96 research outputs found

    Profil Protein Klebsiella SP. Dalam Kondisi Cekaman Osmotik Dan Keasaman

    Get PDF
    Penelitian dilakukan untuk mengetahui profil protein yang dibuat oleh Klebsiella sp. yang tumbuh dalam kondisi cekaman osmotik dan keasaman. Cekaman osmotik dilakukan menggunakan NaCl, sedangkan cekaman keasaman menggunakan aluminium sulfat. Klebsiella sp. ditumbuhkan dalam medium minimal yang ditambah dengan NaCl, atau aluminium sulfat, untuk menimbulkan efek cekaman tunggal, atau menggunakan kedua senyawa tersebut untuk menghasilkan efek cekaman ganda. Protein total yang diekstrak dari sel kemudian dielektroforesis pada SDS-PAGE 12%. Hasil analisis menunjukkan beberapa protein intraselular, protein membran, atau protein ekstraselular yang dibuat dalam kondisi cekaman spesifik. Dalam kondisi cekaman osmotik, dibuat protein intraselular berukuran 42,7 kDa, dan protein membran berukuran 53,3 kDa. Pada cekaman asam dihasilkan protein intraselular berukuran 54,7 kDa, 25,3 kDa, 14,2 kDa, dan satu protein membran berukuran 43,9 kDa, serta protein ekstraselular berukuran 17–29 kDa. Dalam kondisi cekaman ganda, terdeteksi satu protein intraselular spesifik berukuran 26,7 kDa dan satu protein membran berukuran 61,1 kDa. Dalam cekaman osmotik, diketahui terdapat korelasi positif, sedangkan dalam cekaman ganda terdapat korelasi negatif terhadap macam protein. Dalam cekaman keasaman, tidak diperoleh pola korelasi yang spesifik

    Studi Pasang Surut Perairan Juntinyuat Kabupaten Indramayu Terhadap Potensi Banjir Rob

    Full text link
    Kecamatan Juntinyuat di Kabupaten Indramayu memiliki pantai dengan panorama indah dan menarik, sumber biota laut yang melimpah serta kegiatan ekonomi yang cukup tinggi. Sayangnya wilayah tersebut memiliki masalah rob (genangan air pasang) yang terjadi setiap tahun. Rob merupakan banjir yang dibangkitkan dari air laut pasang dan bersifat merusak. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi banjir rob yang terjadi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Analisis harmonik pasang surut dilakukan menggunakan metode Admiralty untuk mendapatkan konstanta harmonik pasang surut yang meliputi Amplitudo, M2, S2, K1, O1, N2, K2, P1, M4, MS4. Peramalan menggunakan World Tides dilakukan untuk mengetahui kondisi pasang surut yang akan datang. Pendekatan Digital Elevation Model (DEM) dengan metode Topo to Raster dilakukan untuk menggambarkan kondisi topografi Kecamatan Juntinyuat saat ini. Hasil analisis pasang surut dengan metode Admiralty diperoleh nilai Formzahl sebesar 0,476 cm yang menunjukan tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda, nilai MSL = 59,6 cm, HWL = 93,087 cm, dan HHWL = 97,856 cm. Luas genangan yang terjadi pada bulan Mei tahun 2015 sebesar 1083,74 ha meliputi Desa Limbangan, Lombang, Juntinyuat, Dadap, Juntikebon, Sendang, Karangampel dan Desa Benda. Peramalan pasang surut memberikan hasil potensi luas genangan rob tahun 2016 pada bulan Agustus dan tahun 2017 pada bulan Maret dengan luas genangan mencapai 1739,96 ha

