18 research outputs found

    Penerapan Akuntansi Zakat pada Lembaga Amil Zakat (Studi pada Laz Dpu Dt Cabang Semarang)

    Full text link
    Indonesia secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrument pemerataan pendapatan khususnya masyarakat muslim Indonesia, yaitu institusi zakat, infaq, shadaqah (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural kewajiban zakat berinfaq, dan shadaqah di jalan Allah SWT telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat muslim. Dalam mengelola zakat harus memiliki akuntabilitas dan transparansi. Karena itu, menjadi penting bagi lembaga pengelola zakat untuk bisa menyusun laporan keuangan yang baik dan transparan. Akan tetapi masih banyak BAZIS dan LAZIS yang belum menggunakan akuntansi zakat, terutama badan amil zakat yang beroperasi dalam lingkup desa/kelurahan atau masjid, mereka masih menggunakan akuntansi konvensional. Padahal sudah dikeluarkan PSAK no.109 tentang akuntansi zakat. Fenomena tersebut merupakan alasan untuk melakukan penelitian terhadap penerapan akuntansi zakat yang dilakukan lembaga pengelolaan zakat, mekanisme pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat Dompet Peduli Umat Darut Tauhid (LAZ DPU DT) Cabang Semarang menjadi topik dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik Pengumpulan Data dilakukan dengan: 1) Observasi Langsung, 2) Wawancara (Interview), dan 3) Dokumentasi. Analisis data yang akan dilakukan terdiri atas deskripsi dan analisis isi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskripsi, dengan analisis kualitatif. Dalam hal ini, analisis dilakukan dengan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan di LAZ DPU DT cabang Semarang, terutama dalam menggambarkan bagaimana penerapan akuntansi zakat pada LAZ DPU DT cabang Semarang. Akuntansi terhadap dana zakat yang dilakukan LAZ DPU DT Cabang Semarang dilakukan berdasarkan nilai dasar tunai (cash basic) dimana model pencatatan transaksi akuntansi yang membukukan semua pendapatan yang sudah diterima. Dan dalam proses pelaporannya LAZ DPU DT Cabang Semarang hanya membuat laporan sumber dan penggunaan dana dan laporan penerimaan dan penggunaan dana, karena LAZ DPU DT Cabang Semarang belum mempunyai asset sendiri seperti tanah dan bangunan, sehingga LAZ DPU DT Cabang Semarang belum melakukan lima laporan keuangan menurut PSAK No. 109 diantaranya adalah neraca, laporan sumber dan penggunaan dana, laporan Perubahan dana asset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Oleh karena itu LAZ DPU DT Cabang Semarang belum diaudit oleh akuntan publik dan belum sesuai dengan PSAK No. 109

    Struktur Sedimen dan Sebaran Kerang Pisau (Solen Lamarckii) di Pantai Kejawanan Cirebon Jawa Barat

    Full text link
    Struktur komunitas biota dipengaruhi oleh faktor ekologis seperti sedimen dasar perairan. Jenis sedimen digunakan sebagai indikasi untuk menentukan pola hidup, ketiadaan dan tipe organisme pada Gastropoda dan Bivalvia. Keragaman tekstur sedimen dasar perairan yang dimiliki Pantai Kejawanan mengakibatkan terjadinya pola distribusi biota yang hidup di pantai tersebut. Salah satu biota di pantai ini adalah kerang pisau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara random sampling. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur sedimen terhadap sebaran kerang pisau di Pantai Kejawanan. Hasil penelitian menunjukan jenis sedimen yang ada di Pantai Kejawanan adalah jenis pasir berlumpur (medium sand) dengan persentase pasir antara 75,23 - 96,04 % dan lumpur antara 3,96 - 22,74 %. Sebaran kerang pisau di Pantai Kejawanan bersifat mengelompok dan hanya ditemukan pada jenis sedimen tertentu. Pada jenis sedimen pasir berlumpur dengan persentase kandungan pasir yang tinggi kepadatan kerang juga tinggi, sedangkan pada persentase kandungan pasir yang rendah kepadatannya rendah

    Prevalence of Extended Spectrum Beta Lactamases (ESBL) Producing Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae in Tuberculosis Patients in Kano, Nigeria

