60 research outputs found

    Effect of the Spillway Elevation on Flood Attenuation in the Bendo Dam

    Get PDF
    Bendo dam is a multi-purpose dam which used as a flood control, irrigation, raw water, also tour place. Moreover, in this study intends to know the safety of initial dam planning and determine the effect of the spillway elevation on flood attenuation in the Bendo Dam with discharge planned. In this research is fully calculated the maximum flood discharge also the safe freeboard and compare the amount of inflow and outflow in different elevation. This analysis used unit hydrograph synthetic nakayasu as a design discharge calculation and newton raphson method as a flood routing calculation. The location in this analysis is taken at Bendo Dam Ponorogo. The data needed in this calculation was rainfall data from 1996 until 2016 in Ponorogo area also earth map in Ponorogo area from internet. In this analysis, will be calculated effect of flood attenuation with the increasing of spillway 2 m, starting from 214.6 m until peak dam are 224 m. The result of this analysis, spillway elevation are used in Bendo Dam 218.6 m was safe to build. Then, the effect of spillway elevation is increase while the elevation increase also. In return period 1000 years the lowest value was 27.863% at elevation 214.6 m and keep increasing into 29.543% at elevation 216.6 m, 30.982% at elevation 218.6 m and maximum was 32.490% at elevation 220.6 m. Then, at PMF discharge, the lowest value was 24.949% at elevation 214.6 m and keep increasing into 26.390% at elevation 216.6 m, 27.908% at elevation 218.6 m and maximum was 29.492% at elevation 220.6 m

    Analisa Kepadatan Tanah Menggunakan Sand Cone pada Peningkatan Struktur Tanggul Pantai di Kota Pekalongan

    Get PDF
    Coastal embankments are structures built along the coastline with the aim of protecting coastal areas from longshore transport. Soil compaction testing aims to determine the maximum density of a type of soil by means of impact. Increasing soil density can be done by various methods, one of which is the Sand Cone method. Sand Cone method is very important in determining the type of soil used in construction and as a guide in calculating the strength and stress required in the coastal embankment structure. The research method in this paper is quantitative. The direct shear strength test obtained normal stress results with samples 1, 2 and 3 sequentially of 24.4 kPa, 48.8 kPa, and 73.2 kPa. Shear stress results with samples 1, 2 and 3 were 24.5 kPa, 41.2 kPa, and 55.9 kPa respectively. With soil samples 1, 2 and 3 loaded with 8kg, 16kg, and 24kg respectively. It can be concluded that the soil is categorised as sandy gravel type soil and is solid. Atterberg Limit testing obtained a liquid limit value of 52.90%, Plastic Limit 32.69%. and Plasticity Index of 20.21% can be concluded to be a type of clay. Soil compaction test results obtained moisture content of 36.21%, wet volume weight of 1.63 gr / cm3, specific gravity of 2.553, optimum moisture content of 35.80%, and maximum dry weight content of 1.26 gr / cm3.Tanggul pantai merupakan struktur bangunan yang dibangun di sepanjang garis pantai dengan tujuan untuk melindungi wilayah pesisir dari terjangan maupun longshore transport. Pengujian pemadatan tanah bertujuan untuk menentukan kepadatan maksimum suatu jenis tanah dengan cara tumbukan. Peningkatan kepadatan tanah dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan metode Sand Cone. Metode Sand Cone sangat penting dalam menentukan jenis tanah yang digunakan dalam konstruksi dan sebagai pedoman dalam menghitung kekuatan dan tegangan yang diperlukan pada struktur tanggul pantai. Metode penelitian dalam makalah ini yaitu kuantitatif. Pengujian kekuatan geser langsung (Direct Shear Test) pengujian tersebut didapatkan hasil tegangan normal dengan sampel 1, 2 dan 3 berurutan sebesar 24,4 kPa, 48,8 kPa, dan 73,2 kPa. Hasil tegangan geser dengan sampel 1, 2 dan 3 berurutan sebesar 24,5 kPa, 41,2 kPa, dan 55,9 kPa. Dengan sampel tanah berurutan 1, 2 dan 3 berbeban 8kg, 16kg, dan 24kg. Dapat disimpulakan tanah tersebut terkategorikan tanah berjenis kerikil berpasir dan bersifat padat. Pengujian Atterberg (Atterberg Limit) didapatkan nilai batas cair sebesar 52,90%, Batas Plastis 32,69%. dan Indeks Plastisitas sebesar 20,21% dapat disimpulkan berjenis tanah Lempung. Pengujian Pemadatan tanah didapatkan hasil Kadar air sebesar 36,21%, Berat volume basah sebesar 1,63 gr/cm3, Berat jenis sebesar 2,553, Kadar air optimum sebesar 35,80%, dan Berat isi kering maksimal sebesar 1,26 gr/cm3

