8 research outputs found

    Therapy of Cinnamon Decoction using Honey in Reducing Gout

    Get PDF
    Background: Gout is an antioxidant, the final product that is produced from the metabolism/ breakdown of purines, but if in excessive amounts in the blood, it will experience crystallization and can cause gout. Giving cinnamon extract to male white rats with hyperuricemia has the effect of reducing uric acid levels, because the extract of cinnamon contains Polyphenols namely Sinamldehid which is high enough (68.65%) to be a source of antioxidant compounds which can inhibit Xanthine Oxidase Enzine. This study aimed to analyze the therapy of dekokta cinnamon with honey to reduce uric acid for people with gout.Subjects and Method: This was a quasi experiment with pre and post-test design. The study was conducted in Gambirsari Community Health Center, Kadipiro Subdistrict, Mojosongo, Surakarta, Central Java, in May 2018. A sample of of 50 people with gout sufferers were selected by quota sampling and divided into 2 groups. The treatment group of 25 people received cinnamon decoction with honey with a concentration of 15%. The therapy was carried out for 1 week with a dose of once a day. In the control group, Allopurinol 100 mg was given for 1 week, with a dose of once a day. The data were analyzed by Wilcoxon and Mann-Whitney est.Results: Uric acid in decoction cinnamon with honey group was lower than in control group and it was statistically significant (p= 0.023).Conclusion: Decoction cinnamon with honey can reduce uric acid level among gout patients.Keywords: cinnamon, decoction, honey, goutCorrespondence: Yeti Nurhayati. Nursery Program, School of Health Sciences Kusuma Husada, Surakarta, Central Java. Email: [email protected] Journal of Medicine (2019), 4(1): 35-39https://doi.org/10.26911/theijmed.2019.04.01.0

    The Correlation of Age with Uric Acid in Kadipiro, Surakarta

    Get PDF
    Background: Uric acid is the final product of purine metabolism. Purines (adenine and guanine) are nucleic acid contituents. Purine rotation occurs continuously in the body along with the synthesis and decomposition of DNA and RNA, although there is no intake of purine, a substantial amount of uric acid will still be formed. Uric acid is synthesized mainly in the liver by the xanthine oxidase enzyme. This study aimed to examine the correlation of age with uric acid. Subjects and method: This was a cross-sectional study conducted in Gambirsari Health Center, Kadipiro Village, Mojosongo, Surakarta, Central Java. A sample of 50 gout patients was selected by purposive sampling. The dependent variable was uric acid. The independent variable was age. The data were analyzed by Pearson correlation. Results: There was a correlation between age and uric acid (r= 0.37; p= 0.009). Conclusion: There is a correlation between age and uric acid. Keywords: gout, age, uric acid Correspondence

    PERBANDINGAN KOMPRES DINGIN DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI MENSTRUASI DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN NGAWI: Universitas Kusuma Husada Surakarta

    No full text
    ABSTRACT Background: Menstrual pain is something that occurs before and during menstruation which can interfere with activities. The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia is 60-70% of women. Cause discomfort, interfere with daily activities, overcome pharmacological and non-pharmacological menstrual pain. Purpose: To compare the effectiveness of cold compresses and warm compresses to reduce menstrual pain. Methods: This study was a quasi-experimental. Samples were taken by purposive sampling technique with a total of 52 female students. Data collection used the NRS 0-10 observation sheet. Data analysis used the Wilcoxon Test and the Mann Whitney Test. Results: The average menstrual pain before and after being given a cold compress was (4.3) to (3.92). Whereas before and after the warm compress given was (3.69) to (1.92). Furthermore, the Wilcoxon test means that there is a difference between before and after the warm compress technique with a Sig. (0.000) and cold compresses with a value of Sig.(0.003). Because in the normality test there are data that are not normally distributed on the results of the difference test using the Mann Whitney test with the result (p = 0.000), there is a difference in the decrease in menstrual pain with warm compresses and cold compresses. Conclusion: warm compresses are more effective in reducing menstrual pain    ABSTRAK Latar Belakang: Nyeri menstruasi merupakan terjadi sebelum dan selama menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas. Prevalensi dysmenorrhea di Indonesia sebesar 60-70% wanita. Menyebabkan ketidaknyamanan, mengganggu aktifitas sehari-hari, Penanganan nyeri menstruasi farmakologis dan non farmakologis. Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan efektivitas kompres dingin dan kompres hangat terhadap penurunan nyeri menstruasi, Metode: Penelitian ini eksperimen semu. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 52 santriwati. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi NRS 0-10. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney. Hasil: Rata-rata nyeri menstruasi sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin didapatkan adalah (4,3) menjadi (3,92). Sedangkan sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat diberikan adalah (3,69) menjadi (1,92). Selanjutnya di Uji Wilcoxon disimpulkan bahwa ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik kompres hangat dengan nilai Sig. (0,000)  dan kompres dingin dengan nilai Sig.(0,003). Karena pada uji normalitas terdapat data yang tidak terdistribusi normal hasil uji perbedaan menggunakan Uji Mann Whitney dengan hasil (p = 0,000) maka ada perbedaan penurunan nyeri menstruasi dengan kompres hangat dan kompres dingin. Simpulan: kompres hangat lebih efektif dalam menurunkan nyeri menstruasi   Kata kunci : nyeri menstruasi, kompres hangat, dan kompres dingi

