311 research outputs found

    Progamotaenia capricorniensis sp nov (Cestoda : Anoplocephalidae) from wallabies (Marsupialia : Macropodidae) from Queensland, Australia

    Get PDF
    Progamotaenia capricorniensis sp. nov. (Cestoda: Anoplocephalidae) is described from the wallabies Macropus dorsalis (Gray, 1837] and Petrogale assimilis Ramsay, 1877 from Queensland, Australia. The new species is characterised by a fimbriated velum composed of 26-32 digitiform to triangular projections on each side of the proglottis, paired uteri and 140-190 testes distributed in a single band across the medulla. Minor variation occurs in the distribution of the testes. The above characters distinguish the new species from its most closely related congeners P. lagorchestis (Lewis, 1914), P. proterogyna (Fuhrmann, 1932), P. spearei Beveridge, 1980 and P. villosa (Lewis, 1914). P. capricorniensis appears to exhibit a highly disjunct distribution within its usual host, M. dorsalis

    STATUS OF SMALL PELAGIC FISHERY IN THE MAKASSAR STRAIT BASED AT THE NORTHERN PART OF JAVA

    Get PDF
    The coastal of Makassar Strait is one of main fishing grounds for purse seine vessels from northern part of Java which based at the following landing sites, i.e. Pekalongan, Tegal and Juwana. The purse seine fishery predominantly targets small pelagic fish. This paper attempts to present the current condition of small pelagic fishery in the Makassar Strait. Catch and effort (trip) data between 2004 and 2011 from the three landing sites were used to estimate Maximum Sustainable Yield (MSY) using Schaefer & Fox models. The results showed a decreasing trend in the catch rate, from 30.83 tons/trip in 2004 to 12.27 tons/trip in 2011. The estimated MSY is at the range of 34,705- 37,930 tons with optimum efforts for 2,234-2,500 purse seine trips. Thus the level of purse seine fishing effort in 2011, i.e. 3,078 trips, was exceeding the optimum effort. The decreasing trend in the catch rate may indicate overfishing is occurring between 2004 and 2011. For management of the small pelagic fisheries in the waters of Makassar Strait, important action recommended is fishing effort restrictions. The effort allowed would be only in the range of 2,234-2,500 purse seine trips, and the fishing capacity needs to be controled

    Perubahan Bentuk Jaringan Biota Terdegradasi (Kerang Hijau, Rajungan, dan Beronang) di Perairan Kamal dan Cilincing, Teluk Jakarta: Changed of Form of Degradaded Biota Tissue (Green Clam, Swimming Crab, and Beronang) in Kamal and Cilincing Waters, Jakarta Bay

    Get PDF
    Teluk Jakarta adalah wilayah perairan yang mengalami eutrifikasi tinggi, status wilayah perairan dapat dipisahkan antara hiper-eutrophic dan eutrophic. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh zat hara hasil dari aktifitas daratan Kota Jakarta yang disalurkan melalui 13 muara sungai ke perairan Teluk Jakarta. Status hiper-eutrophic terdapat pada daerah muara sungai yang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat racun, seperti fenomena alga merah yang menyebabkan terjadinya kematian massal ikan. Kompleksitas kegiatan yang tidak terkendali di Teluk Jakarta mengakibatkan terdegradasinya lingkungan perairan. Dampaknya terhadap sektor perikanan adalah kerusakan habitat dan menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya ikan. Masalah yang sering terjadi adalah kasus kematian ikan masal dan beberapa jenis biota telah terdegradasi, seperti kerang hijau (Perna viridis), rajungan (Portunus pelagicus) dan beronang (Siganus sp). Tulisan ini menyajikan sampai sejauh mana dampak dari pencemaran Teluk Jakarta terhadap sumber daya ikan yang ada, melalui kajian perubahan bentuk mikroanatomi jaringan biota terdegradasi (kerang hijau, rajungan, dan beronang) yang didaratkan di perairan Kamal dan Cilincing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan Teluk Jakarta terutama di muara, sebagian parameter kimiawi sudah melebihi ambang batas baku mutu air, sepert ammonia (NH3), phosphat (PO4), nitrat (NO3), fenol, dan BOD5 dan untuk logam berat yaitu seng (Zn), nikel (Ni), dan tembaga (Cu). Analisis mikroanatomi jaringan insang dan hati pada kerang hijau, rajungan, dan beronang lingkis dari Kepulauan Seribu menunjukkan struktur yang normal dan sampel dari Teluk Jakarta menunjukkan tidak normal atau ada kerusakan, dikatakan telah terdegradasi. Implementasi kebijakan yang direkomendasikan adalah Langkah konkrit harus dilakukan Pemerintah DKI Jakarta adalah membangun IPAL disetiap muara sungai agar air yang bermuara tidak membawa polutan ke laut yang berdampak tercemarnya perairan dan biota di Teluk Jakarta. &nbsp

