10 research outputs found

    Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Akibat Penambahan Sumber N-organik dan Perbedaan Lama Fermentasi Pupuk Kandang Sapi

    Get PDF
    Soybean is leguminous plant whose productivity has decreased due to the carrying capacity of the land which is not productive. Organic fertilizers function to improve soil structureand make it easier for nutrients to be absorbed by plants.  This study aimed to examine the effect of adding N-organic sources and differences in manure fermentation time on soybean growth. The research was carried out in February – June 2022 at the greenhouse and Plant Ecology and Production Laboratory, Diponegoro University. The study used a factorial experiment 3x3 Completely Randomized Design (CRD) with 4 replicates. The first factor is the addition of N-organic sources, namely A1 = manure, A2 = manure – gamal, and A3 = manure – lamtoro. The second factor was the fermentation time, namely B1 = 7 days, B2 = 14 days, and B3 = 21 days. The addition of N-organic sources had a significant effect on the number of leaves but had no effect on plant height, time of flower emergence, fresh root weight, and dry root weight. The difference in fermentation time had a significant effect on the number of leaves, wet root weight, and dry root weight but had no effect on plant height and time of flower appearance. There is an interaction between the addition of N-organic sources and the fermentation time of manure on wet root weight.Keywords: Incubation period; Manure; N-organic; Soybea

    Growth with of Alfalfa Mutant in Different Nitrogen Fertilizer and Defoliation Intensity

    Full text link
    The research was conducted to evaluate growth of alfalfa mutan (plant height increment, number of leaves and dry matter production) in different Nitrogen Fertilizer and defoliation intensity. The design used was randomized block design 4x2 factorial with 3 replications. The first was dosage of Nitrogen fertilizerNitrogen (0, 30, 60 and 90 kg N / ha), the second factor was defoliation intensity (5 and 10 cm). Variables observed alfalfa growth (plant height increment, number of leaves, the production of dry matter (DM) forage). The results showed that different N fertilization did not affect the growth of alfalfa mutants. Defoliation intensity affectedmnumber of leaves and DM production of alfalfa mutant. Fertilization to 90 kg N / ha has not affected the growth and defoliation intensity 10 cm gave better growth on alfalfa mutant.

    APLIKASI PUPUK HAYATI LIMBAH HIJAUAN PERTANIAN PADA KLUSTER BIOFARMAKA KABUPATEN SEMARANG

    Get PDF
    RINGKASAN Tujuan penelitian adalah pengembangan teknologi pengolahan limbah pertanian khususnya limbah tanaman biofarmaka dan limbah peternakan menjadi pupuk organik. Metode yang dipergunakan adalah Partipatori Rural Apprasial (PRA), dimana anggota kluster duduk bersama dengan para nara sumber dan mengidentifikasi permasalahan yang ada, kemudian mencari solusi sesuai dengan potensi yang dimiliki. “MOL” yang dihasilkan terdiri dari campuran limbah biofarmaka 45%; kotoran ayam 29,5%; kotoran sapi 10%; Biostarter 0,5%; Dolomit 5% dan arang sekam dari limbah peternakan broiler 10%. “MOL” tersebut mengandung N 1,34%; P2O5 0,36%; K2O 3,17%; C 5,04%; C/N 3,75 dan pH 8,47. Sementara pupuk cair terbuat dari kompisisi “mol”, urin sapi, limbah cair biogas, tetes, bonggol pisang, akar bambu, air kelapa dan air sumur mengandung N 0,24%; P2O5 0,06%; K2O 0,45%; C 0,94%; C/N 3,92 dan pH 5,21. Selanjutnya pupuk cair tersebut diaplikasikan untuk tanaman biofarmaka seperti laos, jahe, temu lawak, dan tanaman lainnya seperti pisang tanduk, jeruk pamelo, rambutan dan jagung dengan hasil yang memuaskan. Pada tanaman jagung yang diberi pupuk cair menghasilkan kadar pati yang relatif tinggi dibanding dengan yang diperlakukan dengan pupuk kimia, tetapi sebatas analitis organoptis. Kemanfaatan yang tinggi dari pupuk organik di rasa perlu untuk dikembangkan dan dikombinasikan dengan limbah peternakan sehingga tercipta sinergitas intragated farming system dimana tidak ada lagi limbah yang dihasilkan di industri peternakan. Kata kunci : pupuk hayati, pupuk cair, Partipatori Rural Apprasial, MOL, limbah biofarmak

    Produksi dan Kualitas Rumput Gajah Varietas Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada Sistem Tumpangsari dengan Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L.)