    Get PDF
    Resistance to broad spectrum β lactams, mediated by extended spectrum beta lactamase (ESβL) is an increasing problem worldwide. Production of these enzymes in clinical infections can result in treatment failure if one of the second or third generation cephalosporins is used. This study investigates the incidence of ESBL among E. coli and K. pneumoniae which were isolated from tuberculosis patients with secondary opportunistic bacterial infection attending Aminu Kano Teaching Hospital (AKTH), Kano and Infectious Disease Hospital (IDH), Kano. A total of 37 E. coli and 33 K. pneumoniae obtained from their sputum were screened for ESBL production by Double disk synergy test method (DDST). Prevalence of 37.3% (14/37) and 36.4% (12/33) was recorded for Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae respectively. Furthermore, a slight high prevalence of 39.4% (13/33) was recorded with the female tuberculosis patients when compared with their male counterpart 35.1% (13/37). Escherichia coli harboring ESBL were more encountered among the elderly patients aged 31-50 (13/51 or 25.5%) when compared with K. pneumoniae with (9/51 or 17.6%). The study shows alarming rise in ESBL production among Klebsiella pneumoniae and Escherichia coli among immunocompromised patients raising fear of possible emergence of multiple drug resistant bacteria that will be hard to treat. Thereby early detection of ESBL in these patients is recommended to curb the spread. Keywords: Extended spectrum beta lactamase (ESBLs), Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Tuberculosis

    Optimization of ISSI Stock Portfolio using Single Index Models in 2013-2017

    Get PDF
    The article's abstract is not available.   &nbsp

    Asupan Protein, Lemak, Karbohidrat dan Lama Hari Rawat Pasien Demam Tifoid di RSUD Dr. Moh. Soewandhie Surabaya

    Full text link
    Diet menjadi hal yang penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid karena bila asupan makanan kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita sehingga proses penyembuhan akan semakin lama. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan nutrisi berupa asupan protein, lemak dan karbohidrat selama perawatan dengan lama hari rawat pasien demam tifoid Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kohort prospektif. Variabel bebas dalam penelitian adalah asupan protein, lemak dan karbohidrat, sementara variabel terikat adalah lama hari rawat pasien. Sampel penelitian sebagian pasien rawat inap demam tifoid di RSUD Dr. Moh. Soewandhie Surabaya yang telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 26 pasien, dengan rincian 13 pasien dengan lama hari rawat ideal (4 hari). Analisis data menggunakan uji Chi Square untuk uji hubungan antar variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien demam tifoid berusia 5-12 tahun, berjenis kelamin perempuan dan berstatus gizi normal. Rerata asupan nutrisi adalah energi 825,9 kkal, protein 35,3 gram, lemak 23,38 gram dan karbohidrat 103,27 gram. Uji hubungan menunjukkan bahwa asupan energi (p=0,007), protein (p=0,00) dan karbohidrat (0,03) berhubungan dengan lama hari rawat, sementara asupan lemak (p=0,3) tidak terdapat hubungan. Perlu adanya peningkatan asupan nutrisi berupa energi, protein dan karbohidrat pada pasien dengan demam tifoid untuk mempercepat proses penyembuhan sehingga mempersingkat lama hari rawat

    Nitrate, nitrite and ascorbic acid content of commercial and home-prepared complimentary, infant foods

    No full text
    The contents of nitrate, nitrite and ascorbic acid were determined in four samples of commercial and fifteen samples of home - prepared complementary infant foods common in Nigeria . The nitrate and nitrite values of the commercial food samples ranged from 3.1 – 3.9mgNO3 - N/100g and 5.0 - 16.0ug N0 2 - N/100g respectively while the ascorbic acid content ranged from 6.0 – 13/lmg 1100g. The nitrate and nitrite content of the home prepared complementary infant foods varied considerably according to recipes with maximum values found in foods containing vegetables and legumes. The highest levels of nitrate were found in yam and vegetable pottage (25.1mg N03 - N/100g), followed by soybean moin-moin (16.3mgNO3 -N/100g) and that of nitrite in pureed spinach vegetable (72.0mgNO2 -N/100g). The ascorbic acid content of the home - prepared complementary foods were very low. Therefore these foods should be-supplemented with vitamin C. However, the nitrate and nitrite levels of these complementary infant food as well as the estimated possible intake from meal per day were well below tolerance levels and these foods do not pose any health problem for infants

    Optimization of ISSI Stock Portfolio Using Single Index Models in 2013-2017

    Full text link
    The article's abstract is not available.   &nbsp
    corecore