    Kepadatan Stok, Komposisi Jenis, Struktur Ukuran dan Daerah Penangkapan Ikan di Teluk Jakarta

    Get PDF
    Jakarta Bay has a variety of biota as a fishery resource, the utilization of which is continuous intensively. this study aims to obtain the data and information on stock density, species composition, size structure and fishing ground.  The research was conducted by means of exploration and observation in 2016. The results showed that the average stock density in Jakarta Bay was 11,400 kg/km2 and in the Seribu Islands 25,500 kg/km2. Stock density distribution based on vertical coastline is obtained; mouth part 13,925 kg/km2, middle 11,709 kg/km2 and the coast 8,326 kg/km2. Coastal horizontal distribution; West area 15,311 kg/km2, Central 9,256 kg/km2 and East 9,259 kg/km2. Based on area in the Seribu Islands 25,500 kg/km2, Jakarta Bay 11,320 kg/km2 and Tangerang 11,610 kg/km2. Stock composition includes; demersal fish 84.53%, Cephalopods 9.98%, Crustaceae 4.32% and others. The fishing area of gill nets is wider and more spread out than other fishing gear

    Komposisi Hasil Tangkapan Perikanan Payang dan Bagan Tancap Pada Semester 1 2006 : Catch Composition of Danish Seine and Lift Net in Semester 1 2006

    Get PDF
    Teluk Jakarta merupakan bagian dari perairan Laut Jawa yang ditandai dengan aktivitas perikanan yang intens dan masif. Aktivitas perikanan utama di wilayah Teluk Jakarta adalah perikanan payang dan bagan tancap yang dioperasikan oleh nelayan kecil di sekitar Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa komposisi hasil tangkapan serta daerah penangkapan payang dan bagan tancap di Teluk Jakarta pada semester 1 2006. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode fishing experiment pada payang dan bagan tancap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan payang dan bagan tancap didominasi oleh jenis ikan demersal namun proporsi tangkapannya tidak jauh berbeda dengan jenis ikan pelagis. Komposisi hasil tangkapan payang pada Agustus dan Oktober didominasi oleh jenis ikan pelagis, sedangkan pada bulan Desember didominasi oleh jenis ikan demersal. Nilai laju tangkap payang untuk jenis ikan pelagis ditemukan tinggi pada Agustus dan Oktober disebabkan oleh dominasi ikan cekong (Sardinella lemuru) dalam jumlah besar. Komposisi hasil tangkapan bagan tancap pada Mei didominasi oleh jenis ikan demersal, sedangkan pada Oktober didominasi oleh jenis ikan pelagis. Daerah penangkapan payang meliputi perairan Pulau Damar, Pulau Bendera, Muara Pecah, Muara Angke, Pulau Onrust, Pulau Putri, Kronjo, sedangkan daerah penangkapan bagan tancap terkonsentrasi di sebelah barat perairan Teluk Jakarta, sekitar Pulau Kayangan, Pulau Bidadari dan Pulau Onrust.