    Get PDF
    ABSTRAK  Tumpangsari rumput gajah var. Odot dan ubi jalar kuning dalam memanfaatkan sisa ruang kosong pada sela rumpun rumput gajah var. Odot. Materi yang digunakan meliputi bahan tanam ubi jalar dan rumput gajah var. Odot. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2021 sampai September 2021 di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (7o08’27”-7o15’72” LS dan 110o40’88”- 110o48’14” BT). Percobaan faktorial 2 4 dengan rancangan dasar acak kelompok dan 3 kali ulangan dalam penelitian. Faktor pertama yaitu jarak tanam rumput gajah var. Odot. J1 = 90 60 cm, dan J2 = 90 45 cm. Faktor kedua yaitu jarak tanam ubi jalar T1 = 90 x 30 cm, T2 = 90 40 cm , T3 = 90 50 cm, dan T4 = 90 x 60 cm. Parameter yang diamati terdiri dari produksi brangkasan segar ubi jalar, produksi rumput gajah var. Odot, kadar bahan kering rumput gajah var. Odot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pertama jarak tanam rumput gajah var. Odot tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dan kadar bahan kering rumput gajah var. Odot. Faktor kedua yaitu jarak tanam ubi jalar tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dan kadar bahan kering rumput gajah var. Odot. Tidak terdapat pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ubi jalar dan jarak tanam rumput gajah var. Odot terhadap produksi dan kualitas rumput gajah var. Odot. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rumput gajah var. Odot dapat dibudidayakan secara tumpangsari dengan ubi jalar kuning dengan jarak tanam ideal 90 60 cm.  Kata kunci: jarak tanam, rumput gajah var. Odot, tumpangsari, ubi jalar kunin

    Phosphate Rock Application on Alfalfa (Medicago Sativa L.) Production and Macronutrients in Latosol Soil

    Full text link
    The objective of this study was to evaluate the effectiveness of phosphate rocks (PRs) fertilizercompared to chemical P fertilizer for the best crop production and macronutrients of alfalfa. Acompletely randomized design under 3x3 factorial patterns was used in this research. The first factorwas different sources of P fertilizer: Guizhou Phosphate Rock (GPR), Jingxiang Phosphate Rock (JPR),and Single Super Phosphate (SSP). The second factor was level of P fertilizer: 75, 100, and 125 mgP2O5/kg soil. A control treatment (without addition of P fertilizer, CK) was added as a comparison withthe treatments. The results showed that JPR was the best for alfalfa production, whereas GPR and SSPwere better for nutrient content in the alfalfa tissue than JPR. On the whole, phosphate rocks had similareffect on alfalfa growth compared to SSP at the experimental conditions

    DYNAMICS OF NITROGEN AND CARBON RELEASE FROM WATER HYACINTH RESIDUES INCOPORATED INTOSOIL-CROP SYSTEMS

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengewaluasi dinamika nitrogen dan carbon yang dilepaskan oleh enceng gondok (EG) (Echhirnia crasipes (Mart.) Solms) pada saat (EG) diberikan sebagai bahan organic pada tanah sawah dan tanah tegalanm evaluasi dilakukan dengan menddunakan tanaman padi dan sayuran. Teknik pelabelan tunggal 15N dan ganda 15N-13N digunakan untuk evaluasi perunutan transfer nitrogen dan karbon. Penelitian dilkukan mengingat EG kemungkinan dap[at dimanfaatkan sebagai bahan organic yang dapat diaplikasikan pada system pertanian baik pada lahan padi sawah maupun lahabn tegalan untuk sayuran. Aplikasi EG pada system pertanian dimungkinkan mampu memperbaiki kesuburan tanah yang pada akhirnya berpengaruh pada produktivitas tanaman. Hasil penelitian menunjukan bhwa nitrogen yang dilepaskan pada EG kesistem pertanaman telah dipindahkan ketanaman padi dan sayuran. Pada pertanaman padi sawah ditemukan bahwa penambahan EG sebagai bahan orgenik kedalam tanah samapai 25% menunjukan hasil yang terbaik, sedangkan pada seyuran level ini dapat meningkatkan sampai 45%. Hanya sejumlah kecil karbon dapat dilepas oleh EG ditemukan pada tanaman sayuran komatsuna ( Brassicaca rappa

    Penampilan Morfologi Dan Produksi Bahan Kering Hijauan Rumput Gajah Dan Kolonjono Di Lahan Pantai Yang Dipupuk Dengan Pupuk Organik Dan Dua Level Pupuk Urea (Morphology and Forage Dry Matter Yield Performance of Elephant and Para Grasses on Coastal Areas Fertilized by Organic Fertilizer and Two Level of Urea)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan dua level pupuk urea terhadap karakter morfologi dan produksi hijauan rumput gajah dan kolonjono di tanah pantai Jrakah Kecamatan Tugu Kota Semarang. Percobaan seri 4 x 2 yaitu 4 macam perlakuan pemupukan pada dua jenis rumput dalam rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 ulangan. Faktor pertama adalah 4 macam pemupukan, adalah sebagai berikut : T0 : Kontrol, tanpa pupuk, T1 : pupuk urea 30 kg N ha-1 defoliasi-1, T2 : pupuk urea 60 kg N ha-1 defoliasi-1, T3 : pupuk organik setara 1,21 % C organik tanah.. Faktor kedua adalah jenis tanaman rumput, yaitu rumput gajah (R1), rumput kolonjono (R2). Hasil penelitian terbukti bahwa penampilan morfologi tinggi tanaman dan produksi bahan kering hijauan nyata dipengaruhi oleh pemupukan pada rumput gajah dan kolonjono. Tinggi tanaman nyata (P<0,05) T3 tertinggi dibanding T2, T1 dan T0 sedangkan produksi bahan kering perlakuan T3 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan T1 dan T0 tetapi tidak berbeda nyata dengan T2. Disimpulkan bahwa pupuk organik pada T3 dapat direkomendasikan diterapkan lahan pantai. ABSTRACT Experiment was aimed to investigate the effect of organic fertilizer and two level of urea on the morphology character and forage yield of elephant and para grasses in coastal soil of Jerakah Tugu District Semarang City. A completely randomized design in series experiment 4 x 2, with 3 replication was used to arrange the experiment. The first factor consisted of four kinds of fertilizer applied, namely : T0 as control (no added fertilizer), T1 : 30 kg N ha-1 cutting-1 as urea, T2 : 60 kg N ha-1 cutting-1 as urea, and T3 : organic fertilizer equal to 1,21 C-soil organic. The second factors were kinds of grasses, namely : R1 : elephant grass, and R2 : para grass, R2). Result of the study showed that thre were significantly (P<0,05) effect of fertilizer treatment on the morphology character of plant height and dry matter forage yield of elephant and para grasses. Plant height significantly (P<0,05) at T3 heighest than T2, T1 and T0. Dry matter yield of T3 significantly (P<0,05) heigher than T1 and T0 but not significantly to T2. Therefore, organic fertilizer at T3 was recommended to be applied on coastal soil

