3 research outputs found

    METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA INDUSTRI TOBACCO YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi potensi kebangkrutan dengan menggunakan metode analisis Altman Z-Score pada perusahaan tobacco yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Analisa menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan selama tahun 2012 sampai tahun 2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, sampel ditetapkan menggunakan kriteria yakni perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan pada periode 2012 sampai 2014 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga, diperoleh empat perusahaan yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT. Bentoel International Investama Tbk, PT. Wismilak Inti Makmur Tbk. Dari hasil penelitian model Altman Z-Score menunjukkan bahwa terdapat satu perusahaan dalam kondisi sehat yaitu PT. Handjaya Sampoerna Tbk, dua perusahaan dalam kondisi rawan bangkrut yaitu PT. Gudang Garam Tbk, dan PT. Wismilak Inti Makmur Tbk, dan satu perusahaan dalam kondisi berpotensi bangkrut yaitu PT. Bentoel International Investama Tbk. Perusahaan yang dalam klasifikasi rawan bangkrut dan berpotensi bangkrut harus segera memperbaiki kinerja keuangan agar tidak terjadi kebangkrutan atau pailit. Sedangkan, perusahaan yang dalam klasifikasi sehat harus menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan agar tidak terjadi kebangkrutan di periode selanjutny

    PENERAPAN METODE SINGLE MOVING AVERAGE UNTUK PERAMALAN HARGA CABAI RAWIT HIJAU

    Get PDF
    Harga cabai yang kurang menentu dan bahkan cenderung terus mengalami kenaikan pada beberapa waktu tertentu akan berakibat buruk. Oleh karena itu informasi naik turunnya harga cabai pada waktu-waktu sebelumnya, dapat menjadi variable baru yang dipertimbangkan dalam peramalan harga cabai. Melihat permasalahan tersebut di harapkan metode single moving average dapat digunakan dengan baik untuk memprediksi fluktuasi tren harga cabai, sebagai langkah antisipasi permintaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode single moving average dengan menggunakan ordo yang berbeda. Pada metode Single Moving Average berordo 10 didapatkan nilai et 199.600, MSE 7.677 dan RMSE 14.12799. Sedangkan metode Single Moving Average berordo 5 didapatkan nilai et 118.200, MSE 3.813 dan RMSE 10.87198. Dari tersebut, diantara dua metode yang digunakan dalam peramalan harga cabai di Kota Semarang dengan mengunakan metode Single Moving Average berordo 5 dan Single Moving Average berordo 10, terbukti bahwa metode Single Moving Average berordo 5 lebih baik dibandingkan dengan metode Single Moving Average berordo 10.Kata kunci: single moving average, time series, MSE, RMS
    corecore