    Penguatan Peran Kader dan Masyarakat dalam Upaya Persiapan Kehamilan Sehat Melalui Kegiatan Sikring Arus

    No full text
    Keberhasilan masa prakonsepsi terletak di tangan setiap Remaja Putri (Rematri) dan Wanita Usia Subur (WUS) yang merupakan calon ibu. Remaja putri (Rematri) dan WUS merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia sehingga sebagian besar Rematri dan WUS melewati masa prakonsepsi dengan kondisi kesehatan yang buruk. Anemia pada Rematri dan WUS menyebabkan dampak kesehatan buruk pada ibu dan bayi. Pencegahan dan penanganan anemia pada Rematri dan WUS membutuhkan keterlibatan kader dan masyarakat. Pengabdian Masyarakat ini dilakukan di Posyandu Kasih Ibu Colomadu Surakarta pada 13 WUS, 10 kader, dan 5 orang tua. Pengabdian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2021 melalui kegiatan Sikring Arus yaitu skrining anemia pada Rematri dan WUS, edukasi persiapan kehamilan, dan monitoring. Hasil Pengabdian Masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan Sikring Arus dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Rematri, WUS, serta masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan penanganan anemia dalam persiapan kehamilan sehat

    Pemberdayaan Teman Sebaya “Seni Pesan Pepsi” dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Perawatan Prakonsepsi

    No full text
    ABSTRAK Remaja mengalami masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung lebih cepat dibandingkan periode sebelum atau setelahnya. Hal ini seringkali menyebabkan mayoritas remaja mengarah pada perilaku kenakalan remaja termasuk perilaku seksual pra nikah karena adanya rasa penasaran ingin mencoba hal baru. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan remaja mengarahkan remaja pada risiko kehamilan yang tidak diinginkan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menyebutkan bahwa perilaku pranikah remaja bervariasi dari 3%-66% dari perilaku pernah meraba/ diraba  sampai perilaku berpegangan tangan saat berpacaran. Selain itu konsekuensi dari pertumbuhan dan perkembangan remaja yang pesat juga berdampak pada kebutuhan aktualisasi diri remaja menjadi sangat tinggi. Hal ini menyebabkan remaja banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Karang taruna merupakan organisasi di masyarakat yang dibentuk untuk mewadahi dan menyalurkan kreativitas remaja termasuk memfasilitasi kebutuhan pergaulan remaja dengan teman sebayanya. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan prakonsepsi pada remaja melalui pemberdayaan teman sebaya di karang taruna. Kegiatan ini dilakukan melalui 2 tahap yaitu pelatihan teman sebaya dan pendampingan edukasi teman sebaya. Hasil kegiatan ini yaitu mayoitas pengetahuan dan sikap anggota karang taruna berada pada kategori baik (60% dan 60%) setelah dilakukan kegiatan edukasi teman sebaya. Simpulan kegiatan ini yaitu pemberdayaan teman sebaya Seni Pesan Pepsi (Sejak Dini Peduli Kesehatan Prakonsepsi) dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap perawatan prakonsepsi anggota Karang Taruna Kartika Chandra Utama, Dusun Selorejo, Desa Wonorejo, Karanganyar. Kata Kunci: Edukasi, Sebaya, Remaja, Prakonsepsi  ABSTRACT Adolescents experience a transition period from childhood to adulthood which is characterized by growth and development that occurs more rapidly than the period before or after. It causes the majority of teenagers to lead to juvenile delinquent behavior, including premarital sexual behavior, because they are curious about trying new things. Premarital sexual behavior by teenagers puts them at risk of unwanted pregnancy and transmission of sexually transmitted diseases (STDs). The 2017 Indonesian Health Demographic Survey (SDKI) stated that teenagers' premarital behavior varied from 3%-66%, from the behavior of having touched/groped to the behavior of holding hands when dating. Apart from that, the consequences of rapid growth and development of teenagers also have an impact on teenagers' need for self-actualization to be very high. This causes teenagers to spend a lot of time with peers. Karang Taruna is an organization in society that was formed to accommodate and channel youth creativity, including facilitating the social needs of teenagers with their peers. This service activity aims to provide knowledge about preconception health to adolescents through empowering peers in youth organizations. This activity was carried out in 2 stages, namely peer training and peer educational assistance. The results of this activity are that the majority of youth organization members' knowledge and attitudes are in the good category (60% and 60%) after peer education activities were carried out. The conclusion of this activity is that empowering peers with Seni Pesan Pepsi (Sejak Dini Peduli Kesehatan Prakonsepsi) can improve the knowledge and attitudes of preconception care members of the Kartika Chandra Utama Youth Organization, Selorejo Hamlet, Wonorejo Village, Karanganyar. Keywords: Education, Peers, Adolescents, Preconceptio