    Penerapan Pupuk Organik Untuk Perbaikan Penampilan Dan Produksi Hijauan Rumput Raja Pada Tanah Masam (The Aplication of Organic Fertilizer to Performance Improvement and Herbage Yield of King Grass at Acid Soil)

    Get PDF
    A field experiment was conducted at Forage Crop Science Laboratory of Animal Agriculture Faculty of Diponegro University. The experiment at acid soil conditioning with level treatment T0, T1, T2 and T3 were 0; 30 kg N as urea; 60 kg N as urea and organic fertilizer equivalent of 4,5 % C soil organic increased. The king grass was planted at 50 cm x 50 cm distance between at plot experiment 3 x 4 m2. The plot experiment was applied 50 kg N/ha, 150 kg P205/ha and 150 kg K20 as basic fertilizer. The performance of growth component and herbage dry matter of king grass at acid soil conditioning with applied organic fertilizer more highly than urea fertilizer or none. By increased of soil organic matter at 4,5 % C organic can be increased king grass performance at acid soil conditioning. The responsibility of C organic matter improvement by application of organic fertilizer to performance of king grass at acid soil conditioning more highly than urea fertilizer. ABSTRAK Penelitian dilakukan di kebun percobaan pada Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegro. Percobaan pada tanah masam mendapatkan tingkat pupuk yang terdiri dari T0, T1, T2 dan T3 adalah adalah kontrol tanpa tambahan pupuk, diberi pupuk urea setara dosis 30 kg N/ha, diberi pupuk urea setara dosis 60 kg N/ha, dan diberi pupuk organik setara 4,5 % C organik tanah. Rumput raja ditanam dengan jarak tanan 50 cm x 50 cm pada petak percobaan 3 x 4 m2. Tanaman memperoleh pupuk dasar 50 kg N/ha, 150 kg P205/ha dan 150 kg K20. Penampilan komponen pertumbuhan dan produksi bahan kering hijauan rumput raja pada tanah masam dengan pupuk organik lebih tinggi dibanding pupuk urea atau tanpa pemupukan. Peningkatan kandungan bahan organik tanah sampai tingkat 4,5 % C organik dapat meningkatkan penampilan rumput raja pada tanah masam. Responsibilitas peningkatan C organik tanah dengan penerapan pupuk organik terhadap penampilan rumput raja pada tanah masam lebih tinggi dibanding dengan pupuk urea

    Nitrogen Uptake Eficiency And Nitrate Reductase Activity On Elephant And Kolonjono Grasses With Diffferent Composition Of Urea And Organic Fertilizer In Saline Soil

    Get PDF
    Experiment was aimed to investigate the effect of different composition of urea and oranic fertilizer on the nitrogen uptake efficiency (NUE) and nitrate reductase activity (NRA) of Elephant and Kolonjono grasses in saline soil. It was conducted in the aline soil of Jerakah, Semarang City from June to June to September 2005. Analysis was carried out in the Forage Crp Science Laboratory, Faculty of Animal Agriculture, Diponegoro University, Semarang. Elephant and Kolonjono grasses, urea and organic fertilizer, and saline soil were used throughout the experiment. Completely randomized design in series experiment (4 x 2), with 3 replication was used to arrange the experiment. The first factor consists of fertilizer (control/no added fertilizer, T0; added urea 30 kg N ha-1, T1; added urea 60 kg N ha-1, T2; added organic fertilizer equally to 1,21 C-Organic, T3). The second factors were kinds of grasses (Elephant grass, R1; Kolonjono grass, R2). It was resulted that there were significantly differences on the two parameters (NUE and NRA) of Elephant and Kolonjono grasses in the saline soil. The organic fertilizer increased both the NUE and NRA on Elephant and Kolonjono grasses compared to that of urea fertilizer
    corecore