoritma Miami Pathfinder untuk SPL dan algoritma Carder untuk klorofil. Hubungan SPL dan klorofil diperoleh dengan analisis statistik korelasi, sedangkan hubungan SPL dan klorofil terhadap hasil produksi ikan pelagis menggunakan pendekatan grafik. Hasil penelitian menunjukkan pada musim barat, kondisi SPL berkisar 28-31°C dan klorofil berkisar 0.07-0.3mg/m3; musim pancaroba, awal SPL berkisar 27-30°C dan klorofil 0.08-0.3mg/m3; pada musim timur, SPL berkisar 24-27°C dan klorofil berkisar 0.1-1mg/m3; dan pada musim pancaroba akhir tahun, SPL berkisar 24-29°C dan klorofil 0.08-1mg/m3. Hasil analisis korelasi antar SPL dan klorofil menunjukkan nilai yang signifikan berkisar antara 0.5 – 0.8, baik hubungan yang bersifat positif maupun negatif. SPL yang bersuhu dingin berkisar 24-27°C memiliki hasil produksi ikan pelagis yang tinggi mencapai 5.232,51 ton dengan kondisi klorofil yang tinggi mencapai lebih dari 0.6 mg/m3
    corecore