    Karakterisasi dan Deteksi Cepat Bakteri Penyebab Penyakit Darah pada Pisang

    Full text link
    Blood disease of banana is one of the most serious banana disease in Indonesia. Although the disease has became the subject of quarantine it eventually spread and found in most provinces in Indonesia. The aim of this research were to identify the blood disease bacterium (BDB) using morphological observation, biochemical assay, pathogenicity testing of hosts range using infectivity titration and rapid detection by Polymerase Chain Reaction (PCR). The results showed that the blood disease bacterium could be differentiated from Ralstonia solanacearum race 2, the causal agent of Moko disease and R. solanacearum tobacco isolates. BDB isolates were not able to hydrolyze gelatin, Tween 80, starch, and were not able to produce nitrite from nitrate. They were only able to produce acid from galactose and glycerol. The pathogenicity test indicated that the BDB was only able to infect the banana/plantain and was not able to infect tomato, eggplant, and chili. Rapid detection using PCR method showed that the 121F/R primers was able to amplify the BDB genome and was not able to amplify the genome of R. solanacearum tobacco isolates.Penyakit darah pada pisang masih merupakan kendala utama dalam budidaya pisang di Indonesia. Walaupun patogen penyakit darah sudah merupakan OPT karantina, namun saat ini penyakit sudah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit darah dengan karakterisasi morfologi, biokimia, kisaran inang, dengan infectivity titration dan deteksi cepat menggunakan PCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri penyakit darah (BDB) dapat dibedakan dengan Ralstonia solanacearum ras 2, penyebab penyakit Moko dan R. solanacearum isolat tembakau. Isolat BDB tidak dapat menghidrolisis gelatin, Tween 80, pati dan tidak dapat menghasilkan nitrit dari nitrat. Bakteri ini hanya menghasilkan asam dari galaktosa dan gliserol. Hasil uji patogenisitas menunjukkan bahwa bakteri penyakit darah (BDB) hanya dapat menginfeksi pisang dan plantain dan tidak dapat menginfeksi tomat, terung dan cabai. Deteksi cepat dengan PCR menunjukkan bahwa primer 121F/R dapat mengamplifikasi genom bakteri penyakit darah (BDB) dan tidak dapat mengamplifikasi R. solanacearum isolat tembakau

    Identifikasi Fusarium dan Nematoda Parasitik yang Berasosiasi dengan Penyakit Kuning Lada di Kalimantan Barat

    Full text link
    Pepper (Piper nigrum), known as the “King of Spices” is one of the most important spices. In the International market, Indonesian pepper has high selling value, due to its flavor characteristics. Pepper yellowing disease is one of the most important disease that caused the decrease of pepper production and become the main problem in the cultivation of pepper in West Kalimantan. This research was conducted to determine the major causal agent of leaf yellowing disease of pepper. The Fusarium associated with diseased plant were isolated from the symptomatic plant and nematodes were isolated from the root with leaf yellowing symptom. The Fusarium isolates were cultured on agar medium, and the nematode was cultured on tomato plant. From diseased pepper in West Kalimantan, it was isolated 4 Fusarium isolates and plant parasitic nematode Meloidogyne. The result showed that H isolate of Fusarium was the most virulent isolate and identified asFusarium solani. The Meloidogyne was identified by the female perenial patern.The nematode was identified as Meloidogyne incognita.INTISARILada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah penting yang telah dikenal sebagai “King of Spices”. Di pasar Internasional, lada Indonesia mempunyai daya jual tinggi karena cita rasanya yang khas. Salah satu kendala dalam budidaya lada adalah adanya penyakit kuning lada dan sampai saat ini menjadi masalah utama pada pertanaman lada di Kalimantan Barat. Informasi tentang patogen utama yang berinteraksi dengan penyakit kuning lada masih sangat terbatas, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patogen utama yang berasosiasi dengan penyakit kuning lada. Isolasi Fusarium dilakukan dari batang lada dan isolasi nematoda dilakukan dari akar lada yang bergejala penyakit kuning di Kalimantan Barat. Fusarium hasil isolasi dikulturkan dalam medium agar, sedangkan nematoda hasil isolasi dikulturkan dalam akar tomat. Dari hasil isolasi berhasil didapatkan empat isolat Fusarium dan nematoda Meloidogyne. Identifikasi Fusarium dilakukan secara morfologis dan molekuler, dan identifikasi Meloidogyne dilakukan dengan menggunakan irisan bagian posterior nematoda betina. Dari hasil identifikasi diketahui bahwa patogen yang berasosiasi dengan penyakit kuning lada adalah Fusarium solani dan Meloidogyne incognita