    Optimalisasi Long Storage Kaligawe Untuk Pengendalian Genangan Banjir

    Get PDF
    The area of Kaligawe Street is one of many which experience flood due to the high tide that cause the water unable to flow to downstream area and the storage channel became smaller. Kaligawe Street is part of Pantura Street that connects Semarang and Demak. The inundation along Kaligawe Street cause severe congestion as well as infrastructure damage. Long storage of Kaligawe is used as flood control that occurs in sub-system of East Semarang on sub-catchment Kaligawe of 378 Ha service area (Genuk Housing Enviromental Area) and it has pump capacity of 1.6 m3/s. Kaligawe long storage optimization analysis is by collecting rainfall data of Karangrejodan Station at Simongan. Hydrology analysis include the determination of rain mean by algebra method, frequency analysis then is examined using Chi-Square and Smirnov-Kolmogorof method while to determaine rain intensity is using method of Mononobe and ABM. Flood plan determination is using rational equation. Analysis of capacity and pump needs is using water balance method and analysis of pump selection is using Bernoulli equation. The Optimum value on Kaligawe long storage in 4.5 m deep with initial condition 0.75m and requires at least in 1.04 mwh, with 2 pumps and pumping duration of 6.54 hours. Based on pump selection analysis on real discharge, the pump type is MWI Axial flow 72" P0, with power of 400 HP, the value is of 3.93 m3/s on the head of 5.24 m

    Formation control of non-identical multi-agent systems

    Get PDF
    The problem considered in this work is formation control for non-identical linear multi-agent systems (MASs) under a time-varying communication network. The size of the formation is scalable via a scaling factor determined by a leader agent. Past works on scalable formation are limited to identical agents under a fixed communication network. In addition, the formation scaling variable is updated under a leader-follower network. Differently, this work considers a leaderless undirected network in addition to a leader-follower network to update the formation scaling variable. The control law to achieve scalable formation is based on the internal model principle and consensus algorithm. A biased reference output, updated in a distributed manner, is introduced such that each agent tracks a different reference output. Numerical examples show the effectiveness of the proposed method

    Desain Sabo Dam Di PA-C4 Kali Pabelan Merapi

    Get PDF
    Sabo dam di PA-C4 Kali Pabelan Merapi terletak di Desa Gondosuli, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Sabo dam berfungsi untuk mengendalikan aliran sedimen lahar dingin dan menahan sedimen dalam jumlah besar, serta melokalisir endapan sedimen agar tidak merusak daerah sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan sabo dam yang mampu mengalirkan Q50 serta aman terhadap beban gempa, beban gaya hidrostatik, uplift, aman terhadap bahaya piping, dan aman terhadap daya dukung tanah di lapangan. Perencanaan ini dilakukan dengan analisis data hujan, hujan efektif, dan analisis hujan rerata dengan metode Poligon Thiesen serta analisis banjir rencana dengan metode HSS Nakayasu. Analisa tersebut menghasilkan debit banjir rencana 50 tahun (Q50) sebesar 148,516 m3/dt. Analisis sabo dam dilakukan kontrol kestabilan terhadap rembesan (piping) sehingga didapatkan hasil CL = 5,216 ≥ 3. Kestabilan terhadap momen guling didapatkan hasil SF = 5,519 > 1,2 (kondisi banjir belum ada sedimen), SF = 4,159 >1,2 (kondisi banjir penuh sedimen), SF = 7,147 > 1,2 (kondisi normal), dan SF = 5,001 >1,2 (kondisi gempa saat muka air normal). Kestabilan terhadap momen geser didapatkan hasil SF = 1,632 > 1,2 (kondisi banjir belum ada sedimen), SF = 1,297 > 1,2 (kondisi banjir penuh sedimen), SF = 2,408 > 1,2 (kondisi normal), SF = 2,000 > 1,2 (kondisi gempa saat muka air normal). Kestabilan terhadap daya dukung tanah pondasi didapatkan hasil σmax = 4,160 < 53,300 ton/m2 (kondisi banjir belum ada sedimen), σmax = 1,579 < 53,300 ton/m2 (kondisi banjir penuh sedimen), σmax = 2,761 < 53,300 ton/m2 (kondisi normal), σmax = 1,568 < 53,300 ton/m2 (kondisi gempa saat muka air normal). Analisis sabo dam di PA-C4 Kali Pabelan Merapi aman terhadap beban gempa, beban gaya hidrostatik, beban uplift, aman terhadap bahaya piping, dan aman terhadap daya dukung tanah di lapangan

