3 research outputs found
Perbedaan Waktu Keterlambatan Kedatangan Pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) berdasarkan Jenis Kelamin Di Pusat Jantung Terpadu RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi dari penyakit jantung koroner (PJK) yang mempunyai proporsi penyumbang kematian terbesar setiap tahunnya. Sebagian besar pasien yang mengalami tanda dan gejala SKA sering kali ditemukan terlambat dalam mencari pengobatan (prehospital delay). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan pasien dalam mencari pengobatan, salah satunya yaitu faktor jenis kelamin. Dalam merespon manifestasi yang dikaitkan dengan SKA, perbedaan jenis kelamin memiliki peran dalam menentukan keberhasilan terapi pada SKA. Tujuan dalam penelitian ini untuk menentukan waktu keterlambatan kedatangan pasien SKA berdasarkan jenis kelamin dalam pencarian akses pengobatan. Dalam penelitian ini melibatkan 27 responden dengan proporsi 17 responden laki-laki dan 10 responden perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan lembar observasi selama satu bulan (1-30 april 2018). Berdasarkan hasil analisa menggunakan program SPSS 23 dengan uji crosstab dan Independent-Sample T test didapatkan hasil yang signifikan dengan perolehan p=0,01<0,05 bahwa perempuan mengalami keterlambatan 4 jam 24 menit lebih lama dibandingkan laki-laki. Dapat disimpulkan adanya perbedaan waktu keterlambatan kedatangan pasien sindrom koroner akut (SKA) berdasarkan jenis kelamin di Pusat Jantung Terpadu RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Perilaku Caring Perawat Di RSUD PROF DR. Margono Soekarjo Purwokerto
Caring merupakan inti praktik dari keperawatan. Semakin baik perilaku
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk caring kepada
pasien maka semakin puas pasien terhadap pelayanan keperawatan tersebut.
Sebagai salah satu aspek terpenting dalam mencapai kepuasan pasien, menjadikan
perilaku caring sebagai salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit. Perilaku
caring yang baik dapat mewujudkan mutu pelayanan yang baik pula.
Dalam beberapa studi, perilaku caring sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor ini dapat dikelompokkan berdasarkan asal sumbernya, yaitu internal dan
eksternal. Dibandingkan faktor internal, faktor eksternal yang dapat disebut juga faktor
lingkungan kerja memiliki prosentase lebih besar dalam mempengaruhi persepsi
perawat tentang kualitas perawatan dan perilaku caring. Faktor lingkungan kerja
perawat dapat dikelompokkan dalam beberapa dimensi yang lebih spesifik. Dalam
penelitian ini digunakan panduan Practice Environment Scale of the Nursing Work
Index (PES-NWI) untuk mengkaji dimensi lingkungan praktik perawat karena
dianggap relevan dan terbaru dari semua instrumen pengukuran lingkungan kerja.
Masing – masing dimensi dalam lingkungan kerja memiliki proporsi tersendiri dalam
mempengaruhi perilaku caring. Penciptaan dimensi lingkungan kerja yang baik dan
menyenangkan dapat memenuhi kebutuhan personal perawat. Berdasarkan latar
belakang tersebut diperlukan adanya penelitian yang dapat melihat dimensi
lingkungan kerja apa saja yang berhubungan dengan perilaku caring perawat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan perilaku
caring perawat, untuk selanjutnya dapat menjadikan solusi dan pengembangan
strategi bagi manajer keperawatan dan rumah sakit dalam meningkatkan perilaku
caring perawat.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 180 responden
perawat yang bekerja di ruang rawat inap dilibatkan dalam penelitian ini. Pengambilan
data menggunakan instrumen kuisioner yang diisi langsung oleh responden perawat.
Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran karakteristik responden yang
dipresentasikan dalam bentuk tabel dan prosentase. Analisis bivariat menggunakan
Chi Square, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik
berganda. Hasil analisis Chi Square didapatkan terdapat hubungan antara partisipasi
perawat dalam urusan rumah sakit dan perilaku caring dengan p=0,000 (p<0,05),
fondasi keperawatan untuk kualitas perawatan dan perilaku caring p=0,03 (p<0,05),
kemampuan perawat manajer, kepemimpinan dan dukungan perawat dan perilaku
ix
caring p=0,02 (p<0,05), ketersediaan ketenagaan dan sumber daya dan perilaku
caring p=0,000 (p<0,05), hubungan kolegial perawat dan dokter dan perilaku caring
p=0,001 (p<0,05). Dari hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa pada variabel
partisipasi perawat dalam urusan rumah sakit memiliki nilai p=0,000 (p<0,05),
OR=81.496, variabel ketersediaan ketenagaan dan sumber daya memiliki nilai
p=0,005 (p<0,05), OR=164.989, serta variabel hubungan kolegial perawat dan dokter
memiliki nilai p=0,000 (p<0,05), OR=81.027. Nilai Negelkerke R Square yang
didapatkan yaitu 0,641 memiliki arti bahwa lingkungan kerja merupakan faktor yang
mempunyai hubungan 64,1% terhadap perilaku caring perawat.
Hasil penelitian memberikan gambaran secara keseluruhan dimensi
lingkungan kerja berhubungan dengan perilaku caring perawat. Sejalan dengan
beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa lingkungan kerja
berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja perawat dimana hal ini terkait
dengan keselamatan pasien yang pada akhirnya juga mengarah pada outcome
pasien. Meskipun hasil penelitian didapatkan bahwa penilaian dengan lingkungan
kerja dalam presentase yang baik, masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan
untuk mempertahankan nilai baik lingkungan kerja yang berdampak pula pada
perilaku caring perawat.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan
antara semua dimensi dalam lingkungan kerja dengan perilaku caring perawat,
sedangkan dimensi paling dominan dalam lingkungan kerja dapat diurutkan dari yang
paling dominan adalah dimensi 1 yaitu partisipasi perawat dalam urusan rumah sakit,
dimensi 5 yaitu hubungan kolegial perawat dan dokter dan dimensi 4 yaitu
ketersediaan ketenagaan dan sumber daya. Hasil ini diharapkan dapat menjadi
pengembangan strategi bagi manajer keperawatan dan rumah sakit untuk mengkaji
ulang kebutuhan dan peluang untuk promosi jabatan tenaga keperawatan,
keberlanjutan program pendidikan perawat profesional, serta menghitung ulang
jumlah SDM perawat yang cukup untuk melakukan pekerjaa
Association between convalescent plasma and the risk of mortality among patients with COVID-19: a meta-analysis [version 3; peer review: 2 approved]
Background: Convalescent plasma (CCP) has been used for treating some infectious diseases; however, the efficacy of CCP in coronavirus disease 2019 (COVID-19) remains controversial. The aim of this research was to assess the efficacy of CCP as an adjunctive treatment in COVID-19 patients.
Methods: Embase, PubMed, Web of Science, Cochrane and MedRix were searched for potentially relevant articles. All included papers were assessed for the quality using modified Jadad scale and Newcastle-Ottawa scale for randomized controlled trial (RCT) and non – RCT, respectively. We used a Q test and Egger test to assess the heterogeneity and publication bias among studies, respectively. Mortality rates between patients treated with standard treatment and standard treatment with CCP were compared using a Z test. Results: A total of 12 papers consisting of three cross-sectional studies, one prospective study, five retrospective studies, and three RCT studies were included in our analysis. Of them, a total of 1,937 patients treated with CCP and 3,405 patients without CCP were included. The risk of mortality was 1.92-fold higher in patients without CCP compared to patients treated with CCP (OR: 1.92; 95%CI: 1.33, 2.77; p=0.0005). In severe COVID-19 sub-group analysis, we found that patients without CCP had a 1.32 times higher risk of mortality than those treated with CCP (OR: 1.32; 95%CI: 1.09, 1.60; p=0.0040). Conclusions: CCP, as adjunctive therapy, could reduce the mortality rate among COVID-19 patients