    Status Pemulihan Stok Teripang di Perairan Kepulauan Seribu: Recovery Status of Sea Cucumber in The Seribu Islands

    Get PDF
    Penelitian pemulihan stok teripang pasir (Holothuria scabra) telah dilakukann di Perairan Kepulauan Seribu pada dua periode yaitu tahun 2003 - 2004 dan tahun 2008-2009. Teripang yang digunakan dalam penelitian berasal dari perairan Ringgung, Teluk Lampung, ada yang berukuran benih maupun siap dilepaskan di alam. Teripang yang berukuran benih atau kurang dari 100 gram dibesarkan dahulu dalam kurungan tancap berlidah sampai berukuran matang gonad, panjang 220 ml dan berat 200 - 300 gram. Pengamatan kondisi lingkungan perairan menunjukkan bahwa Pulau Kongsi mendukung untuk lokasi pembesaran teripang pasir (Holothuria scabra), dan Pulau Pamegaran sebagai lokasi untuk pelepasan teripang di alam (Restocking). Selain mempunyai habitat sesuai dengan habitat alami, perairan Pulau Pamegaran merupakan wilayah yang semi tertutup, dan sedimen dasar perairan relatif lebih halus. Jaring tancap berlidah merupakan sarana yang paling tepat untuk pembesaran teripang sebelum dilepas di alam, karena mempunyai tingkat kelolosan yang rendah bahkan dalam penelitian tingkat kelolosan dari jaring 0%. Laju pertumbuhan teripang per hari pada beberapa kali percobaan pembesaran di Pulau Kongsi selama 8-9 bulan pada kisaran 0,41-0,82% dengan kelolos hidupan mencapai 100%. Laju pertumbuahan per hari teripang yang dilepas di perairan Pulau Pamegaran selama 12 bulan adalah 0,4 %, dengan tingkat kelolos hidupan 4%. Melalui kegiatan pelepasan (restocking) teripang pasir, perairan Pulau Pamegaran dapat dimanfaatan sebagai daerah reservasi

    FISHERIES AND ENVIRONMENTAL IMPACTS IN THE GREAT JAKARTA BAY ECOSYSTEM

    Get PDF
    The Great Jakarta Bay Ecosystem (GJBE) supports the economic growth for the surrounding community, including fisheries sector. This large ecosystem is consisted of two coastal ecosystems, i.e. Jakarta Bay and Thousands islands. There are only traditional fisheries operating either in Jakarta Bay or Thousand islands. Some economically important fisheries include shrimp, demersal and small pelagic fisheries, which are caught using different fishing gears, either active or passive fishing gears. There are some serious concerns related to the fish resources and habitat degradations in the GJBE, which in turn can cause the decrease in fish population and fish species diversity, respectively. CPUE and catch composition of the fixed lift nets, sero and fixed gillnet fisheries were obtained from the observations in 2006 and 2014. In addition, to determine the level of pollution, tissue samples were collected for green mussel (Perna viridis), blue swimming crab (Portunus pelagicus) and white-spotted spinefoot (Siganus canaliculatus) in 2009. The CPUE trend and catch composition showed that overfishing might have been occurring in the Jakarta Bay. The histological study on gill tissues of the three species shows that the Jakarta Bay has been polluted. Several efforts have been done to address the problems, including sea farming, habitat rehabilitation (artificial reef and mangrove restoration), marine conservation area and fish shelter, restocking and sea ranching

    REHABILITASI WILAYAH PESISIR MELALUI PENGEMBANGAN TERUMBU BUATAN

    Get PDF
    Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas penduduk wilayah pesisir yang tidak terkendali, mengakibatkan hilangnya nilai-nilai produksi, genetik, dan konservasi. Salah satu program yang sudah dilakukan pemerintah adalah rehabilitasi dan pengkayaan habitat pantai melalui pengembangan terumbu buatan, yaitu teknologi sederhana yang telah terbukti di beberapa negara mampu mengatasi kekompleksan wilayah pesisir. Dampak dari pengembangan terumbu buatan tersebut antara lain meningkatkan produksi perikanan, meningkatkan hasil tangkapan ikan per upaya,menarik perhatian para wisatawan, berfungsi sebagai taman laut, pelindung pantai, dan sarana budi daya perikanan. Tulisan ini menyajikan bagaimana terumbu buatan dapat dikembangkan, contoh contoh yang sudah dilakukan di Indonesia dan bagaimana monitoring dan evaluasi
    • …
    corecore