23 research outputs found

    Potensi Isolat Khamir H10 sebagai Agensia Biologis untuk Pengendalian Mucor Piriformis pada Buah Apel

    Full text link
    Potensi sel khamir isolat H10 untuk menghambat perkembangan jamur patogen pasca panen Mucor piriformis dipela- jari pada luka buatan pada buah apel. Larutan spora pada berbagai konsentrasi diinokulasikan ke dalam luka buatan pada buah apel segar. Setiap perlakuan menggunakan lima buah apel yang masing-masing mempunyai 4 buah luka. Buah kemudian disimpan untuk dihitung persentase infeksi dan diameter luka yang terjadi selama 4 hari penyimpanan pada suhu 20 °C. Meningkatnya konsentrasi spora patogen yang diinokulasikan pada luka, meningkat pula persentase infeksi dan diameter luka. Sel khamir terbukti mampu menggandakan diri pada permukaan jaringan luka. Pada kon- sentrasi 107 dan 108 cfu ml-1, sel khamir dapat secara nyata menghambat perkembangan jamur patogen sampai 65%. Penghambatan tersebut lebih efektif pada sel khamir yang diaplikasikan bersamaan dengan atau 2 jam sebelum inokulasi inokulum spora pathogen. Efektifitas penghambatan pada buah segar lebih tinggi dibanding pada buah yang telah disimpan beberapa lama. Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa isolat khamir H10 mempunyai potensi dapat dikembangkan menjadi agensia biologis yang bersifat protektif untuk pengendalian penyakit pasca panen buah apel yang disebabkan oleh M. piriformis

    Uji Efek Analgetik Infusa Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Pada Mencit Jantan Galur Swiss

    Get PDF
    Beluntas leaves (Pluchea indica L.) have been known as analgetic reducer. The study about this research has been going on right now. The goal of this research is to study the analgesic effect of beluntas (P. indica) leaf infused into male mice of swiss strain. The method used is the stretching chemical stimuli using acetic acid as an inducer of pain. Healthy male mice of Swiss strain were divided into five groups, and each group consisted of 5 mice. Group I was given paracetamol at a dose of 65 mg/kg of body weight, group II were given distilled water , the group III-V were given beluntas leaf infuse in the variation of 10 %, 20 % and 40 %. Thirty minutes after test substance application, acetic acid of 100 mg/kg of body weight were given intraperitoneally in all groups and stretching of mice was observed every 5 minutes for 1 hour. The data was analyzed by using normality test of Kolmogorov-Smirnov; the  test of homogeneity of variance was analyzed by ANOVA and post hoc tests were to differenciate the percentage analgetic of every group. Statistical test showed normal distributed and homogeneous data; there are significant differences of percentage analgesic between paracetamol and beluntas leaf infuse of 10, 20, and 40 % (p < 0.05). There was significant differences between infuse of beluntas leaves with positive control (parasetamol) in mice. Key words: Analgetic, leave of beluntas (P. indica), infuse, mice

    Pola Kearifan Masyarakat Lokal dalam Sistem Sawah Surjan untuk Konservasi Ekosistem Pertanian

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kearifan petani sawah surjan dalam mengkonservasi lahan pertanian dan hubungan pola kearifan petani sawah surjan dengan komponen-komponen ekosistem pertanian yang dapat dikonservasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan angket. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola kearifan petani sawah surjan dalam mengkonservasi lahan pertanian adalah secara turun temurun, seringkali tanpa memahami makna atau tanpa sadar; dan hubungan pola kearifan petani sawah surjan dengan komponen-komponen ekosistem pertanian yang dapat dikonservasi adalah membantu menciptakan ekosistem pertanian yang lebih stabil dengan adanya keragaman tanaman yang ditanam, sehingga tidak mudah terserang hama dan dengan adanya diversifikasi hasil panen dapat memberikan keuntungan lebih bagi petan

    Tumbuhan Herbal Sebagai Jamu Pengobatan Tradisional Terhadap Penyakit Dalam Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tumbuhan herbal yang dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional terhadap penyakit dalam manuskrip Jawa, yakni Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I (SPJJ I) koleksi Reksapustaka Mangkunegaran Surakarta. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan ilologi modern. Pendekatan ilologi modern digunakan untuk membedah manuskrip SPJJ I. Deskripsi dilakukan untuk tumbuhan herbal yang bermanfaat sebagai pengobatan tradisional terhadap penyakit dan analisis kandungan beserta khasiatnya. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa tumbuhan herbal yang ditemukan terdiri atas akar, rimpang, umbi, kulit kayu, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Di samping itu, juga ditemukan bahan-bahan jamu sebagai pelengkapnya, yaitu, garam, inggu, tembakau (sata awon), air jeruk nipis, air jeruk purut, air perasan daun iler, air susu ibu, air tawar: dingin, panas, dan cuka. Cara pengolahan bahan racikan jamu, yaitu dibakar, digigit-gigit, digoreng, dihaluskan (dipipis, didheplok, digerus), dijemur, dikukus, direbus, dan direndam. Adapun cara pemberian jamu, yaitu di-borèh-kan, di-cekok-kan, diminumkan, di-param-kan, di-pupuk-kan, dan di-tapel-ka