    Prevalence and Factors Associated with Anxiety among Midwifery Students in Central Java Province during the COVID-19 Pandemic

    No full text
    Introduction: The government has issued ‘the adaptation to new habits’ policy as there was a rapid increase in COVID-19 cases. This study aimed to assess the prevalence of anxiety and analyze the associated factors of anxiety among midwifery students.Method: A cross-sectional study was conducted among midwifery students who are living and studying in Central Java Province from October 1 to October 25, 2020 using convenience sampling. The number of participants who met the criteria in the study was 1135. The online self-reported questionnaire was developed, which comprised sociodemographic characteristics, health-related information, and anxiety using The Zung’s Self-rating Anxiety Scale. Data were analyzed using descriptive statistics and binary logistic regression analysis with p-value <0.05 as the cut-off point for significance.Results: The prevalence of anxiety comprised of mild (9.7%), moderate (1.4%), and severe (1%), respectively. Exposure to a suspected case (OR = 2.3, 95% CI = 1.2, 4.6, p = 0.02) and age (OR = 0.4, 95% CI = 0.5, 0.9, p = 0.04) were significantly associated with anxiety. Students who were having contact with suspected COVID-19 was a 2.8 times greater risk of having anxiety. Students aged < 20 years was a 1.53 times greater risk of anxiety than those aged ≥ 20 years.Conclusions: This study reveals that exposure to a suspected case and less than 20 years old were the risk factors of a higher anxiety levels among the midwifery students. Prevention and impact reduction intervention should be conducted

    Optimalisasi Kesehatan Prakonsepsi melalui Pelatihan Karang Taruna “Cegat ARUS”

    No full text
    Anemia sering dialami Remaja Putri (Rematri). Pencegahan dan penanggulangan anemia pada Rematri merupakan salah satu bentuk perawatan prakonsepsi yang penting diberikan pada Rematri. Karang taruna memiliki posisi strategis untuk menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat secara luas. Karang Taruna Tunas Bakti Gondang RW 1 Manahan Banjarsari beranggotakan 25 pemuda pemudi berusia 13-45 tahun yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang putri.  Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa pelatihan yang dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap 1 berupa pemberian edukasi tentang anemia dalam perawatan prakonsepsi dengan metode ceramah dan tanya jawab serta tahap 2 berupa simulasi praktik pemeriksaan kadar Hb bagi orang awam. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah diberikan pelatihan. Setelah diberikan pelatihan  mayoritas pengetahuan peserta (66,7%) berada pada kategori cukup dan mayoritas peserta (60%) memiliki keterampilan cukup dalam melakukan pemeriksaan anemia bagi orang awam. Simpulan kegiatan ini adalah diperlukannya pelatihan kepada masyarakat tentang anemia dalam perawatan prakonsepsi sebagai salah satu langkah awal optimalisasi kesehatan prakonsepsi pada Remaja Putri
    corecore