    Karakterisasi Bakteri Pendegradasi Fenol Dan Pembentuk Biofilm Dari Sumber Alami Dan Artifisial

    Full text link
    Fenol merupakan salah satu polutan air tanah yang memiliki sifat toksik bagi manusia maupun lingkungan. Salah satu teknologi yang dapat diaplikasikan untuk pengolahan limbah fenol adalah melalui bioremediasi dengan memanfaatkan aktivitas bakteri. Secara umum, bakteri di alam akan tumbuh dan membentuk biofilm. Bakteri pembentuk biofilm memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang kurang menguntungkan serta meningkatkan degradasi senyawa rekalsitran, karena bakteri akan saling berinteraksi dan saling melengkapi proses metabolik yang ada. Penelitian ini ditujukan untuk karakterisasi dan identifikasi isolat bakteri pendegradasi fenol dan pembentuk biofilm yang diperoleh dari limbah cair rumah sakit dan industri tekstil serta dari tanah gambut. Karakter yang diamati meliputi karakter morfologi koloni dan sel, serta karakter biokimiawi. Hasil karakterisasi selanjutnya digunakan untuk identifikasi menggunakan analisis profile matching isolat terpilih berdasarkan Bergey's Manual of Determinative Bacteriology. Hasil menunjukkan bahwa bakteri yang diperoleh dari limbah cair rumah sakit memiliki karakter yang mirip dengan Genus Micrococcus (isolat DL120), Genus Enterobacter (DOK135), dan Genus Bacillus (ATA6). Isolat TU3 dari limbah cair industri tekstil mirip dengan Genus Flavobacterium. Isolat HG1, SG3, dan HP3 yang diperoleh dari tanah gambut berturut-turut menunjukkan karakter yang mirip dengan Genus Alcaligenes, Arthrobacter, dan Rhodococcus

    Interaksi Meloidogyne Incognita dan Fusarium Solani pada Penyakit Kuning Lada

    Full text link
    Pepper yellowing disease is one of the most important disease of pepper causing the decrease of pepper production. This research was conducted in the screen house and laboratory to determine the major causal agent of leaf yellowing disease of pepper. Meloidogyne incognita and Fusarium solani were isolated from pepper plantation in West Kalimantan. Pepper seedlings Natar 1 cultivars were planted in sterilized soil collected from pepper plantation in Bengkayang, West Kalimantan. Five months-old seedling were inoculated with M. incognita (1000 larvae of 2nd stadium/plant) and F. solani (50 ml of spore suspension with spore density of 106 spore/ml) in several combinations of time inoculation, i.e., F. solani and then M. incognita, M. incognita and then F. solani, M. incognita together with F. solani, M. incognita only, and F. solani only. The parameters observed were the development of leaf yellowing disease every weeks for five months. The number of gall, and population M. incognita were observed at the end of the observation. The result showed that when M. incognita was inoculated to the roots followed by F. solani, the disease severity and the percentage of plant diseases were higher than those which were infected with F. solani or M. incognita alone. The higher population densities of M. incognita and a number of root gall, had observed on plants inoculated by M. incognita combined with F. solani than plants inoculated by M. incognita and F. solani alone. Interaction between M. incognita and F. solani as caused of leaf yellowing disease of pepper was synergistic reaction. IntisariPenyakit kuning lada merupakan salah satu penyakit penting pada lada yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi lada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Meloidogyne incognita dan Fusarium solani sebagai penyebab penyakit kuning lada. Penelitian yang dilakukan rumah kasa dan laboratorium. Meloidogyne incognita dan Fusarium solani diisolasi dari pertanaman lada di Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bibit lada kultivar Natar 1 berumur 5 bulan, dan diinokulasi dengan M. incognita sebanyak 1000 larva stadium 2 dan 50 ml suspensi mikrokonidium F. solani dengan kerapatan 106/ml. Perkembangan gejala penyakit diamati setiap minggu selama 5 bulan, dan pada akhir pengamatan dilakukan penghitungan jumlah puru dan populasi M. incognita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila M. incognita menginfeksi akar dan selanjutnya diikuti dengan infeksi oleh F. solani, tingkat keparahan penyakit dan persentase tanaman sakit lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi oleh F. solani atau M. incognita secara terpisah. Populasi M. incognita dan jumlah puru akar pada tanaman yang diinokulasi dengan M. incognita bersama-sama dengan F. solani lebih tinggi dibandingkan pada tanaman yang diinokulasi dengan M. incognita atau F. solani secara terpisah. Interaksi antara M. incognita dan F. solani dalam menyebabkan penyakit kuning lada adalah bersifat sinergis