    Pengaruh Penempatan Baffle Blocks Tipe Cekung Setengah Lingkaran Dan Parabolik Pada Bendung Dengan Kolam Olak Tipe Solid Roller Bucket Terhadap Panjang Loncat Air Dan Kehilangan Energi

    Get PDF
    Beberapa rekayasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan air adalah dengan teknologi penyimpan air (dengan dibangunnya bendungan dan embung), sedangkan untuk dapat mengalirkan dari sungai ke sawah dapat dilakukan dengan pembangunan bendung dan saluran irigasi. Peninggian muka air karena bendung akan mengakibatkan adanya aliran yang deras di bagian hilir bendung. Jika dalam suatu aliran terjadi perubahan jenis aliran dari superkritis ke subkritis, maka akan terjadi loncatan air (hydraulic jump). Untuk mereduksi energi yang terdapat di dalam aliran tersebut, maka pada kolam olak bendung biasanya dipasang baffle blocks. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penempatan baffle blocks tipe cekung setengah lingkaran dan parabolik terhadap panjang loncat air dan kehilangan energi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Hidraulika Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UMS. Penelitian ini menggunakan open flume berukuran 30x60x1000 cm dengan kemiringan dasar saluran 0,005. Menggunakan pelimpah ogee dengan kemiringan tubuh bendung 0,6:1, dan menggunakan kolam olak tipe solid roller bucket dengan baffle blocks tipe cekung setengah lingkaran dan parabolik ukuran 5/12 R. Penelitian dilakukan dengan 11 seri, masing-masing seri dilakukan empat tahap running dengan empat macam variasi debit, sehingga total running yang dilakukan sebanyak 44 running. Pada setiap debitnya kemudian dilakukan pengujian panjang loncat air dan kehilangan energi. Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan, pertama, susunan baffle blocks yang paling baik untuk meredam energi aliran adalah baffle blocks tipe cekung parabolik dengan posisi pada awal radius lengkung kolam olak, berlaku untuk semua nilai debit (seri P2.Q). Kedua, posisi baffle blocks yang paling efektif untuk mereduksi panjang loncat air adalah baffle blocks tipe cekung parabolik dengan posisi di antara awal dan tengah lengkung kolam olak, berlaku untuk semua nilai debit (seri P3.Q). Ketiga, Unjuk kerja dari bentuk dan posisi baffle blocks yang paling efektif untuk meredam energi aliran dan mereduksi panjang loncat air adalah baffle blocks tipe cekung parabolik dengan posisi di antara awal dan tengah lengkung kolam olak, berlaku untuk semua nilai debit (seri P3.Q)

    Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Bendung Dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak Tipe Solid Roller Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis Dan Peredaman Energi

    Get PDF
    Salah satu konstruksi bangunan air yang digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya air adalah bendung. Peninggian muka air karena pembendungan akan mengakibatkan adanya aliran yang deras di bagian hilir. Jika dalam suatu aliran terjadi perubahan jenis aliran dari superkritis ke subkritis, maka akan terjadi loncatan hidrolis atau yang sering disebut hydraulic jump. Guna mereduksi energi yang terdapat di dalam aliran tersebut, maka diperlukan bangunan peredam energi yaitu kolam olakan (stilling basin). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kemiringan tubuh hilir bendung dan penempatan baffle blocks terhadap loncatan hidrolis dan peredaman energi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Hidraulika Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UMS. Penelitian ini menggunakan open flume berukuran 30x60x1000 cm dengan kemiringan dasar saluran 0,0058. Menggunakan pelimpah ogee dengan kemiringan hilir 1:4, 2:4, 3:4, 4:4 dan menggunakan kolam olak tipe solid roller bucket dengan ukuran baffle blocks 5/12 R. Penelitian dilakukan pada enam belas perlakuan (kemiringan hilir bendung dan penempatan baffle blocks) dengan empat variasi debit air dan pada setiap debitnya kemudian dilakukan pengujian turbulensi aliran, panjang pusaran air dan kehilangan energi. Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan, pertama semakin bertambahnya debit aliran, maka semakin besar turbulensi dan panjang loncatan hidrolis di hilir pusaran serta semakin kecil nilai prosentase kehilangan energinya. Kedua, susunan baffle blocks yang paling efektif dalam meredam turbulensi dan loncatan hidrolis di hilir pusaran adalah yang dipasang pada tengah-tengah radius lengkung. Ketiga, efisiensi kehilangan energi bertambah seiring berkurangnya variasi debit, perlakuan tanpa baffle blocks adalah yang paling efektif. Keempat, dengan debit aliran yang sama dari variasi kemiringan tubuh hilir bendung tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap turbulensi aliran dan kehilangan energi kecuali pada panjang loncatan hidrolis, yaitu kemiringan 4:4 yang paling efekti