    Preparasi Radiofarmaka Nanokoloid Human Serum Albumin (HSA) Untuk Limfosintigrafi

    Full text link
    Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru, kanker hati, kanker Perut, kanker kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI, penyakit kanker serviks dan kanker payudara menduduki tingkat teratas penyakit kanker yang juga menaikkan tingkat kematian di Indonesia. Untuk mengendalikan kedua jenis kanker tersebut perlu dilakukan deteksi dini terhadap penyakit ini. Dalam bidang kedokteran nuklir, deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara dilakukan dengan cara memeriksa kelenjar getah Bening atau Sentinel Lymph Node (SLN). Kelenjar getah Bening berfungsi menyaring getah Bening dari seluruh kelenjar yang bersifat patogen dan juga menyaring limbah seluler, sel-sel mati dan sel-sel kanker. Dengan adanya sel-sel kanker yang berada pada kelenjar getah Bening, maka dengan menyuntikkan suatu sediaan radio farmaka akan terjadi akumulasi sediaan radiofarmaka pada kelenjar getah Bening. Hal ini merupakan suatu metode untuk mendeteksi adanya sel kanker pada kelenjar getah Bening yang disebut dengan limfo sintigrafi.2,3,4 Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sediaan radiofarmaka ke dalam tubuh pasien melalui subcutaneous injection, peritumoral injection dan subdermalinjection. Radiofarmaka yang disuntikkan akan dideteksi dengan menggunakan kamera gama atau probe gama. Pemeriksaan SLN ini digunakan untuk mendeteksi penyebaran sel kanker, baik sebelum operasi maupun setelah operasi sehingga bisa dilakukan tindakan terapi yang tepat. Sediaan radiofarmaka yang digunakan untuk penelusuran sistem limfatik ini adalah teknesium-99m nanokoloid human serum albumin (HSA). Selama ini kebutuhan rumah sakit akan radiofarmaka ini diimpor dari luar negeri yaitu nanocoll albumon. Selain menggunakan metode radiofarmaka, untuk menentukan SLN dapat digunakan tanpa radioaktif yaitu dengan blue dye test.5,6,7,8,9 Penelitian ini melakukan preparasi sediaan radiofarmaka nanokoloid HSA dengan komposisi dan persyaratan kualitasnya yang disesuaikan dengan nano- coll albumon yang mengacu pada The Society of Nuclear Medicine and Molecular Imaging (SNMMI) dan European Association of Nuclear Medicine (EANM) yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan rumah sakit. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan preparasi sediaan nanosfer HSA bentuk koloid dengan ukuran partikel 100-200 nm dengan menggunakan bahan pendukung dan metode yang berbeda dengan penelitian ini.10 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aturan dan langkah-langkah (protokol) guna memperoleh sediaan nanokoloid yang hasilnya disesuaikan dengan SNMMI dan EANM untuk digunakan sebagai radiofarmaka. Nanocolloid human serum albumin (HSA) labeled with technetium-99m is widely used in nuclear medicine for detection of breast cancer through examination of sentinel lymph node (SLN). SLN examination is used to detect the spread of cancer cells before and after surgery. Accumulation of a radiopharmaceutical in lymph nodes was detected by using a gamma cameraor SPECT. The aim of this study is to establish the protocol of HSA nanocolloid preparation with composition and specification in accordance with the Technical Leaflet Nanocoll Albumon which refers to The Society of Nuclear Medicine and Molecular Imaging (SNMMI) and European Association of Nuclear Medicine (EANM).This study includes the step of preparation and quality test. The method was carried out by means of protein denaturation of HAS at certain pH and heating at certain temperature. Quality tests were carried out using particle size analyzer (PSA) to determine the particle size, Transmission Electron Microscopy (TEM) to observe the morphology of the particles, and paper chromatography to measure radiolabeling yield. This study has obtained the particle size 80% of &lt;100 nm, the yieldof morphology labelling &gt;95% and pH of 7.3–7.4. The result was a protocol of preparing HSA nanocolloid

    Characterization of Carotenoid Pigments From Bacterial Symbionts of Seagrass Thalassia Hemprichii

    Full text link
    Carotenoids are pigments that can be used in various applications including cosmetics and precursor ofvitamins A. Carotenoids are mostly found in higher plant leaves, fruit, and bacteria. Marine bacteriaassociated with seagrass Thalassia hemprichii collected from Menjangan Kecil Waters, KarimunjawaIslands were screened to produce the pigment and has allowed the use of these microrganism as anenvironmental friendly alternative source of new natural pigment. The isolation of bacterial symbionts onZobell 2216E medium from seagrass Thalassia hemprichii resulted in 20 isolates of which 8 bacterialsymbionts have produced pigments but only one bacterium positively synthesize carotenoids. Initial analysiswith atomic absorption spectrophotometric method revealed that the wave lengt of bacterial pigment were inthe range of 300-600 nm, which are categorized that within the group of carotenoid pigments. From theresults of molecular identification by 16S rDNA method, it was shown that bacterium TH8 was closelyrelated to Bacillus licheniformis with 98% homology value
    corecore