    Sebaran Penyakit Hawar Daun Bakteri Di Beberapa Sentra Produksi Bawang Merah Di Indonesia

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui daerah sebaran penyakit hawar daun bakteri di beberapa sentra pertanaman bawang merah di Indonesia dan kultivar bawang merah yang dapat diinfeksi, serta mengidentifikasi patogen penyebabnya. Penentuan lokasi pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan secara stratified purpossive random sampling. Survei dilakukan dengan cara wawancara dan pengamatan di lapangan (observasi) terhadap kultivar bawang dan gejala penyakit yang terinfeksi oleh bakteri patogen. Sampel diidentifikasi melalui pengamatan morfologi koloni, uji postulat Koch, uji reaksi hipersensitif dan pengujian sifat-sifat biokimia dan fisiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit hawar daun bakteri telah tersebar secara merata di seluruh daerah pertanaman bawang merah di Indonesia, yang meliputi Kabupaten Cirebon, Tegal, Nganjuk, Bantul, dan Sigi, dengan tingkat serangan mencapai 62,5–100%. Penyakit ini menginfeksi bawang merah kultivar Bima curut, Bauji, Biru-sawah, dan Palasa. Gejala hawar daun bakteri yang dijumpai berupa water soaking, terjadi lekukan daun, pengerutan daun, klorosis, nekrosis, mati pucuk, pertumbuhan kerdil, dan kematian. Isolat bakteri yang ditemukan mempunyai bentuk koloni bulat, cembung, berlendir, dan berwarna kuning. Ciri morfologi koloni, gejala dan karakteristik isolat bakteri mirip dengan sifat-sifat bakteri Xanthomonas axonopodis pv. allii penyebab penyakit hawar daun pada bawang bombay

    Mekanisme Antibiosis Bacillus Subtilis B315 Untuk Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Kentang

    Full text link
    Antibiosis mechanism of Bacillus subtilis B315 for controlling potato bacterial wilt disease. Bacillus subtilis B315 isolated from rhizospheric potato has antibiosis mechanism against Ralstonia solanacearum in vitro and become potentially used as controlling method of bacterial wilt in the field. The objectives of this research were to study the mechanism of B.subtilis B315 in controlling bacterial wilt disease, to study of B. subtilis B315 potency as both biocontrol and plant growth promoter, and to evaluate the mechanism as biocontrol agent. This green house experiment used CRD (Completely Randomized Design) with 5 treatments and 6 replicates. The treatments were control (without B. subtilis B315), B. subtilis B315 wild type, antibiosis mutant M16, antibiosis mutant M4, and antibiosis mutant M14. Variables observed were incubation period, disease index, infection rate, effectiveness of control, and growth components (i.e number of bud, plant height, leaf area, plant fresh and dry weight). The result of this research showed that B. subtilis B315 could delay incubation period, suppressed the disease index up to 64,9% and could promote the plant growth (leaf area). B. subtilis B315 had the antibiosis and other mechanisms that induced sistemic resistance. The implication of this research was that B. subtilis B315 could be used for biocontrol the bacterial wilt and promoted the potato growth
    • …
    corecore