    Alternatif Pengolahan Limbah di Sekitar Sungai Jumbleng Surakarta

    Get PDF
    The human being to meet the needs of life is sometimes cause water pollution. This condition will result in all of the ingredients are dissolved in the form of contaminated waste going into rivers. The Jumbleng is one of sources of water that has been polluted. Pollution of water that experienced this a result of waste the factory tofu around the river. Therefore to do research quality and altervative treatment from waste the factory tofu. The purpose of this study to determine the content of the physical properties and chemical on waste know about rivers. Know the influence of time puddle to a decrease in COD, BOD and TSS of constructed wetland.Doing experiments a simple reactor biogas and the influence of the decline in COD, BOD and TSS and the design of the IPAL waste tofu, as well as designing the processing waste tofu. The results obtained the physical properties of waste tofu : smell and color cloudy. The chemical characteristics : pH (3), COD ( 576,38 mg/L), BOD (309,87 mg/L), TSS (260 mg/L). The drop of waste the constructed wetlands by soil and plant with a pool 5 days in the lowest while by gravel with a poll 15 days in the highest. In the waste tofu to biogas reactor simple also decresed levels of waste and levels of TSS have the greatest decline. The design of the IPAL waste tofu through five stages : a tub separation of oil, a tub the liquid waste, a tub anaerobic, a tub aerobic a tub raredaction

    Pemetaan Risiko Tsunami terhadap Bangunan secara Kuantitatif

    Get PDF
    ABSTRAK Tsunami merupakan bencana alam yang sebagian besar kejadiannya dipicu oleh gempabumi dasar laut. Dampak kerugian tsunami terhadap lingkungan pesisir antara lain rusaknya properti, struktur bangunan, infrastruktur dan dapat mengakibatkan gangguan ekonomi. Bencana tsunami memiliki keunikan dibandingkan bencana lainnya, karena memiliki kemungkinan sangat kecil tetapi dengan ancaman yang tinggi. Paradigma Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir yang menekankan bahwa risiko merupakan hal utama dalam penentuan strategi terhadap bencana. Kelurahan Ploso, merupakan salah satu lokasi di Kabupaten Pacitan yang berpotensi terkena bencana tsunami. Pemetaan risiko bangunan dilakukan dengan metode kuantitatif, yang mana disusun atas peta kerentanan dan peta harga bangunan. Papathoma Tsunami Vulnerability 3 (PTVA-3) diadopsi untuk pemetaan kerentanan. Data harga bangunan diperoleh dari kombinasi kerja lapangan dan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa Lingkungan Barehan memiliki risiko kerugian paling tinggi diantara semua lingkungan di Kelurahan Ploso. Hasil ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penentuan strategi pengurangan risiko bencana di Kelurahan Ploso.ABSTRACT Tsunami is a natural disaster whose occurrences are mostly triggered by submarine earthquakes. The impact of tsunami on coastal environment includes damages to properties, building structures, and infrastructures as well as economic disruptions. Compared to other disasters, tsunamis are deemed unique because they have a very small occurrence probability but with a very high threat. The paradigm of Disaster Risk Reduction (DRR) that has developed in the last few years stresses risk as the primary factor to determine disaster strategies. Ploso Sub-district, an area in Pacitan Regency, is potentially affected by tsunamis. The risk mapping of the buildings in this sub-district was created using a quantitative method based on maps of vulnerability and building’s cost. This research used Papathoma Tsunami Vulnerability 3 (PTVA-3) for vulnerability mapping. The cost of the buildings was obtained from a combination of fieldwork and Geographic Information System (GIS). The results of risk mapping showed that the Barehan Environment had the highest risk of loss among the other environments in Ploso Sub-district. These findings, thereby, can be used as a reference for determining DRR strategy in Ploso Sub-district

    Kajian Ulang Keamanan Bendungan Gonggang Kabupaten Magetan Terhadap Banjir Rancangan

    Get PDF
    The Gonggang Reservoir is located in Gonggang River which is a tributary of Madiun River with a catchment area of 12,8698 km². The reservoir was built to overcome the lack of irrigation water and water supply and is expected to become one of the Tourist destinations in Magetan regency. In the study of Gonggang dam security against floods, rainfall data was analyze and then flood routing. The result of the calculation shows that Gonggang dam is safe for flood design with percentage of flood attenuation for return period, namely; 53,815% for 2 years period, 52,261% for 5 years period, 51.307% for 10 years period, 49.26% for 25 years period, 49.451% for 50 years period , 48.808% for 100 years period, 48.103% for 200 years period, 46.607% for 1000 years period
    corecore